BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar
bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di
sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,
diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.
dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk suatu perencanaan kegiatan
pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang saat itu digunakan.
Pada pelaksanaannya dilapangan, proses pembelajaran yang ada
masih banyak menerapkan metode konvensional dengan menggunakan ceramah dalam
menyampaikan materi. Sehingga dengan metode ini siswa hanya akan mendengarkan
materi yang disampaikan oleh guru. Dapat dikatakan siswa menjadi individu yang
pasif.
Oleh karena itu, guru perlu mengetahui serta memahami suatu
model pembelajaran lain yang sesuai digunakan pada kurikulum yang ada sekarang
ini. Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran cooperative learning yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah
ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat maka penulis dapat
menarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dari Cooperatif Learning?
2.
Bagaimana prinsip dan
strategi Cooperatif Learning?
3.
Bagaimana modelCooperatif Learning?
4.
Apa kelebihan dan
kekurangan Cooperatif Learning?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cooperative
Learning
Cooperative Learning adalah suatu
pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok (Tom V. Savage, 1987:217). Pembelajaran
kooperatif
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja
secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak,
1996:279)[1].Pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk
saling berinteraksi. (Nurulhayati, 2002:25).[2]
Pembelajaran
kooperatif
disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,
memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan
dalam kelompok, serta memberikan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama siswa yang beda latar belakangnya. Jadi penulis dapat menyimpulkan
bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa
ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah
tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan
sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah.
B.Bagaimana Prinsip dan Strategi Cooperatif Learning
Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima untuk dasar
dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip ketergantungan positif; yaitu
dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergatung
pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
2. Tanggung jawab perseorangan; yaitu
keberhasilan kelompok sangat tergatung dari masing-masing anggota kelompoknya.
3. Interaksi tatap muka; yaitu
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap
muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima
informasi dari anggota kelompok lain.
4. Partisipasi dan komunikasi; yaitu
melatih siswa untuk dapat berpatisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajar.
5. Evaluasi proses kelompok; yaitu
mewujudkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok
dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif[3].
Untuk mengimplementasikan pembelajaran
kooperatif, dapat ditempuh prosedurpembelajaran
kooperatif, sebagai
berikut:
1. Penjelasan materi; tahap ini merupakan tahapan
penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam
kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalahpemahaman siswa terhadap pokok materi
pelajaran;
2. Belajar kelompok; tahap ini dilakukan setelah guru
memberikan penjelasan materi dan siswa bekerja dalam kelompok yang telah
dibentuknya;
3. Penilaian; penilaian dalam pembelajaran kooperatif ini
bisa dilakukan melalui tes atau kuis yang dilakukan secara individu atau
kelompok[4].
4. Pengakuan Tim; penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau
tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan
harapan dapat memotivasi tim untuk harus terus berprestasi lebih baik lagi.
Strategi belajar kooperatif merupakan
serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam
kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Terdapat 4 hal penting dalam strategi pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu[5]:
1. Adanya peserta didik dalam kelompok;
2. Adanya aturan main;
3. Adanya upaya belajar dalam kelompok;
4. Tatap muka;
5. Evaluasi proses kelompok.
C. Model Cooperatif
Learning
Berikut ini model pembelajaran yang dapat mewakili
model-model cooperative learning :
1. Student teams achievement division (STAD)
Dalam STAD slavin mengatakan bahwa siswa ditempatkan dalam tim
belajar beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja.
Guru menyampaikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran dan
akhirnya semua siswa mendapatkan kuis tentang materi itu dan pada waktu kuis
mereka tidak dapat saling membantu[6].
2. Team-Assisted Individualization (TAI)
TAI sama dengan STAD dalam penggunaan tim belajar
empat-anggota-berkemampuan-campur dan memiliki kinerja tinggi. Bedanya bila STAD menggunakan salah satu
langkah pengajaran di kelas, TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan
pengajaran individual. TAI dirancang untuk mengajarkan matematika di kelas 3
samapai kelas 6 “atau kelas yang lebih tinggi yang belum siap untuk pelajaran
aljabar penuh[7].”
3. Cooperative Integreted
Reading and Composition (CIRC)
CIRC adalah sebuah program komprehensif untuk pengajaran
membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Siswa bekerja dalam
tim belajar kooperatif beranggota empat orang. Mereka terlibat dalam sebuah
rangkaian kegiatan bersama, termasuk saling membacakan satu dengan yang lain,
membuat prediksi tentang bagaimana cerita naratif akan muncul. Saling
membuatkan ikhtisar satu dengan yang lain, menulis tanggapan terhadap cerita,
dan berlatih pengerjaan serta perbendaharaan kata. Mereka juga bekerjasama
untuk memahami ide pokok dan keterampilanpemahaman
yang lain. Dalam pelajaran ilmu-ilmu sastra, siswa terlibat menulis draf,
saling merivisi dan mengedit pekerjaan satu dengan yang lain, dan mempersiapkan
publikasi buku tim. Tiga penelitian tentang program CIRS telah menemukan
pengaruh positif terhadap keterampilan membaca siswa, termasuk skor dalam tes
bahasa dan membaca dalam buku[8].
4. Jigsaw
Pada Jigsaw Snapp mengatakan
bahwa siswa dikelompokkan ke dalam tim yang
beranggotakan enam orang yang mempelajarai materi akademik yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab. Misalnya, riwayat hidup seorang tokoh dapat dibagi menjadi
kehidupan awal, prestasi-prestasi permulaan, kemunduran-kemunduran yang
dialami, kehidupan belakangan, dan dampak terhadap sejarah. Setiap tim
membaca sub-bab yang mereka dapatkan. Kemudian para siswa itu
kembali ke tim asal mereka dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub-sub mereka. Karena satu-satunya cara siswa
dapat belajar dari sub-bab lain selain dari sub-bab yang mereka pelajari adalah
dengan mendengarkan dengan sungguh-sungguh teman satu tim mereka, mereka
termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat terhadap apa yang dipelajari
teman satu timnya. Modifikasi dari pendekatan ini disebut Jigsaw Slavin mengatakansiswa
bekerja dalam tim yang beranggotakan empat orang atau lima orang seperti pada
STAD. Sebagai gantinya setiap siswa ditugasi mempelajari satu sub-bab tertentu,
seluruh siswa membaca teks yang sama, misalnya satu bab dari sebuah buku,
cerita singkat, atau sebuah riwayat hidup. Sementara itu, setiap siswa ditugasi
mempelajari suatu topik agar menjadi pakar dalam topik itu. Siswa dengan topik
yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan topik itu.
Setelah itu mereka kembali ke tim mereka masing-masing secara bergantian
mengajarkan apa yang mereka pelajari kepada satu tim mereka. Siswa itu diberi
kuis secara individual, yang menghasilkan skor tim, seperti pada STAD[9].
5. Belajar bersama (Learning Together)
Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh David
Johnshon dan Roger Johnshon dimana dalam model ini melibatkan siswa yang
bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat atau lima orang
heterogen yang menangani tugas tertentu. Kelompok-kelompok itu menyerahkan satu
hasil kelompok dan menerima pujian dan ganjaran berdasarkan hasil kelompok
tersebut. Pendekatan mereka menekankan pada kegiatan-kegiatan pembinaan
kerjasama tim sebelum siswa mulai bekerja sama dan melakukan diskusi terjadwal
di dalam kelompok tentang seberapa jauh mereka berhasil bekerja sama[10].
6. Penelitian kelompok (Group Investigation)
Sharan menyatakan Group Investigation merupakan suatu rencana organisasi secara umum.
Dalam pendekatan ini, siswa membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua
sampai enam anggota. Setelah memilih beberapa subtopik dari sebuah bab yang
sedang dipelajari seluruh kelas, kelompok-kelompok itu memecahkan subtopik
mereka menjadi tugas-tugas individual dan melaksanakan kegiatan yang diperlukan
untuk mempersiapkan laporan kelompok. Setiap kelompok kemudian membuat presentasi atau peragaan
untuk mengkomunikasikan temuannya kepada seluruh kelas.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar
kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan[11]. Yaitu:
1. Positive interdependence (saling
ketergantungan positif).
Unsur ini menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota
kellompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2. Personal responsibility (tanggungjawab
perseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok.Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua
anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.Tanggungjawab perseorangan adalah
kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar
bersama.
3. Face to face promotive interaction (interaksi
promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling
ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:
a. Saling membantu secara efektif dan efisien
b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien
d. Saling mengingatkan
e. Saling percaya
4. Interpersonal skill (komunikasi antar
anggota)
Untuk mengordinasikan peserta didik dalam pencapaian tujuan
peserta didik harus:
a. Saling mengenal dan memercayai
b. Mampu berkomonikasi secara akurat dan tidak ambisius
c. Saling menerima dan saling mendukung
d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif
5. Group processing (pemrosesan
kelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai.Melalui pemrosesan kelompok
dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan
dari anggota kelompok.Siapa di antara anggota yang sangat membantu dan siapa
yang tidak membantu.Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas
anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk
mencapai tujuan kelompok.
D.Kelebihan dan kekurangan Cooperatif
Learning.
Kelebihan
metode Cooperative Learning[12].
1.
Dapat melibatkan siswa secara aktif dapat mengembangkan
aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.
2.
Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap,
nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di
masyarakat.
3.
Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar
melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya
bagi siswa lainnya.
4.
Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar
melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi
tutor sebaya bagi siswa lainnya.
5.
Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena
bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga
tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal
bagi kesuksesan kelompoknya.
6.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung,
sehingga apa yang dipelajarinya lebih
bermakna bagi dirinya.
1.
Bisa menjadi tempat mengobrol atau gossip. Hal ini terjadi jika
anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang
terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga
tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
2.
Sering terjadi debat
sepele. Debat
sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma.
3.
Bisa terjadi kesalahan
kelompok Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain
percaya sepenuhnya konsep itu
Kritik pemakalah terhadap Cooperatif
Learning
Penerapan
cooperatifLearning pada pembelajaran Pendidikan agama Islam tergantung materi
apa yang akan menjadi topik bahan ajar di dalam kelas.Cooperative learning
memakai pendekatan Student Center maka diperlukan kemampuan guru dalam rangka
keahlian mengeloa kelas. Cooperatif learning hanya bias di terapkan mulai dari
kelas 5 SD.
Menurut penulis kelemahan cooperative Learning
ada 2 garis besar:
1.
Kelemahan dari
pendidik
-
Guru akan khawatir
bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan
guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di
laboratorium, aula, atau di tempat yang terbuka.
2.
Kelemahan dari
siswa
-
Banyak siswa
tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun
merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan
siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa
yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya
menumpang pada hasil jerih payahnya.
-
Perasaan
was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan
pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik
pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru
keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
-
Banyak siswa
takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu
orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran
kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat
mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada
pertanggungjawaban secara individu.
BAB III
PENUTUP
KEPUSTAKAAN
Isjoni. Cooperative
learning,Cet.VI;Bandung: Alfabeta,
2012.
Solihatin
Etin, Raharjo. Cooperative Learning analisis model pembelajaran IPS, Cet.IV;
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Trianto.Mendesain
Model Pembelajaran Inovativ-Progresifi,Cet.III; Jakarta: Kencana, 2010.
Rusman.Model-Model
Pembelajaran.Cet.III;
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Majid, Abdul. Strategi
Pembelajaran. Cet.I; Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011.
http://pba2011.blogspot.com (12-04-2015)
Umi
Mahmudah, Abdul Wahab Rosyidi. Active learning dalam pembelajaran bahasa
Arab, Cet.I;Malang: UIN Malang Prees:, 2008.
Umi
Mahmudah, Abdul Wahab Rosyidi, Active learning dalam pembelajaran
bahasa Arab.
Suprijono,
Agus. Cooperative Learning teori dan aplikasi PAIKEM, (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2011.
[1]Isjoni, cooperative
learning, (Cet.VI;Bandung: Alfabeta,
2012), h.16.
[2]Etin Solihatin dan
Raharjo, Cooperative Learning analisis model pembelajaran IPS,(Cet.IV;
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.4-6.
[3]Trianto,
Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresifi,(Cet.III; Jakarta: Kencana, 2010), h.58.
[4]Rusman, Model-Model
Pembelajaran. (Cet.III;
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 203.
[5]Abdul Majid, Strategi Pembelajaran.(Cet.I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 80.
[7]Umi
Mahmudah danAbdul Wahab Rosyidi, Active
learning dalam pembelajaran bahasa Arab, (Cet.I;Malang:UIN Malang Prees:,
2008). h.84-85.
[9]Rusman,
Model-Model Pembelajaran. h. 363.
[10]Umi
Mahmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Active
learning dalam pembelajaran bahasa Arab. h.86-87.
[11]Agus Suprijono, Cooperative Learning teori dan aplikasi
PAIKEM,(Cet.I; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2011), h. 58-61.
[12]Rusman,
Model-Model Pembelajaran. h. 241
[13]Rusman,
Model-Model Pembelajaran. h. 242
No comments:
Post a Comment