Friday, May 4, 2018

Cooperative Learning


BAB I
PENDAHULUAN 

A.      Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang saat itu digunakan.
Pada pelaksanaannya dilapangan, proses pembelajaran yang ada masih banyak menerapkan metode konvensional dengan menggunakan ceramah dalam menyampaikan materi. Sehingga dengan metode ini siswa hanya akan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Dapat dikatakan siswa menjadi individu yang pasif.
Oleh karena itu, guru perlu mengetahui serta memahami suatu model pembelajaran lain yang sesuai digunakan pada kurikulum yang ada sekarang ini. Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran cooperative learning yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat maka penulis dapat menarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dari Cooperatif Learning?
2.      Bagaimana prinsip dan strategi Cooperatif Learning?
3.      Bagaimana modelCooperatif Learning?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan Cooperatif Learning?
BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pengertian Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok (Tom V. Savage, 1987:217). Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak, 1996:279)[1].Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. (Nurulhayati, 2002:25).[2]
Pembelajaran kooperatif disusun dalam  sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang beda latar belakangnya. Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah.
B.Bagaimana Prinsip dan Strategi Cooperatif Learning
Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima untuk dasar dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) yaitu sebagai berikut:
1.    Prinsip ketergantungan positif; yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergatung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
2.    Tanggung jawab perseorangan; yaitu keberhasilan kelompok sangat tergatung dari masing-masing anggota kelompoknya.
3.    Interaksi tatap muka; yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4.    Partisipasi dan komunikasi; yaitu melatih siswa untuk dapat berpatisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajar.
5.    Evaluasi proses kelompok; yaitu mewujudkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif[3].
Untuk mengimplementasikan pembelajaran kooperatif, dapat ditempuh prosedurpembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
1.    Penjelasan materi; tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalahpemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran;
2.    Belajar kelompok; tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi dan siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuknya;
3.    Penilaian; penilaian dalam pembelajaran kooperatif ini bisa dilakukan melalui tes atau kuis yang dilakukan secara individu atau kelompok[4].
4.    Pengakuan Tim; penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk harus terus berprestasi lebih baik lagi.
Strategi belajar kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat 4 hal penting dalam strategi pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu[5]:
1.    Adanya peserta didik dalam kelompok;
2.    Adanya aturan main;
3.    Adanya upaya belajar dalam kelompok;
4.    Tatap muka;
5.    Evaluasi proses kelompok.
C. Model Cooperatif Learning
Berikut ini model pembelajaran yang dapat mewakili model-model  cooperative learning : 
1.      Student teams achievement division (STAD)
Dalam STAD slavin mengatakan bahwa siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja. Guru menyampaikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran dan akhirnya semua siswa mendapatkan kuis tentang materi itu dan pada waktu kuis mereka tidak dapat saling membantu[6].

2.      Team-Assisted Individualization (TAI)
TAI sama dengan STAD dalam penggunaan tim belajar empat-anggota-berkemampuan-campur dan memiliki kinerja tinggi. Bedanya bila STAD menggunakan salah satu langkah pengajaran di kelas, TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual. TAI dirancang untuk mengajarkan matematika di kelas 3 samapai kelas 6 “atau kelas yang lebih tinggi yang belum siap untuk pelajaran aljabar penuh[7].”
3.      Cooperative Integreted Reading and Composition (CIRC)
CIRC adalah sebuah program komprehensif untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Siswa bekerja dalam tim belajar kooperatif beranggota empat orang. Mereka terlibat dalam sebuah rangkaian kegiatan bersama, termasuk saling membacakan satu dengan yang lain, membuat prediksi tentang bagaimana cerita naratif akan muncul. Saling membuatkan ikhtisar satu dengan yang lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan berlatih pengerjaan serta perbendaharaan kata. Mereka juga bekerjasama untuk memahami ide pokok dan keterampilanpemahaman yang lain. Dalam pelajaran ilmu-ilmu sastra, siswa terlibat menulis draf, saling merivisi dan mengedit pekerjaan satu dengan yang lain, dan mempersiapkan publikasi buku tim. Tiga penelitian tentang program CIRS telah menemukan pengaruh positif terhadap keterampilan membaca siswa, termasuk skor dalam tes bahasa dan membaca dalam buku[8].


4.      Jigsaw
Pada Jigsaw Snapp mengatakan bahwa siswa dikelompokkan ke dalam tim yang beranggotakan enam orang yang mempelajarai materi akademik yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab. Misalnya, riwayat hidup seorang tokoh dapat dibagi menjadi kehidupan awal, prestasi-prestasi permulaan, kemunduran-kemunduran yang dialami, kehidupan belakangan, dan dampak terhadap sejarah. Setiap tim membaca sub-bab yang mereka dapatkan. Kemudian para siswa itu kembali ke tim asal mereka dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub-sub mereka. Karena satu-satunya cara siswa dapat belajar dari sub-bab lain selain dari sub-bab yang mereka pelajari adalah dengan mendengarkan dengan sungguh-sungguh teman satu tim mereka, mereka termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya. Modifikasi dari pendekatan ini disebut Jigsaw Slavin mengatakansiswa bekerja dalam tim yang beranggotakan empat orang atau lima orang seperti pada STAD. Sebagai gantinya setiap siswa ditugasi mempelajari satu sub-bab tertentu, seluruh siswa membaca teks yang sama, misalnya satu bab dari sebuah buku, cerita singkat, atau sebuah riwayat hidup. Sementara itu, setiap siswa ditugasi mempelajari suatu topik agar menjadi pakar dalam topik itu. Siswa dengan topik yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan topik itu. Setelah itu mereka kembali ke tim mereka masing-masing secara bergantian mengajarkan apa yang mereka pelajari kepada satu tim mereka. Siswa itu diberi kuis secara individual, yang menghasilkan skor tim, seperti pada STAD[9].

5.      Belajar bersama (Learning Together)
Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh David Johnshon dan Roger Johnshon dimana dalam model ini melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat atau lima orang heterogen yang menangani tugas tertentu. Kelompok-kelompok itu menyerahkan satu hasil kelompok dan menerima pujian dan ganjaran berdasarkan hasil kelompok tersebut. Pendekatan mereka menekankan pada kegiatan-kegiatan pembinaan kerjasama tim sebelum siswa mulai bekerja sama dan melakukan diskusi terjadwal di dalam kelompok tentang seberapa jauh mereka berhasil bekerja sama[10].
6.      Penelitian kelompok (Group Investigation)
Sharan menyatakan Group Investigation merupakan suatu rencana organisasi secara umum. Dalam pendekatan ini, siswa membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam anggota. Setelah memilih beberapa subtopik dari sebuah bab yang sedang dipelajari seluruh kelas, kelompok-kelompok itu memecahkan subtopik mereka menjadi tugas-tugas individual dan melaksanakan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Setiap kelompok kemudian membuat presentasi atau peragaan untuk mengkomunikasikan temuannya kepada seluruh kelas.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan[11]. Yaitu:
1.      Positive interdependence (saling ketergantungan positif).
Unsur ini menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kellompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2.      Personal responsibility (tanggungjawab perseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok.Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.
3.      Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:
a.       Saling membantu secara efektif dan efisien
b.      Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
c.       Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien
d.      Saling mengingatkan
e.       Saling percaya
4.      Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
Untuk mengordinasikan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus:
a.       Saling mengenal dan memercayai
b.      Mampu berkomonikasi secara akurat dan tidak ambisius
c.       Saling menerima dan saling mendukung
d.      Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif
5.      Group processing (pemrosesan kelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai.Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.Siapa di antara anggota yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu.Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
D.Kelebihan dan kekurangan Cooperatif Learning.  
Kelebihan metode Cooperative Learning[12].
1.      Dapat melibatkan siswa secara aktif dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.
2.      Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. 
3.      Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. 
4.      Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai      subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi       siswa lainnya. 
5.      Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang       dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi         dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya. 
6.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan   memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga       apa       yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya. 

Kekurangan metode Cooperative Learning[13].
1.      Bisa menjadi tempat mengobrol atau gossipHal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
2.      Sering terjadi debat sepele. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma.
3.      Bisa terjadi kesalahan kelompok Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu

Kritik pemakalah terhadap Cooperatif Learning
Penerapan cooperatifLearning pada pembelajaran Pendidikan agama Islam tergantung materi apa yang akan menjadi topik bahan ajar di dalam kelas.Cooperative learning memakai pendekatan Student Center maka diperlukan kemampuan guru dalam rangka keahlian mengeloa kelas. Cooperatif learning hanya bias di terapkan mulai dari kelas 5 SD.
 Menurut penulis kelemahan cooperative Learning ada 2 garis besar:
1.    Kelemahan dari pendidik
-          Guru akan khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium, aula, atau di tempat yang terbuka.
2.    Kelemahan dari siswa
-          Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya.
-          Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
-          Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.

















BAB III
PENUTUP






















KEPUSTAKAAN
Isjoni. Cooperative learning,Cet.VI;Bandung:  Alfabeta, 2012.
Solihatin Etin, Raharjo. Cooperative Learning analisis model pembelajaran IPS, Cet.IV; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Trianto.Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresifi,Cet.III; Jakarta: Kencana, 2010.
Rusman.Model-Model Pembelajaran.Cet.III; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Cet.I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Umi Mahmudah, Abdul Wahab Rosyidi. Active learning dalam pembelajaran bahasa Arab, Cet.I;Malang: UIN Malang Prees:, 2008.
Umi Mahmudah, Abdul Wahab Rosyidi, Active learning dalam pembelajaran bahasa Arab.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning teori dan aplikasi PAIKEM, (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011.



[1]Isjoni, cooperative learning, (Cet.VI;Bandung:  Alfabeta, 2012), h.16.
[2]Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning analisis model pembelajaran IPS,(Cet.IV; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.4-6.
[3]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresifi,(Cet.III; Jakarta: Kencana, 2010), h.58.
[4]Rusman, Model-Model Pembelajaran. (Cet.III; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 203.
[5]Abdul Majid, Strategi Pembelajaran.(Cet.I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 80.
[7]Umi Mahmudah  danAbdul Wahab Rosyidi, Active learning dalam pembelajaran bahasa Arab, (Cet.I;Malang:UIN Malang Prees:, 2008). h.84-85.
[8]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresifi, h.58.

[9]Rusman, Model-Model Pembelajaran. h. 363.

[10]Umi Mahmudah  dan Abdul Wahab Rosyidi, Active learning dalam pembelajaran bahasa Arab. h.86-87.
[11]Agus Suprijono, Cooperative Learning teori dan aplikasi PAIKEM,(Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011), h. 58-61.

[12]Rusman, Model-Model Pembelajaran. h. 241
[13]Rusman, Model-Model Pembelajaran. h. 242

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...