Sunday, April 29, 2018

Integrated Approach (Pendekatan Terpadu)


Oleh : Asrul Rahman
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Profesionalitas guru dalam melakoni profesinya sebagai agen perubahan dalam dunia pendidikan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan guru dalam mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskannya. Sebab profesi guru membutuhkan keahlian khusus bagi pelakunya dalam menjalankan berbagai kegiatannya.
Tugas dan fungsi guru sebagaimana yang telah diamanahkan oleh UU RI No. 14 Tahun 2005  pasal 1 bahwa:
 “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi  peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.[1]

 Berdasar pada UU RI No. 14 Tahun 2005, maka profesi guru merupakan profesi yang menuntut keprofesionalan bagi orang-orang yang melakoninya. Profesionalisme guru dalam mengelola pembelajaran sangat dibutuhkan, sebab memiliki efek yang sangat besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukannya.
Profesionalisme guru dalam bidangnya dituangkan dalam ragam kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru sebagai penanda akan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi yang diperlukan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun pengalaman.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru, disebutkan dalam pasal 2 bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, setifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.[2]
Imas Kurniasih merinci tentang kompetensi yang dimaksud adalah serangkaian pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.[3]
Kompetensi guru secara umum ada empat, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut menjadi kewajiban bagi guru untuk mengaktualisasikannya dalam tugas profesional yang dilakoninya.
Terkait dengan hal pengajaran, sebagai bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, maka pengolahan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik menjadi hal penting yang harus dipenuhi oleh guru.
Guru tidak hanya dipandang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang sekedar melakukan transfer pengetahuan kepada peserta didiknya, tetapi juga dituntut untuk melakukan desain pembelajaran.
 Desain pembelajaran yang dilakukan tentunya mempertimbangkan pendekatan yang digunakan sebab pendekatan pembelajaran yang baik dan sesuai dengan kondisi peserta didik akan mudah mengantar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Oleh sebab itu, pada makalah ini penulis akan mengupas lebih dalam tentang Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
B.  Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang masalah, maka dapat ditarik sebagai rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.        Apa yang dimaksud dengan pendekatan terpadu?
2.        Bagaimana karakteristik pendekatan terpadu dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
3.        Apa manfaat pendekatan terpadu dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam?


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pendekatan Terpadu (Integrated Approach)
1.    Pengertian Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu terdiri dari dua kata yaitu pendekatan dan terpadu. Kata pendekatan berarti perbuatan atau usaha untuk mendekatkan atau mendekati[4], sedangkan kata terpadu berarti sudah dipadu atau dilebur menjadi satu.[5]
Pendekatan dalam pembelajaran dipahami dengan konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.[6]
Pendekatan menurut Yaumi adalah penentu arah umum atau lintasan yang jelas untuk pembelajaran yang mencakup komponen yang lebih tepat atau perinci.[7] Pendekatan juga dapat dipahami dengan sebagai sudut pandang bagi guru, dosen, dan instruktur yang menurunkan strategi pembelajaran langsung.[8]
T. Raka Joni (1991), menunjukan cara umum  dalam  memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak, ibarat seorang yang memakai kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar. Kacamata berwarna hijau akan menyebabkan lingkungan kelihatan kehijau-hijauan dan seterusnya.[9]
Pendekatan pembelajaran dari berbagai pandangan di atas dapat dipahami sebagai sudut pandang yang digunakan oleh individu dalam memberikan arah dalam pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan guru dipandang sebagai penggerak keberlangsungan proses pembelajaran menggunakan cara pandang tertentu dalam mendekatkan peserta didik untuk mengantarkannya mencapai tujuan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran bergantung dari sudut pandang guru yang melihat sisi peserta didik sebelum menentukan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan dalam melakukan pembelajaran.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai wahana perantara dalam mengantarkan peserta didik adalah pendekatan terpadu.
2.    Muatan Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu adalah pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan memadukan secara serentak beberapa pendekatan.[10]   Penekanan pada penggunaan pendekatan ini terletak pada pemaduan dari beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam.
Pendekatan terpadu dalam pendidikan agama Islam meliputi 7 pendekatan yang disatukan sehingga melahirkan satu pendekatan baru yang disebut dengan pendekatan terpadu, pendekatan tersebut meliputi:
a.    Keimanan
Pendekatan keimanan memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk sejagat ini.[11]
  Pendekatan keimanan berlandaskan atas dasar fitrah manusia  sebagai sesuatu yang dasar dalam diri manusia. Abdul Mujib menekankan bahwa al-fitrah merupakan citra asli manusia yang berpotensi baik atau buruk dimana aktualisasinya tergantung pilihannya. [12]
Pendekatan keimanan diperlukan sebab telah menjadi fitrah bagi manusia terhadap kecenderungan memiliki potensi baik dan buruk, potensi baik dan buruk inilah yang akan dibentuk dalam dunia pendidikan dengan meningkatkan potensi baik pada diri manusia dan meminimalisir potensi buruk. Keimanan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan potensi baik pada diri manusia sehingga manusia tersebut menyadari eksistensinya sebagai makhluk.
Pendekatan keimanan juga telah dicontohkan oleh Luqman di dalam QS  Luqman/31: 13 sebagai berikut:
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ
Terjemahnya:
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".[13]

Pada ayat tersebut diilustrasikan bagaimana pendekatan keimanan dilakukan oleh Luqman dalam menanamkan nilai-nilai tauhid kepada anaknya. Untuk mengenalkannya kepada Allah swt. sebagai pemilik dari segalanya termasuk manusia di dalamnya.
Terkait dengan hal tersebut, Zuhairini berpandangan bahwa pendidikan pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah SWT sehingga diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak.[14]
Pendekatan keimanan menjadi sebuah hal yang penting bagi pendidikan peserta didik, sebab memiliki fungsi yang sangat besar dalam penentuan arah dan sasaran yang ingin dicapai, dimana dengan pendekatan ini peserta didik dapat mengenali eksistensi keberadaan Allah SWT sebagai dzat yang Maha ada meskipun secara kasak mata tidak tampak namun dapat diterima oleh hati sebagai wujud keyakinan yang tinggi terhadapNya.
b.      Pengamalan
Pendekatan pengamalan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengamatan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan.[15]
Pendekatan ini mencoba untuk mengarahkan peserta didik dari fungsinya sebagai manusia untuk beribadah kepada Allah SWT, yang akan berfungsi jika memiliki kemampuan-kemampuan ganda dalam dirinya sebagai makhluk Allah SWT.[16]  
Kemampuan ganda yang dimaksud di sini adalah kemapuan untuk menciptakan kondisi pofitif terhadap Allah SWT dengan melakukan berbagai macam ibadah yang diperintahkanNya dan menciptakan hubungan yang positif terhadap sesama makhluk.
Hal ini jika diangkat dalam konteks kelas maka kemampuan ganda yang dimiliki oleh peserta didik adalah pembentukan sikap positif terhadap guru dan sesama peserta didik.
 Titik fokus pada penerapan pendekatan pengamalan adalah terletak pada pengaplikasian hasil-hasil pengamatan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap ibadah dan akhlak yang bertujuan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga peserta didik tidak salah dalam melangkah ketika menemukan masalah-masalah yang dapat menggoncang jiwanya.
c.       Pembiasaan
Pendekatan pembiasaan merupakan bagian dari proses pendidikan, dimana pembiasaan bermuara pada lahirnya karakter peserta didik, sebagaimana sebelumnya telah penulis singgung bahwa telah menjadi fitrah bagi diri manusia untuk memiliki kecenderungan kepada hal-hal yang sifatnya baik dan buruk. Penanaman pembiasaan kepada peserta didik akan melekatkan peserta didik terhadap satu nilai sehingga nilai tersebut akan sulit untuk ditinggalkannya sebab telah menjadi sebuah tradisi bagi peserta didik dan akan diturunkan secara turun temurun.[17]
Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan.[18]
Pendekatan pembiasaan merupakan upaya mendekatkan kebiasaan-kebiasaan positif kepada peserta didik sehingga membentuk karakter yang baik yang berlandaskan nilai-nilai dan ajaran Islam dengan tujuan terbentuknya pribadi manusia muslim yang berkarakter pada diri peserta didik.
d.      Rasional
Usaha memberikan peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam materi pokok serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi.[19]
Pendekatan rasional menitik beratkan pada pengaktifan peran akal peserta didikdalam menentukan, menimbang, dan menerima perilaku-perilaku yang dalam pandangan akal baik serta buruk.
Proses pengaktifan tersebut sebagai salah satu upaya dalam menanamkan nilai-nilai normatif pada diri peserta didik dalam melakukan perbuatan, sehingga dalam bertindak peserta didik mempertimbangkan akalnya sebelum melangkah lebih jauh.
e.       Emosional
Upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.[20]
Pendekatan emosional memfokuskan pada peningkatan kepekaan sikap peserta didik dalam berperilaku, sehingga memicu lahirnya aspek afektif pada diri peserta didik. Sehingga disetiap perilaku peserta didik dilandasi dari hasil penghayatannya terhadap ajaran agama dan budaya bangsa.
f.       Fungsional, dan
Menyajikan bentuk semua materi pokok (al-Qur’an, Aqidah, Syariah, Akhlak, dan Tarikh), dan segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.[21]
Pendekatan fungsional menitik beratkan pada aspek manfaat dari materi-materi yang disajikan terhadap peserta didik. Pendekatan ini mendekatkan peserta didik untuk menemukan manfaat dari materi yang menjadi pokok pembelajaran sehingga peserta didik dapat berpandangan luas tidak sepihak.
g.      Keteladanan
Menjadikan figur pendidik agama dan non agama serta petugas sekolah lainnya maupun orang tua peserta didik, sebagai cermin manusia berkepribadian agama.[22]
Pendekatan ini terfokus pada lahirnya kepribadian yang agamis dimana mereka dapat mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam kehidupannya sehingga dapat diikuti dan ditiru oleh peserta didik sebagai teladan.
Dengan demikian, pendekatan terpadu adalah penentu arah atau sudut pandang yang digunakan oleh guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan komponen tertentu seperti keimanan, pengamalan, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, dan keteladanan yang melatari lahirnya penggunaan metode pembelajaran.
B.       Karakteristik Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Adapun karakteristik dalam pendekatan terpadu adalah sebagai berikut:
1.     Pembelajaran terpadu berpusat pada peserta didik (student centred approach).
Roy Killen mengatakan bahwa pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memiliki cenderung menurunkan strategi pembelajaran discovery (penemuan) dimana peserta didik diarahkan untuk menemukan secara langsung masalah yang dihadapinya.[23]
Proses ini akan memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang disajikan oleh guru, sebab peserta didik terlibat langsung didalam menemukan masalah.
2.    Pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experiences).
Melalui pengalaman langsung, peserta didik dituntut dalam hal yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Peserta didik yang akan lebih mudah memahami masalah yang dihadapinya disebabkan masalah tersebut telah dilalui oleh inderanya dan berdasarkan fakta yang terjadi.
3.      Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
Pada pembelajaran agama Islam di sekolah umum berbeda dengan yang ada di madrasah. Mata pelajaran agama pada madrasah dipisahkan berdasarkan karakteristik mata pelajaran tersebut seperti muatan materi yang mencakup tentang ketuhanan dan akhlak dipadukan dalam mata pelajaran akidah akhlak, muatan materi yang membahas tentang al-Qur’an dan hadits dipadukan dalam mata pelajaran Qur’an hadits, dan seterusnya.
Sekolah umum menyatukan muatan materi yang meliputi aspek al-Qur’an dan hadits, aqidah dan akhlak, muamalah dan sejarah islam dalam satu mata pelajaran pendidikan agama Islam. 
Pemisahan yang dilakukan di madrasah akan dipadukan pada sekolah-sekolah umum sehingga peserta didik memandang beberapa aspek yang terpisah menjadi satu eksatuan yang utuh dalam pelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini bertujuan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel)
Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu aspek dengan aspek lainnya, bahkan dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan peserta didik berada.
5.      Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.  
Pendekatan terpadu dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam memberikan ruang bagi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sebab pada muatan mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah mencakup empat aspek pokok yang harus diajarkan kepada peserta didik. Keempat aspek pokok tersebut adalah:
a.       Aspek al-Qur’an dan Hadits
b.      Aspek Akidah dan Akhlak
c.       Aspek Syariah dan Muamalah
d.      Aspek Tarikh
C.      Manfaat Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Adapun manfaat yang dari penerapan pendekatan terpadu dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:
1.      Pendekatan terpadu menggabungkan beberapa aspek inti sehingga meminimalisir materi yang sifatnya terlalu luas.
2.      Pendekatan terpadu dalam membantu peserta didik dalam menghubungkan aspek-aspek pendidikan agama islam yang memiliki korelasi antara satu sama lain.
3.      Pendekatan terpadu sebagai salah satu pendekatan yang mampu meningkatkan taraf kecakapan berfikir peserta didik, dimana peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih besar, lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
4.      Pendekatan terpadu memberikan pemahaman yang kompleks terhadap peserta didik dalam memaknai materi yang dipelajarinya, sebab peserta didik dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu.
5.      Pendekatan terpadu memberikan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning) yang dilakukan oeh guru kepada peserta didik.
6.      Pendekatan terpadu memudahkan bagi guru untuk memilih strategi pembelajaran aktif karena titik sasarannya berpusat pada peserta didik.
Penerapan pendekatan terpadu bagi guru dapat memberikan ruang bagi peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah atau madrasah, sebab penekanan penggunaan pendekatan ini menitik beratkan pada peserta didik. Selain itu, pendekatan terpadu seiring dengan pemilihan dan penggunaan pendekatan dewasa ini yang tidak lagi menjadikan guru sebagai ssatu-satunya sumber ilmu pengetahuan bagi peserta didik, namun juga melibatkan segala sesuatu yang ada di lingkungan belajar, baik itu peserta didik maupun lingkungan sekitar yang mendukung terjadinya proses pembelajaran.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Pendekatan terpadu adalah penentu arah atau sudut pandang yang digunakan oleh guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan komponen tertentu seperti keimanan, pengamalan, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, dan keteladanan yang melatari lahirnya penggunaan metode pembelajaran.
2.    Karakteristik dalam pendekatan terpadu mencakup tentang :
a.       Pembelajaran terpadu berpusat pada peserta didik (student centred approach).
b.      Pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experiences).
c.       Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
d.      Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel)
e.       Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
3.    Manfaat pendekatan terpadu dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:
a.       Meminimalisir materi yang sifatnya terlalu luas.
b.      Membantu peserta didik dalam menghubungkan aspek-aspek pendidikan agama Islam.
c.       Mampu meningkatkan taraf kecakapan berfikir peserta didik.
d.      Memberikan pemahaman yang kompleks.
e.       Memberikan penerapan-penerapan dunia nyata.
f.       Memudahkan bagi guru untuk memilih strategi pembelajaran aktif.
B.       Saran
Adapun saran dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Disarankan kepada guru maupun calon guru pendidikan agama Islam untuk menggunakan pendekatan terpadu dalam melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2.      Disarankan kepada pembaca untuk memberikan masukan yang sifatnya membangun dalam penulisan makalah ini sebagai pertimbangan pada penulisan selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Aka, Hawari. 2012. Guru Yang Berkarakter Kuat: Panduan Guru Yang Inspiratif bagi Anak Didik. Cet. I; Jogjakarta: Laksana.
Arifin, M. 2003. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara
Azizy, A. Qodri A. 2003. Pendidikan [Agama] untuk Membangun Etika Sosial (Mendidik Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat). Cet.II; Semarang: CV. Aneka Ilmu.
B.                Chaeruddin. 2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam Luar Sekolah. Cet. I; Yogyakarta: Lanarka Publisher
Faisol. 2011. Gus Dur & Pendidikan Islam: Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global. Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Kementerian Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia
Kurniasih, Imas. 2012. Bukan Guru Biasa: Panduan Praktis dan Lengkap Menjadi Guru Idaman. Jakarta: Arta Pustaka
Mujib, Abdul. 2017. Teori Kepribadian: Perspektif Psikologi Islam. Cet. II; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Noerhidayatullah. 2002. Insan Kamil: Metode Islam Memanusiakan Manusia. Cet. I; Bekasi: Intimedia dan Nalar
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
Poerwadarminta,W.J.S.  1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet. IX; Jakarta: Balai Pustaka
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Cet. IV; Jakarta: Kalam Mulia
Ramly, Amir Tengku. Menjadi Guru Bintang: Mengajar dengan Cahaya Hati. Cet. I; Bekasi: Pustaka Inti
Rianto, Milan. 2006. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran. Malang: Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP
Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cet. XI; Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Tim Penulis. 2005. Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. Jakarta: Sinar Grafika
Yaumi, Muhammad. 2016. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Zubaedi. 2013. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Cet. III; Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Zuhairini et.al. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara



[1]Tim Penulis, Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 2
[2] Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
[3] Imas Kurniasih, Bukan Guru Biasa: Panduan Praktis dan Lengkap Menjadi Guru Idaman (Jakarta: Arta Pustaka, 2012), h. 3
[4] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. IX; Jakarta: Balai Pustaka, 1986), h. 237
[5] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 237
[6] Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan (Cet. III; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 186
[7] Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan dengan Kurikulum 2013 (Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2016), h. 230
[8] Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan dengan Kurikulum 2013, h. 231
[9] Milan Rianto, Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran (Malang: Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP, 2006), h. 4
[10] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Cet. IV; Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 128
[11] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h. 129
[12] Abdul Mujib, Teori Kepribadian: Perspektif Psikologi Islam (Cet. II; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2017), h. 51
[13] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h. 581
[14] Zuhairini et.al, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 155
[15] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h. 129
[16] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 67.
[17] A. Qodri A. Azizy, Pendidikan [Agama] untuk Membangun Etika Sosial (Mendidik Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat) (Cet.II; Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003), h. 147
[18] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h. 129
[19] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h. 129
[20] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h. 129
[21] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h. 129
[22] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h. 129
[23] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. XI; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 127

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...