Oleh : Asrul Rahman
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Profesionalitas guru dalam melakoni
profesinya sebagai agen perubahan dalam dunia pendidikan menjadi salah satu
faktor penentu keberhasilan guru dalam mengantarkan peserta didiknya untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskannya. Sebab profesi guru membutuhkan
keahlian khusus bagi pelakunya dalam menjalankan berbagai kegiatannya.
Tugas dan fungsi guru sebagaimana
yang telah diamanahkan oleh UU RI No. 14 Tahun 2005 pasal 1 bahwa:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”.[1]
Berdasar pada UU RI No. 14 Tahun 2005, maka
profesi guru merupakan profesi yang menuntut keprofesionalan bagi orang-orang
yang melakoninya. Profesionalisme guru dalam mengelola pembelajaran sangat
dibutuhkan, sebab memiliki efek yang sangat besar terhadap keberhasilan proses
pembelajaran yang dilakukannya.
Profesionalisme guru dalam bidangnya
dituangkan dalam ragam kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru sebagai penanda
akan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi yang diperlukan tersebut dapat
diperoleh melalui pendidikan formal maupun pengalaman.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 tentang guru, disebutkan dalam pasal 2 bahwa guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, setifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.[2]
Imas Kurniasih merinci tentang
kompetensi yang dimaksud adalah serangkaian pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.[3]
Kompetensi guru secara umum ada empat,
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut menjadi kewajiban bagi guru
untuk mengaktualisasikannya dalam tugas profesional yang dilakoninya.
Terkait dengan hal pengajaran,
sebagai bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, maka
pengolahan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik
menjadi hal penting yang harus dipenuhi oleh guru.
Guru tidak hanya dipandang mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang sekedar melakukan transfer pengetahuan
kepada peserta didiknya, tetapi juga dituntut untuk melakukan desain
pembelajaran.
Desain pembelajaran yang dilakukan tentunya
mempertimbangkan pendekatan yang digunakan sebab pendekatan pembelajaran yang
baik dan sesuai dengan kondisi peserta didik akan mudah mengantar peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Oleh sebab itu, pada makalah ini
penulis akan mengupas lebih dalam tentang Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
B.
Rumusan Masalah
Berdasar
pada latar belakang masalah, maka dapat ditarik sebagai rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud dengan pendekatan terpadu?
2.
Bagaimana
karakteristik pendekatan terpadu dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
3.
Apa
manfaat pendekatan terpadu dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan Terpadu (Integrated Approach)
1.
Pengertian Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu terdiri dari dua kata yaitu pendekatan dan
terpadu. Kata pendekatan berarti perbuatan atau usaha untuk mendekatkan atau
mendekati[4],
sedangkan kata terpadu berarti sudah dipadu atau dilebur menjadi satu.[5]
Pendekatan dalam pembelajaran dipahami dengan konsep dasar yang
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu.[6]
Pendekatan menurut Yaumi adalah penentu arah umum atau lintasan
yang jelas untuk pembelajaran yang mencakup komponen yang lebih tepat atau
perinci.[7]
Pendekatan juga dapat dipahami dengan sebagai sudut pandang bagi guru, dosen,
dan instruktur yang menurunkan strategi pembelajaran langsung.[8]
T. Raka Joni (1991), menunjukan cara umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak, ibarat seorang yang memakai
kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar. Kacamata
berwarna hijau akan menyebabkan lingkungan kelihatan kehijau-hijauan dan
seterusnya.[9]
Pendekatan pembelajaran dari berbagai pandangan di atas dapat dipahami
sebagai sudut pandang yang digunakan oleh individu dalam memberikan arah dalam
pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan guru dipandang sebagai penggerak keberlangsungan
proses pembelajaran menggunakan cara pandang tertentu dalam mendekatkan peserta
didik untuk mengantarkannya mencapai tujuan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran bergantung dari sudut pandang guru yang
melihat sisi peserta didik sebelum menentukan pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan dalam melakukan pembelajaran.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai wahana perantara dalam
mengantarkan peserta didik adalah pendekatan terpadu.
2.
Muatan Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu
adalah pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan memadukan
secara serentak beberapa pendekatan.[10] Penekanan
pada penggunaan pendekatan ini terletak pada pemaduan dari beberapa pendekatan
yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam.
Pendekatan terpadu
dalam pendidikan agama Islam meliputi 7 pendekatan yang disatukan sehingga
melahirkan satu pendekatan baru yang disebut dengan pendekatan terpadu,
pendekatan tersebut meliputi:
a. Keimanan
Pendekatan keimanan memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk sejagat
ini.[11]
Pendekatan keimanan berlandaskan atas dasar
fitrah manusia sebagai sesuatu yang
dasar dalam diri manusia. Abdul Mujib menekankan bahwa al-fitrah merupakan
citra asli manusia yang berpotensi baik atau buruk dimana aktualisasinya
tergantung pilihannya. [12]
Pendekatan keimanan diperlukan sebab telah menjadi fitrah bagi manusia
terhadap kecenderungan memiliki potensi baik dan buruk, potensi baik dan buruk
inilah yang akan dibentuk dalam dunia pendidikan dengan meningkatkan potensi
baik pada diri manusia dan meminimalisir potensi buruk. Keimanan adalah salah
satu upaya dalam meningkatkan potensi baik pada diri manusia sehingga manusia
tersebut menyadari eksistensinya sebagai makhluk.
Pendekatan keimanan juga telah dicontohkan oleh Luqman di dalam QS Luqman/31: 13 sebagai berikut:
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ
Terjemahnya:
“dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".[13]
Pada ayat tersebut
diilustrasikan bagaimana pendekatan keimanan dilakukan oleh Luqman dalam
menanamkan nilai-nilai tauhid kepada anaknya. Untuk mengenalkannya kepada Allah
swt. sebagai pemilik dari segalanya termasuk manusia di dalamnya.
Terkait dengan hal
tersebut, Zuhairini berpandangan bahwa pendidikan pertama dan utama untuk
dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah SWT sehingga diharapkan
dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak.[14]
Pendekatan keimanan
menjadi sebuah hal yang penting bagi pendidikan peserta didik, sebab memiliki
fungsi yang sangat besar dalam penentuan arah dan sasaran yang ingin dicapai,
dimana dengan pendekatan ini peserta didik dapat mengenali eksistensi
keberadaan Allah SWT sebagai dzat yang Maha ada meskipun secara kasak mata
tidak tampak namun dapat diterima oleh hati sebagai wujud keyakinan yang tinggi
terhadapNya.
b. Pengamalan
Pendekatan pengamalan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan
hasil-hasil pengamatan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan
masalah dalam kehidupan.[15]
Pendekatan ini mencoba
untuk mengarahkan peserta didik dari fungsinya sebagai manusia untuk beribadah
kepada Allah SWT, yang akan berfungsi jika memiliki kemampuan-kemampuan ganda
dalam dirinya sebagai makhluk Allah SWT.[16]
Kemampuan ganda yang
dimaksud di sini adalah kemapuan untuk menciptakan kondisi pofitif terhadap
Allah SWT dengan melakukan berbagai macam ibadah yang diperintahkanNya dan
menciptakan hubungan yang positif terhadap sesama makhluk.
Hal ini jika diangkat
dalam konteks kelas maka kemampuan ganda yang dimiliki oleh peserta didik
adalah pembentukan sikap positif terhadap guru dan sesama peserta didik.
Titik fokus pada penerapan pendekatan
pengamalan adalah terletak pada pengaplikasian hasil-hasil pengamatan yang
dilakukan oleh peserta didik terhadap ibadah dan akhlak yang bertujuan untuk
mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga peserta didik tidak
salah dalam melangkah ketika menemukan masalah-masalah yang dapat menggoncang
jiwanya.
c. Pembiasaan
Pendekatan pembiasaan
merupakan bagian dari proses pendidikan, dimana pembiasaan bermuara pada
lahirnya karakter peserta didik, sebagaimana sebelumnya telah penulis singgung
bahwa telah menjadi fitrah bagi diri manusia untuk memiliki kecenderungan
kepada hal-hal yang sifatnya baik dan buruk. Penanaman pembiasaan kepada
peserta didik akan melekatkan peserta didik terhadap satu nilai sehingga nilai
tersebut akan sulit untuk ditinggalkannya sebab telah menjadi sebuah tradisi
bagi peserta didik dan akan diturunkan secara turun temurun.[17]
Pemberian kesempatan
kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai
dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan.[18]
Pendekatan pembiasaan
merupakan upaya mendekatkan kebiasaan-kebiasaan positif kepada peserta didik
sehingga membentuk karakter yang baik yang berlandaskan nilai-nilai dan ajaran
Islam dengan tujuan terbentuknya pribadi manusia muslim yang berkarakter pada diri
peserta didik.
d. Rasional
Usaha memberikan
peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai
bahan ajar dalam materi pokok serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan
perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi.[19]
Pendekatan rasional
menitik beratkan pada pengaktifan peran akal peserta didikdalam menentukan,
menimbang, dan menerima perilaku-perilaku yang dalam pandangan akal baik serta
buruk.
Proses pengaktifan
tersebut sebagai salah satu upaya dalam menanamkan nilai-nilai normatif pada
diri peserta didik dalam melakukan perbuatan, sehingga dalam bertindak peserta
didik mempertimbangkan akalnya sebelum melangkah lebih jauh.
e. Emosional
Upaya menggugah
perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan
ajaran agama dan budaya bangsa.[20]
Pendekatan emosional
memfokuskan pada peningkatan kepekaan sikap peserta didik dalam berperilaku,
sehingga memicu lahirnya aspek afektif pada diri peserta didik. Sehingga
disetiap perilaku peserta didik dilandasi dari hasil penghayatannya terhadap
ajaran agama dan budaya bangsa.
f. Fungsional, dan
Menyajikan bentuk semua
materi pokok (al-Qur’an, Aqidah, Syariah, Akhlak, dan Tarikh), dan segi manfaatnya
bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.[21]
Pendekatan fungsional
menitik beratkan pada aspek manfaat dari materi-materi yang disajikan terhadap
peserta didik. Pendekatan ini mendekatkan peserta didik untuk menemukan manfaat
dari materi yang menjadi pokok pembelajaran sehingga peserta didik dapat
berpandangan luas tidak sepihak.
g. Keteladanan
Menjadikan
figur pendidik agama dan non agama serta petugas sekolah lainnya maupun orang
tua peserta didik, sebagai cermin manusia berkepribadian agama.[22]
Pendekatan
ini terfokus pada lahirnya kepribadian yang agamis dimana mereka dapat
mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam kehidupannya sehingga dapat diikuti dan
ditiru oleh peserta didik sebagai teladan.
Dengan
demikian, pendekatan terpadu adalah penentu arah atau sudut pandang yang
digunakan oleh guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan komponen
tertentu seperti keimanan, pengamalan, pembiasaan, rasional, emosional,
fungsional, dan keteladanan yang melatari lahirnya penggunaan metode
pembelajaran.
B.
Karakteristik Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
Adapun
karakteristik dalam pendekatan terpadu adalah sebagai berikut:
1.
Pembelajaran terpadu berpusat pada peserta
didik (student centred approach).
Roy Killen mengatakan bahwa pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik memiliki cenderung menurunkan strategi pembelajaran discovery (penemuan)
dimana peserta didik diarahkan untuk menemukan secara langsung masalah yang
dihadapinya.[23]
Proses ini akan memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang
disajikan oleh guru, sebab peserta didik terlibat langsung didalam menemukan
masalah.
2.
Pembelajaran
terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct
experiences).
Melalui
pengalaman langsung, peserta didik dituntut dalam hal yang nyata (konkrit)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Peserta didik yang
akan lebih mudah memahami masalah yang dihadapinya disebabkan masalah tersebut
telah dilalui oleh inderanya dan berdasarkan fakta yang terjadi.
3.
Pemisahan
mata pelajaran tidak begitu jelas.
Pada
pembelajaran agama Islam di sekolah umum berbeda dengan yang ada di madrasah.
Mata pelajaran agama pada madrasah dipisahkan berdasarkan karakteristik mata
pelajaran tersebut seperti muatan materi yang mencakup tentang ketuhanan dan
akhlak dipadukan dalam mata pelajaran akidah akhlak, muatan materi yang
membahas tentang al-Qur’an dan hadits dipadukan dalam mata pelajaran Qur’an
hadits, dan seterusnya.
Sekolah
umum menyatukan muatan materi yang meliputi aspek al-Qur’an dan hadits, aqidah
dan akhlak, muamalah dan sejarah islam dalam satu mata pelajaran pendidikan
agama Islam.
Pemisahan
yang dilakukan di madrasah akan dipadukan pada sekolah-sekolah umum sehingga
peserta didik memandang beberapa aspek yang terpisah menjadi satu eksatuan yang
utuh dalam pelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini bertujuan untuk membantu
peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari.
4.
Pembelajaran
terpadu bersifat luwes (fleksibel)
Guru
dapat mengaitkan bahan ajar dari satu aspek dengan aspek lainnya, bahkan dengan
kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan peserta didik
berada.
5.
Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
Pendekatan
terpadu dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam memberikan ruang bagi peserta
didik untuk berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sebab pada muatan
mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah mencakup empat aspek pokok
yang harus diajarkan kepada peserta didik. Keempat aspek pokok tersebut adalah:
a.
Aspek
al-Qur’an dan Hadits
b.
Aspek
Akidah dan Akhlak
c.
Aspek
Syariah dan Muamalah
d.
Aspek
Tarikh
C.
Manfaat Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Adapun
manfaat yang dari penerapan pendekatan terpadu dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam adalah sebagai berikut:
1.
Pendekatan
terpadu menggabungkan beberapa aspek inti sehingga meminimalisir materi yang
sifatnya terlalu luas.
2.
Pendekatan
terpadu dalam membantu peserta didik dalam menghubungkan aspek-aspek pendidikan
agama islam yang memiliki korelasi antara satu sama lain.
3.
Pendekatan
terpadu sebagai salah satu pendekatan yang mampu meningkatkan taraf kecakapan
berfikir peserta didik, dimana peserta didik dihadapkan pada gagasan atau
pemikiran yang lebih besar, lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi
situasi pembelajaran.
4.
Pendekatan
terpadu memberikan pemahaman yang kompleks terhadap peserta didik dalam
memaknai materi yang dipelajarinya, sebab peserta didik dilengkapi dengan
pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian
mengenai proses dan materi yang lebih terpadu.
5.
Pendekatan
terpadu memberikan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga dapat mempertinggi
kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning) yang dilakukan
oeh guru kepada peserta didik.
6.
Pendekatan
terpadu memudahkan bagi guru untuk memilih strategi pembelajaran aktif karena
titik sasarannya berpusat pada peserta didik.
Penerapan
pendekatan terpadu bagi guru dapat memberikan ruang bagi peserta didik untuk
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah atau madrasah, sebab
penekanan penggunaan pendekatan ini menitik beratkan pada peserta didik. Selain
itu, pendekatan terpadu seiring dengan pemilihan dan penggunaan pendekatan
dewasa ini yang tidak lagi menjadikan guru sebagai ssatu-satunya sumber ilmu
pengetahuan bagi peserta didik, namun juga melibatkan segala sesuatu yang ada
di lingkungan belajar, baik itu peserta didik maupun lingkungan sekitar yang
mendukung terjadinya proses pembelajaran.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Pendekatan
terpadu adalah penentu arah atau sudut pandang yang digunakan oleh guru dalam
melakukan proses pembelajaran dengan komponen tertentu seperti keimanan,
pengamalan, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, dan keteladanan yang
melatari lahirnya penggunaan metode pembelajaran.
2.
Karakteristik
dalam pendekatan terpadu mencakup tentang :
a.
Pembelajaran
terpadu berpusat pada peserta didik (student centred approach).
b.
Pembelajaran
terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct
experiences).
c.
Pemisahan
mata pelajaran tidak begitu jelas.
d.
Pembelajaran
terpadu bersifat luwes (fleksibel)
e.
Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
3.
Manfaat
pendekatan terpadu dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah sebagai
berikut:
a.
Meminimalisir
materi yang sifatnya terlalu luas.
b.
Membantu
peserta didik dalam menghubungkan aspek-aspek pendidikan agama Islam.
c.
Mampu
meningkatkan taraf kecakapan berfikir peserta didik.
d.
Memberikan
pemahaman yang kompleks.
e.
Memberikan
penerapan-penerapan dunia nyata.
f.
Memudahkan
bagi guru untuk memilih strategi pembelajaran aktif.
B.
Saran
Adapun saran
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Disarankan
kepada guru maupun calon guru pendidikan agama Islam untuk menggunakan
pendekatan terpadu dalam melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2.
Disarankan
kepada pembaca untuk memberikan masukan yang sifatnya membangun dalam penulisan
makalah ini sebagai pertimbangan pada penulisan selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Aka,
Hawari. 2012. Guru Yang Berkarakter Kuat: Panduan Guru Yang Inspiratif bagi
Anak Didik. Cet. I; Jogjakarta: Laksana.
Arifin,
M. 2003. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara
Azizy,
A. Qodri A. 2003. Pendidikan [Agama] untuk Membangun Etika Sosial (Mendidik
Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat). Cet.II; Semarang: CV. Aneka
Ilmu.
B.
Chaeruddin.
2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam Luar Sekolah. Cet. I;
Yogyakarta: Lanarka Publisher
Faisol.
2011. Gus Dur & Pendidikan Islam: Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan
di Era Global. Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Kementerian
Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia
Kurniasih,
Imas. 2012. Bukan Guru Biasa: Panduan Praktis dan Lengkap Menjadi Guru
Idaman. Jakarta: Arta Pustaka
Mujib,
Abdul. 2017. Teori Kepribadian: Perspektif Psikologi Islam. Cet. II;
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Noerhidayatullah.
2002. Insan Kamil: Metode Islam Memanusiakan Manusia. Cet. I; Bekasi:
Intimedia dan Nalar
Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
Poerwadarminta,W.J.S.
1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Cet. IX; Jakarta: Balai Pustaka
Ramayulis.
2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Cet. IV; Jakarta: Kalam Mulia
Ramly,
Amir Tengku. Menjadi Guru Bintang: Mengajar dengan Cahaya Hati. Cet. I;
Bekasi: Pustaka Inti
Rianto,
Milan. 2006. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran. Malang: Pusat
Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP
Sanjaya,
Wina. 2014. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cet.
XI; Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Tim
Penulis. 2005. Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. Jakarta:
Sinar Grafika
Yaumi,
Muhammad. 2016. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan dengan
Kurikulum 2013. Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Zubaedi.
2013. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Cet. III; Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Zuhairini
et.al. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara
[1]Tim Penulis, Undang-Undang
Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 2
[2] Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
[3] Imas
Kurniasih, Bukan Guru Biasa: Panduan Praktis dan Lengkap Menjadi Guru Idaman
(Jakarta: Arta Pustaka, 2012), h. 3
[4] W.J.S.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. IX; Jakarta: Balai
Pustaka, 1986), h. 237
[5] W.J.S.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 237
[6] Zubaedi, Desain
Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan
(Cet. III; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 186
[7] Muhammad
Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan dengan Kurikulum
2013 (Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2016), h. 230
[8]
Muhammad Yaumi,
Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan dengan Kurikulum 2013,
h. 231
[9] Milan Rianto, Pendekatan,
Strategi dan Metode Pembelajaran (Malang: Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS
dan PMP, 2006), h. 4
[10] Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam (Cet. IV; Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 128
[11]
Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, h. 129
[12] Abdul Mujib, Teori
Kepribadian: Perspektif Psikologi Islam (Cet. II; Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2017), h. 51
[13] Kementerian
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012), h. 581
[14] Zuhairini
et.al, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
h. 155
[15] Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, h. 129
[16] M. Arifin, Ilmu
Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner (Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 67.
[17] A. Qodri A.
Azizy, Pendidikan [Agama] untuk Membangun Etika Sosial (Mendidik Anak Sukses
Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat) (Cet.II; Semarang: CV. Aneka Ilmu,
2003), h. 147
[18] Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, h. 129
[19] Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, h. 129
[20] Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, h. 129
[21] Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, h. 129
[22] Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, h. 129
[23] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. XI; Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 127