Tuesday, April 10, 2018

Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan


OBJEK ILMU PENGETAHUAN,
 PERBEDAAN ILMU DAN PENGETAHUAN
 “FILSAFAT ILMU”

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan oleh sang Maha Kuasa memiliki banyak keistimewaan, diantara hal yang menjadi kekuatan terbesar atau bekal terhebat yang diberikan Tuhan kepadanya adalah kemampuan untuk berfikir, merasa, dan mengindra yang menghasilkan ilmu pengetahuan.
Dalam kesehariannya, manusia berupaya mencari jati dirinya, berinteraksi dengan sesama manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan  maupun dengan alam serta apa saja yang mencakup seluruh aspek kehidupannya. Sejalan dengan hal itu, potensi manusia yang diberikan Tuhan berupa akal tentunya akan mencari objek untuk dikaji dan diketahui sehubungan dengan keberadaannya di muka bumi sebagai khalifah yang memiliki kekuatan. Dari bekal ilmu pengetahuan inilah kemudian manusia mampu menjalankan roda kehidupan sebagai khalifah.
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang sangat berguna bagi umat manusia. Potensi yang dimiliki manusia berupa daya tangkap untuk mengetahui memerlukan objek, dan objek tersebut tak lain adalah objek ilmu pengetahuan itu sendiri. Hal ini tentunya perlu untuk diketahui dalam menambah khazanah keilmuan kita serta untuk mengeatahui sejauh mana batasan dari ilmu pengetahuan tersebut meneliti yang menjadi objeknya.
Disamping itu, term “Ilmu” dan “Pengetahuan” tidak kalah pentingnya untuk dapat diketahui, dalam menambah khazanah keilmuan manusia.. Ilmu  dan Pengetahuan adalah 2 hal yang jika sepintas terlihat sama, akan tetapi berbeda. Olehnya itu, Dalam upaya memberikan penjelasan mengenai kedua hal tersebut, penulis juga akan menyajikan penjelasan tentang perbedaan dari keduanya.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas serta banyaknya literatur yang memberikan penjelasan yang berbeda tentang hal tersebut, maka kami akan mencoba membahas dan mengkaji lebih dalam lagi tentang Objek ilmu pengetahuan, perbedaan ilmu dan pengetahuan. Semoga bermanfaat bagi kita semua, Amin.                                               
B.  Rumusan Masalah
Dari  uraian  latar  belakang  di  atas,  maka  penulis  merumuskan   masalah
 sebagai berikut :
1.      Apakah obyek dari Ilmu Pengetahuan?
2.      Apa pengertian dari Ilmu dan Pengetahuan?
3.      Apa perbedaan Ilmu dan Pengetahuan?



C.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami apa saja yang tergolong obyek Ilmu Pengetahuan.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian ilmu dan pengetahuan.
3. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan Ilmu dan Pengetahuan.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Objek Ilmu Pengetahuan
Suatu ilmu pengetahuan hanya dapat disebut ilmu pengetahuan apabila ia memenuhi persyaratan yang dituntut oleh ilmu pengetahuan secara umum. Persyaratan umum yang dituntut itu ialah setiap ilmu pengetahuan harus memiliki objek material dan objek formal.[1]
Obyek yang pertama adalah obyek material. Obyek material adalah segala sesuatu yang menjadi kajian ilmu pengetahuan pada umumnya. Seperti: manusia, masyarakat, alam semesta, tata surya serta flora dan fauna. Sedangkan yang kedua adalah obyek formal, yaitu pusat kajian khusus dari ilmu pengetahuan  tertentu. Misalnya, manusia sebagai objek material dapat dipelajari oleh ilmu politik, antropologi, kedokteran dan biologi. Objek formal dari antropologi adalah kebudayaan dari manusia. Psikologi mempelajari jiwa manusia, kedokteran mempelajari proses metabolisme dan penyakit yang ada pada tubuh manusia, dan sosiologi mempelajari hhubungan antara manusia. Dengan demikian, objek material ilmu pengetahuan dapat sama. Oleh karena itu, dalam ilmu social sering ditemukan tokoh-tokoh dengan teorinya yang sama pada cabang ilmu social yang berbeda. Misalnya, Karl Marx, ada dan dibahas di ilmu ekonomi, ilmu politik, dan ilmu sejarah. Perbedaan almu pengetahuan yang satu dengan ilmu pengetahuan yang lainnya adalah terletak pada objek-objek formalnya yang menjadi perhatian khusus dari cabang ilmu pengetahuan tertentu.[2]
Perlu dicatat bahwa, yang pantas menjadi objek material ialah suatu lapangan, bidang, atau materi yang benar-benar konkrit dan dapat diamati. Hal itu perlu ditegaskan karena kebenaran ilmiah adalah kesesuaian antara apa yang diketahui (pengetahuan) tidak dapat dicocokkan dengan objeknya. Dengan demikian, tidak mungkin dapat mencapai kebenaran yang merupakan kesesuaian pengetahuan dengan objeknya itu.[3]
Dari pemaparan diatas jelaslah bahwa objek ilmu pengetahuan itu ada 2 yakni: objek material dan objek formal. Objek material adalah segala sesuatu yang menjadi kajian ilmu pengetahuan pada umumnya, seperti: lapangan, bidang atau materi yang benar-benar konkrit dan dapat diamati. Objek formal adalah bentuk kajian spesifik dari objek material tersebut. Seperti manusia sebagai objek materialnya dan ilmu kedokteran yang mempelajari proses metabolisme dan penyakit yang ada pada tubuh manusia sebagai objek formalnya. Tentunya ini tidak menutup pintu untuk mengkaji objek formal lainnya yang menjadikan manusia sebagai objek materialnya. Yang tidak kalah pentingnya disini adalah, bagaimana objek material tersebut adalah suatu yang konkrit dan dapat diamati, karena kebenaran ilmiah dapatlah terjadi jika adanya kesesuaian antara pengetahuan dan objeknya. Pengetahuan yang didapatkan barulah mendapat keabsahan jika objek materialnya konkrit dan dapat diamati untuk membuktikan pengetahuan tersebut benar-benar ilmiah dan dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan.
B.       Pengertian Ilmu dan Pengetahuan
1.      Pengertian Ilmu
Sebagai makhluk yang berakal, manusia selalu diliputioleh hasrat ingin tahu. Oleh sebab itu, pengetahuan dimulai dari hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat manusia, maka semakin banyak pengetahuannya. Proses mengumpulkan pengetahuan adalah suatu proses belajar yang dilakukan oleh manusia sejak usia dini sampai ia meninggal dunia. Berbagai pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar yang dilakukan manusia membuat manusia mampu membuka rahasia alam yang ada dibalik struktur yang tersembunyi. Selanjutnya, manusia menyusun pengetahuan tersebut kedalam suatu bentuk yang terstruktur yang terdiri dari konsep-konsep, prinsip-prinsip, proposisi-proposisi, dan teori-teori yang berkaitan dengan struktur alam tertentu, yang pada tahap selanjutnya disebut ilmu.[4]
Secara etimologi, term “ilmu” berasal dari bahasa arab yang terdiri atas tiga huruf, yakni ع ,ل ,م(علم) artinya; mengetahui, mengenal, dan memberi tanda serta petunjuk.[5] Dalam Alqur’an sendiri, pengungkapan term-term علم dan derivasinya terulang sebanyak 744 kali.[6] Akan tetapi term ilmu secara etimologi yang dipahami secara umum adalah sebagai suatu pengetahuan secara praktis yang dipakai untuk menunjuk pada pengetahuan sistematis tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan subyek tertentu.[7] Selanjutnya, pengertian ilmu secara klasik dapat dipahami sebagai pengetahuan tentang sebab akibat atau asal usul yang biasanya dilawankan dengan pengertian oponi. Dalam pengertian lain, term “ilmu” disini sering pula diistilahkan dengan science, knowledge, education dan information, sehingga pengertiannya bermakna ganda atau mengandung lebih dari satu defenisi.[8]
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian ilmu secara terminologi :
1.      Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai bangku perguruan tinggi.[9] Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Ilmu itu merupakan pengetahuan yang sistematis dan diperoleh secara bertahap melalui jenjang pendidikan. Dalam hal ini dimulai dari jenjang pendidikan yang terendah yaitu taman kanak-kanak atau sekolah dasar sampai pada jenang perguruan tinggi.
2.      John Ziman, Menyatakan bahwa ilmu adalah kajian tentang dunia material yang memiliki objek tertentu.[10] Dari penjelasan diatas penulis memahami bahwa ilmu menurut John Ziman hanya terfokus pada dunia material dan memiliki objek tertentu. Dunia non material tidak termasuk dalam kajian ilmu itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa informasi yang didapatkan dari alam immateri bukanlah termasuk ilmu.
3.      Al-Qadhi Abd. Al-Jabbar menyatakan bahwa  العلم يقتضى سكون نفس العا لم الى ما       تنا وله[11] (Ilmu adalah suatu makna yang dapat menentramkan hati bagi seorang alim terhadap apa yang telah dicapainya). Berdasarkan penjelasan diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa ilmu menurut Al-Qadhi Abd. Al-Jabbar merupakan sesuatu yang dicapai oleh seorang alim, dimana pencapaian tersebut dapat menentramkan hatinya, artinya bila pencapaian yang didapatkan tidak membuat sang alim menjadi tenang hatinya tidak tergolong atau dikategorikan sebagai ilmu.
4.      Imam Al-Gazali menyatakan bahwa العلم هو حصول المثال في القلب (Ilmu adalah terjadinya gambaran di dalam hati). Pengertian ini mengindikasikan bahwa gambaran esensi sesuatu itu ada di dalam hati. Bukan berarti yang dimaksud disini hanya semata-mata hati saja. Al-Gazali menganggap bahwa hati adalah bagian dari بصيرة yang di dalamnya tercakup akal. Berdasarkan hal ini maka ia mengembalikan pengertian ilmu kedalam dua komponen yaitu البصير البطنية
Yaitu akal dan hati, hakikat atau esensi sesuatu sebagai objek pokok dan cara terjadinya gambaran sesuatu itu.[12]
5.      Dalam Kamus Bahasa Indonesia  dikatakan bahwa pengertian ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.[13] Pengertian ini mengindikasikan bahwa ilmu itu memiliki corak tersendiri menurut suatu ketentuan yang terwujud dari hasil analisis–analisis secara komprehensif.
6.      Titus
Ilmu (Science) diartikan sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi, yang teliti dan kritis.[14]
7.      Ashkey montagu yang disunting oleh Endang Saefuddin Anshari mengemukakan, ilmu (science) merupakan pengetahuan yang disusun yang berasal dari pengamatan, studi, dan pengalaman, untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari.[15]
8.      Prof. Harsoyo mengemukakan beberapa pengertian tentang ilmu, yaitu:
a.       Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan
b.      Ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indra manusia.
Selain pemaparan tentang defenisi dari ilmu itu sendiri, terdapat ciri khas yang dimiliki oleh ilmu. Dalam hal ini, Randal (1942) menegemukakan beberapa ciri umum dari ilmu, diataranya adalah:
1.      Hasil ilmu sifatnya akumulatif dan merupakan milik bersama.
2.      Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan karena yang membuatnya adalah manusia. Kesalahan-kesalahan itu bukan karena metodenya melainkan terletak pada manusia yang menggunakan metode tersebut.
3.      Ilmu itu objektif[16]
Pendapat lain dikemukakan oleh Ralph Rose dan Ernest Van Den Haag, yang disunting oleh Harsoyo, mengemukakan cirri-ciri umum dari ilmu, yaitu:
a.       Bahwa ilmu itu rasional
b.      Bahwa ilmu itu bersifat empiris
c.       Bahwa ilmu itu bersifat umum
d.      Bahwa ilmu itu bersifat akumulatif
 Berdasarkan pemaparan para ahli diatas, baik dari segi defenisi maupun sifat dari ilmu itu sendiri, penulis mengambil kesimpulan bahwa ilmu merupakan terjadinya gambaran dalam hati yang merupakan akumulasi dari pengetahuan atau kumpulan dari beberapa pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan metode-metode tertentu kemudian hasilnya merupakan milik bersama, kebenarannya tidak mutlak, objektif, rasional dan empiris, mampu menentramkan hati si Alim atau orang yang mendapatkan ilmu itu serta objeknya adalah dunia yang dapat diamati oleh panca indra manusia yang didapatkan baik didalam ataupun diluar bangku sekolah.
2.      Pengertian Pengetahuan
Secara etimologi pengertian pengetahuan dijelaskan dalam kamus besar bahasa indonesia yakni segala sesuatu yang diketahui; kepandaian.[17]
Secara terminology, pengertian pengetahuan akan diungkapkan oleh para pakar, diantaranya:
1.      Drs. H. Burhanuddin Salam
Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.[18]
2.      Sidi Gazalba
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari: kenal, sadar, insaf,mengerti dan pandai. Pengetahuan itu milik atau isi fikiran.[19]
3.      Penganut paham pragmatis, terutama Dewey, tidak membedakan antara pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan haruslah benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.[20]
4.      Bertrand Russel seorang realist, menulis:
I Conclude that “truth” in the fundamental concept and that ”knowledge” must be defined in term of ’truth’ not vise versa”.[21]
Bertitik tolak dari pengetahuan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah pengetahuan; maka di dalam kehidupannya manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.
5.      Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.[22]
Selain defenisi tentang pengetahuan, ada juga jenis-jenis pengetahuan yang dimiliki manusia menurut  Burhanuddin Salam, yaitu:
a.       Pengetahuan biasa atau common sense
b.      Pengetahuan ilmu, secara singkat orang menyebutnya dengan pendek saja yaitu “ilmu” sebagai terjemahan dari “science”. Tujuan pengetahuan ini adalah menjelaskan gejala-gejala secara rasional.
c.       Pengetahuan filsafat, atau dengan singkat saja disebut filsafat. Pengetahuan ini tujuannya adalah mencapai hakikat yang paling dasar dari semesta.
d.      Pengetahuan religi (pengetahuan agama, - pengetahuan atau kebenaran yang bersumber dari agama).
Manusia menggunakan empat cara untuk mengetahui (methods of knowing) yaitu : keteguhan (tenacity) bahwa hal tersebut dianggap benar karena selalu benar dan tidak ada yang berubah, intuisi (perasaan), Otoritas yakni kebenaran yang diperoleh dari sumber yang terpercaya seperti orang tua, guru dll, dan Ilmiah yakni serangkaian pengetahuan melalui serangkaian analisis obyektif.[23]
Dari penjelasan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa pengetahuan adalah hasil proses dari usaha manusia dalam keadaan kenal, sadar, insaf,mengerti, pandai, untuk tahu, hasil tahu tersebut merupakan suatu kebenaran baik berupa pengetahuan biasa, ilmu, filsafat maupun pengetahuan agama.
Sebagai alat untuk mengetahui, terjadinya pengetahuan menurut John Hopers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis mengemukakan ada enam hal, yaitu sebagai berikut:
1.      Pengalaman Indra (sense experience)
2.      Nalar (Reason)
3.      Otoritas (authority)
4.      Intuisi (Intuition)
5.      Wahyu (revelation)
6.      Keyakinan (Faith).[24]
C.    Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan
Meskipun dalam kesehariannya kita biasa mendapati kata ilmu dan pengetahuan merupakan hal yang sama akan tetapi pada dasarnya kedua kata tersebut berbeda. Dari pemaparan-pemaparan sebelumnya serta pengamatan yang penulis lakukan berdasarkan perkembangan yang ada, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara pengetahuan dan ilmu adalah:
1.      Pengetahuan bersifat umum sedangkan ilmu bersifat khusus dengan kata lain, ilmu itu didapatkan dengan menggunakan metode-metode tertentu serta tersusun secara sistematis sedangkan pengetahuan merupakan hasil usaha ,manusia untuk tahu tanpa harus didapatkan secara sistematis dan menggunakan metode-metode tertentu.
2.      Pengetahuan memiliki ruang lingkup yang lebih luas sedangkan ilmu hanya berkisar pada alam materi atau alam yang dapat dijangkau oleh panca indra
3.      Ilmu merupakan kumpulan dari beberapa pengetahuan,tapi meskipun demikian ilmu belum tentu merupakan pengetahuan begitupun sebaliknya. Dikarenakan ilmu juga adalah bagian dari pengetahuan dimana pengetahuan itu terbagi menjadi 4 sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya.

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
1.  Objek ilmu pengetahuan ada 2 yakni: Objek material dan Objek Formal. Obyek material adalah segala sesuatu yang menjadi kajian ilmu pengetahuan pada umumnya. Seperti: manusia, masyarakat, alam semesta, tata surya serta flora dan fauna. Sedangkan yang kedua adalah objek formal, yaitu pusat kajian khusus dari ilmu pengetahuan  tertentu. Misalnya, manusia sebagai objek material dapat dipelajari oleh ilmu antropologi, ilmu politik, kedokteran dan biologi. Objek formal dari antropologi adalah kebudayaan dari manusia.
2.   Ilmu merupakan terjadinya gambaran dalam hati yang merupakan akumulasi dari pengetahuan atau kumpulan dari beberapa pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan metode-metode tertentu kemudian hasilnya merupakan milik bersama, kebenarannya tidak mutlak, objektif, rasional dan empiris, mampu menentramkan hati si Alim atau orang yang mendapatkan ilmu itu serta objeknya adalah dunia yang dapat diamati oleh panca indra manusia yang didapatkan baik didalam ataupun diluar bangku sekolah.
3.   Pengetahuan adalah hasil proses dari usaha manusia dalam keadaan kenal, sadar, insaf,mengerti, pandai, untuk tahu, hasil tahu tersebut merupakan suatu kebenaran baik berupa pengetahuan biasa, ilmu, filsafat maupun pengetahuan agama.
4.   Perbedaan antara pengetahuan dan ilmu adalah:
a.       Pengetahuan bersifat umum sedangkan ilmu bersifat khusus dengan kata lain, ilmu itu didapatkan dengan menggunakan metode-metode tertentu serta tersusun secara sistematis sedangkan pengetahuan merupakan hasil usaha ,manusia untuk tahu tanpa harus didapatkan secara sistematis dan menggunakan metode-metode tertentu.
b.      Pengetahuan memiliki ruang lingkup yang lebih luas sedangkan ilmu hanya berkisar pada alam materi atau alam yang dapat dijangkau oleh panca indra
c.       Ilmu merupakan kumpulan dari beberapa pengetahuan,tapi meskipun demikian ilmu belum tentu merupakan pengetahuan.
B.     Saran
1.      Penulis memberikan saran kepada pemakalah lain yang mengambil obyek yang sama untuk mengambil literatur-literatur atau referensi yang lebih banyak   lagi   untuk   memperkaya   khazanah   keilmuan,  khususnya  yang
berkaitan dengan judul ini.
2. Layaknya manusia biasa, tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penyusunan ataupun pembuatan makalah ini, olehnya itu diminta saran dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya membangun.















DAFTAR PUSTAKA
Abd. Jabbar Al-Qadhi, Al-Ma’na fiy Abwab Al-Tawhid, jilid XII. Kairo: Muassasah al-Mishriyah al-Ammah li Al-Nasyr, 1972.
Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. IV; Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Faris Zakariyah Abu Husayn Muhammad bin, Mu’jam Maqayis al-Lugah, juz III. Cet. III; Mesir: Musthafa al-Babi al-halabi wa awladuh, 1971.
Ishbah Muhammad Taqi, Importance of Problems of World View, diterjemahkan oleh zainal abidin. Vol. III;  al-Hikmah, 1991.
Morissan, Metode penelitian survey. Cet.I; Jakarta: Kencana, 2012.
Rahmat Aceng dkk, Filsafat ilmu lanjutan. Cet.I; Jakarta: Kencana prenada media group, 2011.
Rapar Jan Hendrik, Pengantar Logika,asas-asas penalaran sistematis. Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Salam Burhanuddin, Logika Materiil,filsafat ilmu pengetahuan. Cet.I; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997.
Soeroso Andreas, Sosiologi 1. Cet. I; Yudhistira, 2008
Surajiyo Drs, Filsafat ilmu & Perkembangannya di Indonesia. Cet.7; Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Suriasumantri Jujun. S., Pengantar Filsafat Ilmu. Cet. IV; Yogyakarta: Liberti, 1999.
Wello Abd. Malik, Filsafat Ilmu dan sains perspektif islam. Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2013.
Ziman John, Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam. dalam C. A. Qadir (ed) “Ilmu Pengetahuan dan Metodologinya”. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia., 1998.


[1] Jan Hendrik Rapar, Pengentar Logika,asas-asas penalaran sistematis (Yogyakarta: Kanisius, 1996), h. 10
[2] Andreas Soeroso, Sosiologi 1,(Cet. I; Yudhistira, 2008), h.12
[3] Jan Hendrik Rapar, Pengentar Logika,asas-asas penalaran sistematis, h. 10

[4] Dr. Aceng Rahmat dkk, Filsafat ilmu lanjutan (Cet.I; Jakarta: Kencana prenada media group, 2011), h. 102-103
[5] Abu Husayn Muhammad bin faris Zakariyah, Mu’jam Maqayis al-Lugah, juz III (Cet. III; Mesir: Musthafa al-Babi al-halabi wa awladuh, 1971), h.90.
[6] Abd. Malik Wello, Filsafat Ilmu dan sains perspektif islam (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 45.
[7] Muhammad Taqi Ishbah, Importance of Problems of World View, diterjemahkan oleh zainal abidin (Vol. III;  al-Hikmah, 1991), h. 61.
[8] Abd. Malik Wello, Filsafat Ilmu dan sains perspektif islam, h. 46.

[9] Jujun. S. Suriasumantri, Pengantar Filsafat Ilmu (Cet. IV; Yogyakarta: Liberti, 1999), h.94.
[10] John Ziman, Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam dalam C. A. Qadir (ed) “Ilmu Pengetahuan dan Metodologinya” (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia., 1998), h.10.
[11] Al-Qadhi Abd. Jabbar, Al-Ma’na fiy Abwab Al-Tawhid, jilid XII (Kairo: Muassasah al-Mishriyah al-Ammah li Al-Nasyr, 1972), h.13.
[12] Abd. Malik Wello, Filsafat Ilmu dan sains perspektif islam, h. 47.
[13] Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3 (Cet. I; Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 423.
[14] Burhanuddin Salam, Logika Materiil,filsafat ilmu pengetahuan (Cet.I; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 30
[15] Burhanuddin Salam, Logika Materiil,filsafat ilmu pengetahuan, h. 30
[16] Burhanuddin Salam, Logika Materiil,filsafat ilmu pengetahuan, h. 31-32
[17] Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3,  h. 1121.
[18] Burhanuddin Salam, Logika Materiil,filsafat ilmu pengetahuan, h. 28
[19] Burhanuddin Salam, Logika Materiil,filsafat ilmu pengetahuan, h. 28
[20] Burhanuddin Salam, Logika Materiil,filsafat ilmu pengetahuan, h. 28
[21] Burhanuddin Salam, Logika Materiil,filsafat ilmu pengetahuan, h. 28
[22] Drs. Surajiyo, Filsafat ilmu & Perkembangannya di Indonesia (Cet.7; Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 26.
[23] Morissan, Metode penelitian survey, (Cet.I; Jakarta: Kencana, 2012), h.2
[24] Drs. Surajiyo, Filsafat ilmu & Perkembangannya di Indonesia, h. 28.

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...