Sunday, April 29, 2018

Urgensi Teori Pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan belajar manusia menjadi mengerti tentang hal-hal yang sebelumnya belum diketahui. Manusia memperoleh sebagian besar dari kemampuannya melalui belajar, baik melalui jalur formal, nonformal maupun informal. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan dikontrol.[1]
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada makhluk-makhluk lainnya.[2] Belajar membutuhkan interaksi, seorang peserta didik akan lebih cepat memiliki pengetahuan karena bantuan guru. Sehingga seorang guru, harus memiliki kemampuan dalam bidang yang diajarkannya.
Guru menempati kedudukan sentral sebab peranannya sangat menentukan. Ia harus mampu menerjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian mantransformasikan nilai-nilai tersebut kepada peserta didik melalui proses pembelajaran di sekolah.[3] Oleh karena itu, Guru harus mengenal dan mengetahui pentingnya teori belajar dalam pembelajaran agar mampu menerapkan teori-teori belajar dalam pembelajaran sesuai dengan keadaan  peserta didik.
B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana teori belajar dan pembelajaran?
2.        Bagaimana urgensi teori belajar dan pembelajaran?

C.      Tujuan
1.        Untuk mengetahui teori belajar dan pembelajaran
2.        Untuk mengetahui urgensi teori belajar dan pembelajaran

















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Teori Belajar dan Pembelajaran
1.    Pengertian teori belajar
Dalam proses pembelajaran, guru harus memahami berbagai pengetahuan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pemahaman mengenai teori belajar. Berikut akan dipaparkan tentang pengertian teori belajar.
Istilah teori dalam ilmu-ilmu dasar dimaksudkan sebagai perangkat proposisi yang tergabung secara sistematis sebagai alat untuk menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan gejala yang dapat diamati.[4]
Defenisi belajar yang dikemukan oleh para ahli pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan Gagne belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.[5]
Belajar juga diartikan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[6]
Belajar juga  dapat diartikan  sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar. Artinya seseorang dikatakan telah belajar jika dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.[7]
Dari berbagai pandangan belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu  perubahan tingkah laku yang relatif permanen pada diri seseorang baik itu berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai akibat pengalaman.
Menurut Nana Sudjana teori psikologi dan belajar berarti seperangkat proposisi, kaidah-kaidah yang dapat menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan sebab-sebab terjadinya perubahan tingkah laku individu.[8]
Lebih sederhana lagi Muhibbin Syah memberikan penjelasan bahwa secara  pragmatis teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.[9]
Jadi dapatlah disimpulkan bahwa teori belajar merupakan seperangkat proposisi atau kumpulan prinsip-prinsip yang saling berhubungan dan dapat menjelaskan sejumlah fakta yang terjadi terhadap perubahan tingkah laku individu yang relatif permanen, baik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai akibat pengalaman yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
2.      Pengertian Pembelajaran
Peranan penting seorang guru di sekolah berhubungan dengan kegiatan membelajarkan peserta didik. Untuk dapat membelajarkan peserta didik, maka guru melakukan proses pembelajaran. Upaya membelajarkan peserta didik oleh Dengeng disebut sebagai pembelajaran.[10]
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lainnya. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan didalam kelas.[11]
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu peserta didik sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.[12]
Selanjutnya Asrori menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan.[13]
Pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dan cara. Seperti diungkapkan oleh Gagne dalam Made Wena bahwa pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus memiliki kiat maupun seni untuk memadukan antara bentuk pembelajaran dan media yang digunakan sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang harmonis.[14]
Jadi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan agar pembelajar dapat memperoleh perubahan dengan menggunakan berbagai sumber daya yang ada baik itu dari fasilitator yaitu guru maupun dari media.
3.      Urgensi Teori-Teori Belajar dalam Pembelajaran
Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan berbagai langkah dalam proses pembelajaran. Dan hasil belajar menjadi salah satu indikator untuk menilai mutu pendidikan. Untuk memperoleh atau meningkatkan hasil belajar, tentunya diperlukan proses pembelajaran yang berkualitas. Oleh sebab itu seorang guru harus berpikir inovatif, selalu belajar dan mencari permasalahan yang mempengaruhi proses pembelajaran serta mencari solusi agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, menyenangkan dan bermutu.
Dalam perspektif psikologi, umumnya para psikolog meyakininya bahwa antara dua orang anak (sekalipun kembar) tidak pernah memiliki respon yang betul-betul sama terhadap situasi pembelajaran di kelas. Apalagi individu yang satu sama lain berbeda latar belakangnya, jelas berbeda responsnya terhadap situasi proses pembelajaran. Setiap individu mungkin saja berbeda dalam hal pembawaan, kematangan, jasmani, intelegensi, dan keterampilan motorik. Setiap individu akan relatif berbeda dalam kepribadian. Perbedaan itu tampak dalam penampilan dan cara mengaktualisasikan pikiran atau pendapat dan ide bahkan dalam memecahkan problem mereka masing-masing.[15]
Di dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi antara guru (pendidik) dan siswa (peserta didik). Peristiwa atau interaksi ini sangat perlu dipahami dan dijadikan rambu-rambu oleh guru dalam menerapka teori belajar. Pengetahuan tentang teori belajar sesungguhnya tidak hanya diperlukan oleh calon guru yang sedang belajar di Fakultas Keguruan, para dosen di perguruan tinggi pun bahkan para orang tua pada prinsipnya juga memerlukan pengetahuan tentang teori belajar.
Di antara banyaknya teori belajar yang berkembang, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.                  Teori belajar Behavioristik
Teori belajar Behavioristik merupakan teori belajar yang berdasarkan atas perilaku. Teori belajar ini dikembangkan atas dasar perubahan perilaku individu yang diberikan stimulus tertentu. Riset pada teori ini umumnya dilakukan pada binatang. Binatang percobaan diberikan stimulus dan kemudian memperhatikan respon yang di hasilkan dari stimulus tersebut. Beberapa contoh teori behavioristik ini adalah teori koneksionisme dari Edward L. Thorndike, teori Classical Conditioning dari Ivan Vavlov dan teori Operant Conditioning dari B.F Skinner.[16]
2.                  Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitif bertujuan untuk mengkontruksi prinsip-prinsip belajar secara ilmiah yang diterapkan ke situasi kelas dengan menghasilkan prosedur untuk mendapatkan hasil yang paling baik. Teori belajar kognitif menjelaskan bahwa belajar bukan sebatas stimulus respon, melainkan bagaimana pengetahuain itu dipahami. Teori belajar kognitif menjelaskan tentang bagaimana orang belajar mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungan untuk mencapai tujuan. Teori-teori yang masuk dalam aliran kognitivisme diantaranya adalah teori Gestalt dengan tokohnya Kofka, Kohier dan Wertheimer, Field Teory oleh kurt lewin dan teori Konstruktivistik oleh Jean Piaget.[17] Selanjutnya dalam buku Leraning and Instruction Teori dan Aplikasi terdapat pula aliran Kognitif Sosial oleh Albert Bandura dan Kognitif Kultural  Historis oleh  Lev S.Vigotsky.[18]
3.                  Teori Belajar Humanistik
Teori belajar Humanistik dikembangkan oleh Carl Rogers, merupakan teori yang berbeda dari teori behaviorisme yang melakukan berbagai percobaan tentang belajar pada binatang. Teori ini dikembangkan atas asumsi bahwa manuisa berbeda dengan binatang, binatang bisa saja dapat memberi respon berdasarkan  stimulus yang diberikan. Tapi beda halnya dengan manusia, belajar tidak sebatas itu, karena manusia punya akal dan fikiran yang ikut mempengaruhi proses belajarnya karena setiap informasi akan diproses di otak dan manusia menentukan respon apa yang akan ia tampilkan berdasarkan pemahaman dan keinginannya.[19] Setiap manusia mempunyai IQ, EQ dan SQ. Inilah yang akan mengontrol tindakan manusia.
Teori-teori tersebut merupakan ilham yang mendorong para ahli melakukan eksperimen-eksperimen lainnya untuk mengembangkan teori-teori baru yang juga berkaitan dengan belajar.[20] Namun, teori-teori tersebut tidak akan dibahas satu persatu dalam makalah ini. Karena pembahasan makalah ini terbatas pada urgensi dari teori-teori belajar dalam pembelajaran.
Thorndike percaya bahwa praktik pendidikan harus dipelajari secara ilmiah. Menurutnya ada hubungan erat antara pengetahuan proses belajar dengan praktik pengajaran. Jadi dia mengharapkan akan ditemukan lebih banyak lagi pengetahuan tentang hakikat belajar, semakin banyak pengetahuan yang dapat diaplikasikan untuk memperbaiki praktik pengajaran.[21]
Pengetahuan yang banyak tentang hakikat belajar, tentu saja akan guru pahami jika mempelajari tentang teori-teori belajar, mengaplikasikan dan mengembangkannya dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan memahami teori-teori belajar, maka guru akan lebih mudah dalam penerapannya di kelas. Selain itu, diperlukan juga penelitian-penelitian ilmiah, sehingga teori-teori yang ada dapat dikembangkan.
Salah satu solusi agar pembelajaran berjalan secara baik adalah pendidik harus mengetahui teori-teori belajar karena teori belajar sangatlah penting, diantara urgensinya adalah:
1.      Kebanyakan prilaku manusia terbentuk melalui proses belajar. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan teori-teori belajar dapat membantu memahami mengapa perilaku itu terjadi.
2.      Setiap individu berbeda satu sama lain, dan perbedaan individu mungkin dapat  diterangkan dalam pengalaman belajar yang berbeda.
3.         Belajar membutuhkan landasan dalam pelaksanaannya.
4.        Belajar selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan.
5.      Belajar merupakan aktivitas psikis yang selalu berlandaskan teori-teori psikologis yang selalu berkembang.
6.      Belajar selalu dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal (fisik dan psikis) maupun faktor eksternal berupa faktor sosial dan non-sosial, sehingga teori-teori yang berhubungan dengan faktor-faktor tersebut, perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran dan ditata sedemikian rupa agar tujuan tercapai.
7.      Belajar selalu diarahkan pada tujuan, yakni adanya perubahan, baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga dibutuhkan adanya teori yang mendasari pelaksanaannya.
8.      Dengan bertambahnya pengetahuan tentang teori dan proses belajar, praktik pendidikan akan semakin efektif dan efisien.
Teori belajar merupakan hal yang sangat penting karena memiliki  beberapa fungsi, diantaranya: membuat penemuan menjadi sistematis, melahirkan hipotesis, membuat prediksi dan memberi penjelasan.[22] Fungsi teori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.                     Membuat penemuan menjadi sistematis
Suatu teori dapat digunakan untuk membuat penemuan penelitian menjadi sistematis dan memberi arti pada peristiwa-peristiwa yang kelihatannya saling tidak ada hubungannya.
2.                   Melahirkan hipotesis
Suatu teori merupakan generator yang tidak ternilai dari hipotesis- hipotesis penelitian. Salah satu kegunaan teori adalah menyampaikan pada para ilmuwan letak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Suatu teori yang baik dapat menghemat usaha-usaha yang tidak berguna dengan menunjukkan letak segi keuntungan bila dilakukan penelitian.
3.         Membuat prediksi
Suatu teori dapat digunakan untuk melakukan prediksi. Fungsi ini mirip dengan fungsi kedua yang telah dikemukakan di atas, tetapi dengan implikasi yang lebih kuat. Suatu teori bukan hanya membawa ilmuwan pada pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan berguna, melainkan teori itu dapat memperlihatkan apa yang dapat diharapkannya untuk ditemukan bila ia telah melakukan eksperimen atau pengamatan.
4.         Memberi penjelasan
Suatu teori dapat digunakan untuk menjelaskan, jadi fungsi teori dalam hal ini ialah menjawab pertanyaan “mengapa”, yaitu mengapa terjadi peristiwa-peristiwa tertentu dan mengapa memanipulasi suatu variabel menghasilkan perubahan pada variabel yang lain. Banyak kejadian di alam yang ditentukan atau disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak diketahui atau hanya diketahui tidak sempurna. Jadi, penjelasan kejadian-kejadian semacam itu harus dilakukan secara teoretis.
Snelbecker  berpendapat bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan juga vital bagi psikologi dan pendidikan agar dapat maju atau berkembang, serta memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang. Sekarang kita meyadari bahwa ilmu apapun untuk dapat berkembang, harus dilandasi teori.[23] Demikian halnya dalam proses pembelajaran, untuk dapat mengembangkan ide-ide yang digunakan, maka guru memerlukan teori sebagai landasannya.
Untuk menerapkan teori belajar, ada beberapa hal yang harus diketahui dalam teori belajar :
a.       Konsep dasar teori belajar tersebut, beserta ciri dan prasyarat yang   melingkupinya.
b.      Bagaimana sikap dan peran guru dalam proses pembelajaran apabila teori tersebut diterapkan.
c.       Faktor-faktor lingkungan (fasilitas, alat, sarana) apa yang perlu diupayakan untuk mendorong proses pembelajaran.
d.      Tahapan apa yang harus dilakukan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran.
e.       Apa yang harus dilakukan peserta didik dalam proses belajarnya.[24]
















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.      Teori belajar adalah  prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan agar pembelajar dapat memperoleh perubahan dengan menggunakan berbagai sumber daya yang ada.
2.      Teori pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran, untuk membantu guru, supaya memiliki kedewasaan dan kewibawaan dalam hal mengajar, mempelajari muridnya, menggunakan prinsip-prinsip psikologi maupun dalam hal menilai cara mengajarnya sendiri.
B.       Kritik Dan Saran
Sebagai seorang pemula, kemungkinan makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran guna memperbaikinya. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki atau memperdalam tentang ilmu ini.




DAFTAR PUSTAKA
--------. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press, 2009.
--------.Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Cet.1; Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1999.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga, 2011.
Gredler, Margaret E. Learning and Instruction Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana, 2011.
Hergenhahn dan  Mattheo H. Olson. Theories Of Learning. Jakarta: Kencana, 2008.
Nurochim. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-ilmu Sosial. Cet.1; Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cet. IX; Jakarta: Kencana, 2013.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Cet. III; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo, 2009.
Sumiati dan Asra.  Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2008.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran. Cet. II; Bandung: CV Wacana Prima, 2008.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Syarifuddin, Tatang. Landasan Pendidikan. Cet. I; Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Usman, Syahruddin. Belajar dan Pembelajaran Perspektif Islam. Cet. I; Makassar; Alauddin University Press, 2014.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 2011.


[1] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. IX; Jakarta: Kencana, 2013), h. 45.
[2] Muhibbin syah, Psikologi Belajar  (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h. 59.
[3] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algasindo, 2009), h. 1.
[4] Nana Sudjana, Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran  (Cet.1; Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1999), h. 38.
[5] Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Erlangga, 2011), h.12. h.2.
[6] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya (Cet. III; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), h. 2.
[7] Sumiati dan Asra,  Metode Pembelajaran  (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 38.
[8] Nana Sudjana, Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran, h. 38.
[9] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar  (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 92.
[10] Made Wena, Strategi Pemelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional  (Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 2011),  h. 2.
[11] Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-ilmu Sosial (Cet.; Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 17.
[12] Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran  (Cet. II; Bandung: CV Wacana Prima, 2008), h. 1.
[13] Muhammad Asrori,  Penelitian Tindakan Kelas ( Cet. II; Bandung: CV Wacana Prima, 2008), h. 6.
[14] Made Wena, Strategi Pemelajaran Inovatif kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, h. 10.
[15] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 15-16.
[16] Syahruddin Usman, Belajar dan Pembelajaran Perspektif Islam (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2014),  h. 76.
[17] Syahruddin Usman, Belajar dan Pembelajaran Perspektif Islam, h. 84.
[18] Margaret E. Gredler, Learning and Instruction Teori dan Aplikasi (Jakarta: Kencana, 2011), 424.
[19] Tatang Syarifuddin, Landasan Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 114.
[20] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 92.
[21] Hergenhahn dan  Mattheo H. Olson, Theories of Learning  (Jakarta: Kencana, 2008), h. 76.
[22] Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, h. 10.

[23] Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, h. 20.
[24] Made Wena, Strategi Pemelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, h. 25.

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...