Monday, December 4, 2017

Contoh Penelitian Tindakan Pengawas (PTS)



JUDUL YANG TEPAT UNTUK PTS DI BAWAH INI ADALAH :






IMPLEMENTASI PEMBINAAN KONSEPSI MODEL PEMBELAJARAN     
UP GRADING  OLEH PENGAWAS SEKOLAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS MENGAJAR GURU AGAMA ISLAM DI SD – SD  BINAAN
SE-KECAMATAN  ______ KABUPATEN  ____ TAPEL ________

















BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah PTS
Kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar pembangunan nasional, baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang perlu sekali ditingkatkan dan dikembangkan. Dunia pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sejalan dengan hal itu, pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan sebagai pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran
Melihat kenyataan tersebut pemerintah Indonesia, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional sedang melakukan upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan yang dirasa belum mampu mengim bangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan pengem bangan sistem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa (pelajar) dan kegiatan mengajar guru (pengajar) guna mencapai tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru Agama Islam dalam proses pembelajaran Agama Islam di kelas, menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan.
Aspek peninjauan oleh supervisi pendidikan terhadap mekanisme kurikulum pendidikan agama Islam terutama di tingkat sekolah dasar menjadi preoritas bagi peneliti sekaligus pengawas sekolah TK, SD dan PLS di Kecamatan _________  Kabupaten ________ Propinsi _____________. Sehingga pelaksanaan supervisi inividu oleh peneliti di fokuskan pada pengarahan model pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas guru dalam mengajar pendidikan Agama Islam di  sekolah juga dapat menumbuhkan semangat dan antusiasme yang tinggi oleh siswa sebagai penerima materi ajar pendidikan Agama Islam.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam  pengajaran pendidikan Agama Islam untuk mengaktifkan siswa belajar adalah pembelajaran melalui pendekatan Up grading Learning. Pembelajaran Up grading Learning  menekankan pada menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar mampu menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari kegiatan pembelajaran yang demikian ini, diharapkan dapat mendorong munculnya lima bentuk cara belajar siswa; (1) siswa dapat menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi yang diserap; (2) siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru; (3) siswa dapat menerapkan konsep dan informasi di depan; (4) siswa dapat mengkoordinasikan konsep dan informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan (5) siswa dapat menstransfer konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain (Nurhadi, 2002).
Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi pendidikan tampak terealisasi pada bentuk pembelajaran yang tidak lagi menempatkan bahwa guru Agama Islam sebagai subyek dan pusat sumber belajar sebagaimana pada pembelajaran konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif juga ditampakkan pada menyelidiki, terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide, berpikir keras sampai pada batas kemampuan untuk memecahkan masalah, menetapkan dan mengikuti standar sendiri, dan mencetuskan cara-cara baru dalam memandang persoalan (Nur, 2001).
Dari uraian di atas yang menjadi permasalahan, selama ini proses pembelajaran Agama Islam yang ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuh kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini guru Agama Islam ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencobakan suatu strategi pembelajaran yang belum pernah dilaksanakan, yaitu pendekatan pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar aktif dimana siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan dari pada kegiatan guru dalam mengajar.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka dilakukan penelitian tindakan  sekolah yang berkolaborasi dengan penelitian tindakan kelas mencoba untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Up grading Learning  model kooperatif sebagai solusinya.
Pembinaan dan pengarahan yang objektif terhadap peningkatan kualitas mengajar guru Agama Islam melalui konsepsi model pembelajaran Up Grading Learning oleh supervisor sekaligus peneliti untuk menemukan pola guru mengajar yang inovatif.

B. Rumusan Masalah PTS
Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di depan, berikut ini dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah selama ini guru pendidikan Agama Islam dala memberikan materi ajar kepada siswa selalu menggunakan metode cara mengajar yang konvensional di SD-SD binaan Penulis se-Kecamatan _______  Kabupaten ______ Propinsi _______  ?
2.  Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas belajar guru pendidikan Agama Islam dengan menggunakan pendekatan Up grading Learning   dalam  pemberian materi ajar di SD-SD binaan Penulis se-Kecamatan _____  Kabupaten ____ Propinsi ______?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :
1.  Untuk mengetahui  hasil  peningkatan kompetensi  guru pendidikan Agama Islam dalam memberikan materi ajar kepada siswa selalu menggunakan metode cara mengajar yang konvensional di SD-SD binaan Penulis se-Kecamatan ______  Kabupaten ______ Propinsi ______
2.  Untuk  mengetahui sejauh mana terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas belajar guru pendidikan Agama Islam dengan menggunakan pendekatan Up grading Learning   dalam  pemberian materi ajar di SD-SD binaan Penulis se-Kecamatan  _____ Kabupaten  ______ Propinsi  _______.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain :
1.  Sebagai Mediasi observasi dan supervisi individu oleh peneliti untuk mengembangkan pengetahuan  dan wawasan berpikir kritis.


2.  Sekaligus dapat memberikan  sumbangsih saran edukatif kepada guru pendidikan Agama Islam sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
3. Memberikan motivasi siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif untuk meningkatkan prestasi belajar dengan adanya konsepsi model pembelajaran Up Grading Learning.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A. Pembelajaran  Up Grading
1.  Pengertian  
Pembelajaran Up Grading rnempunyai pengertian pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Kasihani, 2001). Pembelajaran Up Grading Learning  merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konsep mata pelajaran dengan situasi dunia dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (Nur, 2001). Lebih lanjut Nur menyebutkan  up grading learning merupakan suatu reaksi terhadap teori yang pada dasarnya behavioristik yang telah mendominasi pendidikan selama puluhan tahun. Pendekatan Up Grading Learning  mengakui bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase ber1angsung jauh melampaui drill-oriented dan metodelogi stimulus dan response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada psikologi behaviorisme. Berdasarkan teori tersebut, belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimi1ikinya.
Dalam praktek, puluhan tahun proses pembelajaran berorientasi pada psikologi behaviorisme ini melahirkan proses pendidikan "gaya bank" (Freire, 2001). Anak didik dianggap sebagai "bejana kosong" yang akan diisi sebagai sarana tabungan atau sarana modal ilmu pengetahuan yang hasilnya akan dipetik kelak. Guru adalah subyek aktif, dan anak adalah obyek pasif yang penurut. Lebih jauh, Freire (2001 : ixi) merinci ciri pembelajaran konven sional sebagai berikut : (a) guru mengajar dan murid belajar; (b) guru tahu segalanya, dan murid tidak tahu apa-apa; (c) guru berpikir, dan murid dipikirkan; (d) Guru aktif bicara, dan murid mendengarkan; (e) guru mengatur, dan murid diatur; (f) guru memilihkan, (dan memaksakan pilihannya) murid menuruti; (g) guru bertindak dan murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya; (h) guru memilihkan apa yang diajarkan dan murid menyesuaikan diri dengan pilihan guru; (i) guru mengacaukan ilmu pengetahuan dan wewenang profesionalismenya dengan kebebasan murid-muridnya; dan (j) guru menjadi subyek dan pusat segalanya dan murid menjadi obyek yang ditentukan.
Pola pembelajaran Up Grading Learning  sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional yang kita kenal selama ini. Beberapa perbedaan tersebut dapat kita gambarkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.1
 Perbedaan Pola Pembelajaran Konvensional dengan Up Grading Learning

Konvensional
Up Grading Learning
I . Menyandarkan kepada hafalan
1.
Mendasarkan pada memori spesial
2. Pemilihan informasi ditentukan
2.
Pemilihan informasi berdasarkan
oleh guru

kebutuhan individu siswa
3. Cenderung terfokus pada satu
3.
Cenderung mengintegrasikan
bidang (disiplin) tertentu

beberapa bidang (disiplin)
4. Memberikan tumpukan
4.
Selalu mengaitkan informasi dengan
informasi kepada siswa sampai

pengetahuan awal yang telah
pada saatnya diperlukan

dimiliki siswa
5. Penilaian hasil belajar hanya
5.
Menerapkan penilaian autentik
melalui kegiatan berupa ujian /

melalui penerapan praktis dalam
ulangan.

pemecahan masalah.
   Sumber : Depdikbud; 2002
Orang dapat belajar secara paling baik dalam konteks, dalam suatu yang terkait dengan kebutuhannya. Fakta dan ketrampilan yang dipelajari secara terpisah sulit untuk diserap, disamping akan cepat menguap bagaikan asap. Belajar terbaik dapat dilakukan dengan mengerjakan pekerjaan itu sendiri dalam proses penyelaman ke "dunia nyata" secara terus menerus, menggunakan umpan balik, perenungan, evaluasi, dan penyelaman kembali (refleksi).
Secara lebih rinci, Nur (2001) menguraikan tujuh kata kunci dalam pembelajaran Up grading Learning  :


a.  Penemuan (inquiri)
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan induktif, diawali dengan pengamatan dalam rangka memahami suatu konsep. Dalam praktek, pembelajaran melewati siklus kegiatan mengamati, bertanya, mengana lisis, dan merumuskan teori, baik secara individual maupun secara bersama-sama dengan teman lainnya. Penemuan juga merupakan aktivitas untuk mengembangkan dan sekaligus menggunakan ketrampilan berpikir kritis siswa.

b. Pertanyaan (questioning)
Pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Pertanyaan juga digunakan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan yang berbasis penemuan. Pertanyaan dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga : (a) pertanyaan diskriptif yaitu pertanyaan dengan kata ganti apa; (b) pertanyaan eksplanatif yaitu pertanyaan yang mengarahkan pada permintaan kepada siswa untuk menjelaskan (misal : jelaskan dan bagaimana proses terjadinya); (c) pertanyaan kritis dan kreatif, yaitu pertanyaan yang meminta kepada siswa untuk mengungkap informasi yang tersurat dan tersirat pada fakta dan informasi (misalnya beberapa pertanyaan yang menggunakan kata ganti tanya mengapa).



c.  Kontruktifisme (contructivisme)
Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman­-pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar / tumpuan yang digabung dengan pengalaman baru untuk mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman yang bermakna.

d. Masyarakat belajar (learning community)
Proses pembelajaran berlangsung dalam situasi sesama siswa saling berbicara dan menyimak, berbagai pengalaman di antara mereka. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran siswa aktif lebih baik jika dibandingkan dengan belajar sendiri. Hal ini berbeda dengan pembelajaran tradisional yang secara tidak langsung mendidik siswanya untuk menjadi individu yang egoistis, tidak banyak peduli pada ling kungannya. Kawan sekelas tidak dipandang sebagai mitra, namun dipandang sebagai pesaing. Lebih tragis lagi jika persaingan mereka tidak sehat.

e.  Penilaian autentik (authentic assessment)
Penilaian autentik ini bersifat mengukur produk pembelajaran yang bervariasi, yaitu pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian ini juga mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau ketrampilan. Penilaian ini tidak hanya melihat produk akhir, tetapi juga prosesnya.

f.   Refleksi (Reflection)
Salah satu pembeda pendekatan Up grading Learning  dengan pendekatan tradisional yang berbentuk cara-cara berpikir tentang sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa. Dalam proses berpikir itu, siswa dapat merevisi dan merespon kejadian, aktivitas, dan pengalaman mereka. Prosedur umumnya siswa mencatat butir-butir materi yang telah dipelajarinya, siswa dilatih untuk mengenali ide-ide baru yang muncul. Bentuk aktivitas refleksi dapat berupa jurnal, diskusi, maupun hasil karya/seni.

g. Permodelan (Modelling)
Aktivitas guru di kelas memiliki efek model bagi siswa jika guru mengajar dengan berbagai variasi metode dan teknik pembelajaran, secara tidak langsung siswapun akan meniru metode atau teknik yang dilakukan guru tersebut. Kondisi yang demikian ini banyak memberikan manfaat. Guru dapat me1akukan aktivitas mengucapkan hal-hal yang dipikirkan (think alloud). Guru juga dapat memanfaatkan efek model ini dengan mendemontrasikan cara guru menginginkan siswa belajar. Guru juga dapat melakukan sesuatu yang diinginkan agar siswa melakukannya.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Up Grading Learning
Menyampaikan pembelajaran sesuai dengan konsep teknologi pendidikan dan pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan kepada siswa oleh narasumber dengan menggunakan bahan, alat, teknik, dan dalam lingkungan tertentu. Agar penyampaian tersebut efektif, perlu diperhatikan beberapa prinsip desain pesan pembelajaran. Prinsip itu antara lain prinsip kesiapan dan motivasi, penggunaan alat pemusat perhatian, partisipasi aktif siswa, perulangan, dan umpan balik.

a. Kesiapan dan Motivasi
Prinsip kesiapan dan motivasi menyatakan bahwa jika dalam menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap dan mempunyai motivasi tinggi, hasilnya akan lebih baik. Siap disini bermakna siap pengetahuan prasyarat, siap mental dan siap fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa perlu diadakan tes prasyarat.
Selanjutnya, motivasi merupakan dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk melakukan kegiatan belajar. Dorongan bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Motivasi juga dapat ditingkatkan dengan memberikan hadiah dan hukuman (reward and punishment).

b. Penggunaan Alat Pemusat Perhatian
Jika dalam penyampaian pesan digunakan alat pemusat perhatian, hasil belajar akan meningkat. Terpusatnya mental terhadap suatu objek memegang peranan penting bai keberhasilan proses belajar. Semakin memperhatikan akan semakin berhasil, semakin tidak memperhatikan akan gagal. Meskipun penting, perhatian mempunyai sifat sukar dikendalikan dalam waktu lama. Karena itu, perlu digunakan berbagai alat dan teknik untuk mengendalikan atau mengarahkan perhatian. Alat pengendali perhatian yang paling utama adalah media seperti gambar, ilustrasi, bagan warna warni, audio, video, penegas visual, atau penegas verbal. Teknik yang paling dapat digunakan untuk mengendalikan perhatian misalnya gerakan, perubahan, sesuatu yang aneh, mengagetkan, rnenegangkan, lucu, atau humor.

c. Perulangan
Jika penyampaian pesan pembelajaran diulang-ulang, hasil belajar akan lebih baik. Perulangan dilakukan dengan cara dan media yang sama maupun dengan cara dan media yang berbeda. Perulangan dapat pula dilakukan dengan memberikan tinjauan selintas awal pada saat memulai pelajaran dan ringkasan atau kesimpulan pada akhir pelajaran. Perulangan dapat pula dilakukan dengan jalan menggunakan kata - kata isyarat tertentu seperti "sekali lagi saya ulang", dan "dengan kata lain", singkat kata", dan sebagainya.

d. Umpan Balik
Jika dalam penyampaian pesan siswa diberi umpan balik, hasil belajar akan meningkat. Jika salah diberikan pembetulan (corrective feedback) dan jika betul diberi konfirmasi atau penguatan (confirmative feedback). Siswa akan menadi mantap jika betul kemudian dibetulkan. Sebaliknya, siswa akan tahu letak kesalahannya jika diberi tahu kesalahannya dan dibetulkan. Secara teknis, umpan balik diberikan dalam bentuk kunci jawaban yang benar.
3. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Up Grading Learning
Agar pelaksanaan pembelajaran Up grading Learning  dapat lebih efektif, guru harus berperan dengan baik dalam hal merencanakan, mengimplemen tasikan, merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran. Untuk itu strategi pengajaran yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran Up grading Learning  adalah sebagai berikut :
a. Menekankan pada pemecahan masalah/problem. Pengajaran diawali dengan menyajikan masalah nyata yang relevan dengan keluarga siswa, pengalaman sekolah, tempat kerja, dan masyarakat yang menpunyai arti penting bagi siswa. Siswa didorong untuk berpikir kritis dan sistematis untuk menemukan masalah dan menggunakan isi materi pembelajaran untuk menyelesaikan masalah.
b.  Mengakui bahwa kebutuhan belajar siswa terjadi berbagai konteks, seperti dirumah, masyarakat, tempat kerja. Pengetahuan yang diperoleh siswa yang tidak lepas dari mana dan bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan, dan pengetahuannya semakin bertambah jika mereka mempelajari dari lingkungan yang bervariasi.
c.  Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang mandiri (self regulated-learneds) dengan cara memperkenankan siswa selalu melakukan uji coba (trial and error), sehingga pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses informasi, memecahkan masalah dan memanfaatkannya.
d. Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat memanfaatkannya sebagai daya pendorong sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerja sama dan aktivitas kelompok belajar yang terdiri dari keragaman siswa sehingga dapat membangun ketrampilan interpersonal, yaitu berpikir melalui komunikasi dengan orang lain.
e.  Guru bertindak sebagai fasilitator, pe1atih, dan pembimbing akademis dalam mendorong siswa untuk melakukan kerjasama dalam belajar. Komunitas pembelajaran terbentuk di dalam tempat kerja dan sekolah kaitannya dengan suatu usaha untuk bersama-sama menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan pembelajaran dan memperkenankan semua orang untuk belajar dari sesamanya.
f.   Menggunakan penilaian autentik (Authentic Assessment). Penilaian autentik tidak hanya mengukur seberapa banyak pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi juga dapatkan siswa menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah kehidupan nyata meskipun tarafnya sederhana.

4.  Evaluasi Pembelajaran Up Grading Learning
Untuk menentukan apakah pembelajaran Up grading Learning  dapat mening katkan hasil belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang beragam. Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi penilaian pembelajaran Up grading Learning  yang dapat membangun dan memperluas pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya, apakah pembelajaran Up grading Learning  dapat mem bantu siswa dalam menyelesaikan/memecahkan persoalan dunia nyata, atau siswa mengalami peningkatan dalam mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana menggunakan pengetahuannya di dalam dan di luar sekolah.
Strategi penilaian dan alat ukurnya dikatakan baik jika ada kesesuaian dengan tujuan dan dampak nyata (aut come) yang diharapkan dari materi pelajaran tertentu. Dari tujuan dan out come materi pelajaran, muncul ragam strategi penilaian yang dapat mengukur prestasi siswa dan pengetahuan proses di dalam aktivitas pembelajaran (konteks autentik) salah satu prinsip penilaian pada pembelajaran Up grading Learning  adalah tidak hanya menilai apa yang diketahui oleh siswa, tetapi juga menilai apa yang dapat dilakukan oleh siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukanlah penilaian autentik (authentic assessment). Strategi penilaian yang dapat dikategorikan pada penilaian autentik adalah penilaian kinerja (performance assessment), observasi sistematik, dan portofo1io (Depdikbud, 2002 : 25). Penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan pada suatu konteks tertentu. Observasi sistematik digunakan untuk mengetahui dampak aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. Up Grading Learning  merupakan kumpulan dari berbagai ketrampilan, ide, minat, dan keberhasilan siswa selama jangka waktu tertentu yang wujudnya dapat berupa catatan, gambar, atau semua hasil pekerjaan siswa yang berwujud fisik. Jika dibandingkan dengan teknik evaluasi tradisional, strategi evaluasi autentik yang telah disebutkan di atas merupakan revolusi. Perubahan besar dilakukan terhadap sasaran evaluasi dan teknik mengevaluasinya. Sasaran berubah dari mengukur seberapa banyak pengetahuan siswa ke arah mengukur bagaimana siswa dapat menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan persoalan kehidupan nyata. Karena sasaran yang berubah ini, tekniknya pun berubah dari teknik pencil and paper test ke arah tes perbuatan dengan teknik utama observasi tindakan.
Pada tahap transisi, sebelum sosialisasi model penilaian autentik dilakulcan secara terus menerus oleh Departernen Pendidikan Nasional, guru akan sulit menyesuaikan dengan paradigma baru ini. Itulah alasannya mengapa pada buku panduan Pembelajaran Up Grading Learning  (Depdikbud, 2002) masih disebutkan bahwa evaluasi kinerja dapat dilakukan dalam bentuk pilihan ganda. Masih diperbolehkannya model pilihan ganda tersebut juga merupakan jalan tengah untuk menyikapi kondisi-kondisi kelas-kelas di sekolah yang umumnya masih kelas besar, dengan jumlah murid di atas 40 orang dalam pengawasan satu guru. Menurut peneliti, pengadaptasian model tes kinerja ke dalam bentuk tes obyektif pilihan ganda dapat dilakukan dengan syarat (1) setiap butir tes berisi problem kehidupan yang direkayasa dan (2) penilaian dengan tes obyektif bukan satu-satunya cara mengukur perkembagan siswa, perlu dipadukan dengan evaluasi pengamatan misalnya melalui Lembar Kegiatan Siswa. Jika dua pesyaratan tersebut terpenuhi tes obyektif tersebut dapat digunakan, meskipun baru bertaraf semi autentik (quasi authentic problem base evaluation) dan belum dapat dikategorikan penilaian autentik yang sesungguhnya.

B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Mereka biasanya dilatih ketrampilan-ketrampilan spesifik untuk membantu agar dapat bekerja sama dengan baik, misalnya menjadi pendengar yang baik, memberi penjelasan yang baik, mengajukan pertanyaan dengan benar, dan sebagainya. (Wikandari, Sugianto, 1999 : l9).
Beberapa kalimat guru yang mendorong siswa untuk bekerja kooperatif adalah : Diskusikan dengan teman kalian tugas yang diberikan. Yakinlah bahwa dengan bekerja sama kalian dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
Menurut Ibrahim, dkk (2000:7) beberapa ciri pembelajaran yang menggunakan medel kooperatif diuraikan sebagai berikut :
a.  Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d.  Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat 6 langkah utama yang dapat dilakukan guru. Langkah-langkah tersebut digambarkan pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2  Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase
Tingkah laku Guru
Fase l
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Fase 2
Menyajikan informasi
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan
 belajar          
 Fase 5
Evaluasi
Fase 6           
Memberi penghargaan
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Guru mejelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yng telah dipelajari atau masing­masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Dalam kegiatan pembelajaran faktor waktu dan tempat juga sangat mempengaruhi. Secara umum pembelajaran kooperatif mengajukan tuntutan lebih kuat pada sumber daya waktu daripada model pembelajaran lain (Ibrahim, dkk, 2000 : 35). Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu lebih lama bagi siswa untuk berinteraksi mengenai ide-ide penting dari pada waktu yang diperlukan untuk menyajikan ide-ide secara langsung pada siswa. Untuk itu guru harus dapat merencanakan secara realistik tentang persyaratan waktu untuk rneminimalkan jumlah waktu yang terbuang. Demikian juga pengaturan ruangan harus dilakukan secara khusus agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efisien dan memberi suasana nyaman bagi guru dan siswa.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperativ. Beberapa variasi pembelajaran kooperativ yang paling ekstensif dideskripsikan, diantaranya tipe STAD (Student - Team Achienement Divinisions) Jigsaw, TAI (Team - Assited Individualization), CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), Penelitian Kelompok (Croup Investigation). Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk selanjutnya disebut model pembelajaran kooperatif STAD.
Dalam pembelajaran kooperatif skor yang dihitung adalah skor individu dan skor tim. Skor tim didasarkan pada peningkatan skor anggota tim dibandingkan dengan skor yang lalu mereka sendiri. Kelebihan dari penskoran ganda ini adalah dapat menampung siswa yang ambisius dalam menyelesaikan tugas sekaligus siswa yang tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan. Dengan skor individu dapat terlihat bagaimana siswa terlibat dalam preses pembelajaran. Sedangkan dengan adanya skor tim dapat memotivasi siswa yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu siswa dengan kemapuan kurang agar meningkatkan prestasinya, karena preindividu sangat menentukan skor tim.
Menurut Slavin dalam Ibrahim dkk, (2000 : 256) prosedur penskoran digambarkan dalam tabel di halaman berikut :
Tabel 2.3
Langkah Penskoran Pembelajaran Kooperatif

Langkah
Perilaku siswa
Langkah 1
Menetapkan skor dasar
 
Langkah 2
Menghitung skor kuis terkini

Langkah 3
Menghitung skor perkembangan

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajarn terkini

Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka.



Tabel 2.4
Skala Pemberian Poin Pembelajaran Kooperatif

Uraian
Poin
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih dart 10 poin di atas skor dasar
Pekerjaan sempurnya (tanpa memperhatikan skor dasar)
0 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin

Skor tim yang diperoleh diumumkan secara tertulis, dan tim yang mengalami peningkatan, diberi penghargaan atau ganjaran yang sesuai. Hal ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan mendapat pengakuan menjadi jelas bagi siswa, dan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Skor tim dihitung dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis. Untuk menghitung skor tim, guru perlu mencatat nilai perkembangan anggota tim pada lembar skor kuis.





BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Aspek perencanaan penyelenggaraan kegiatan penelitian ilmiah ini peneliti sekaligus pengawas sekolah TK, SD dan PLS di kecamatan ______ Kabupaten ______ Propinsi _______  menggunakan  pendekatan kualitatif konseptual. Sementara jenis penelitian yang digunakan oleh peneleiti adalah penelitian tindakan kolaboratif antara PTS dengan PTK. Penelitian dirancang dalam bentuk siklus tindakan. Dalam siklus tindakan terdiri atas empat kegiatan, yakni rencana tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal ________, siklus 2 dilaksanakan pada tanggal _________, siklus 3 dilaksanakan pada tanggal ______.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di  Sekolah Dasar Negeri   _______ Kecamatan  ______  Kabupaten  _______ Propinsi ________. Subyek penelitian adalah  beberapa siswa  pilihan di 5 SD-SD binaan Penulis se-Kecamatan _______  Kabupaten ______ Propinsi ______ dan  5 guru  pendidikan Agama Islam di SD-SD binaan Penulis se-Kecamatan _______  Kabupaten ______ Propinsi _________. 


C. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1.  Aktivitas belajar siswa  dalam kegiatan proses belajar mengajar  Agama Islam melalui pembelajaran  Up grading Learning   
2.  Aktivitas Guru Agama Islam dalam pengelolaan pembelajaran Agama Islam melalui pendekatan Up grading Learning   
3.  Dokumen observasi tentang nilai hasil belajar siswa dan kinerja guru pendidian Agama Islam .

D. Prosedur Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian: pengamatan (observasi), catatan lapangan, dan dokumentasi. Pengamatan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran Agama Islam melalui pendekatan  Up Grading Learning.  Catatan di lapangan dilakukan dengan mencatat peristiwa nyata yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar baik secara diskriptif maupun reflektif. Dokumentasi berupa kegiatan mendokumen data verbal tertulis dan foto.









E. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yang bersifat linear (mengalir) yang didalamnya melibatkan kegitan penelaahan seluruh data yang telah dikumpulkan, reduksi data (didalamnya terdapat kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian) dan verifikasi, serta penyimpulan data. Penentuan keberhasilan tindakan didasarkan pada dua tinjauan, yakni proses belajar dan hasil belajar. Penentuan keberhasilan proses didasarkan pada diskriptor kualifikasi terhdap aktivitas belajar siswa, sedangkan penentuan keberhasilan hasil belajar ditentukan melalui ulangan harian.














BAB IV
HASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

           
A.    Paparan Analisa Hasil Tindakan
1.   Siklus I
a.   Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif  Up Grading Learning, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b.    Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal __________ dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No
Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-rata
P1
P2
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan 
1.    Memotivasi siswa
2.    Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.    Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya  
4.    Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar
2
2


2
2


2
2


B. Kegiatan inti
1.    Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2.    Membimbing siswa melakukan kegiatan
3.    Melatih keterampilan kooperatif
4.    Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
5.    Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan

3

3
3

3


3

3
3

3


3

3
3

3

C. Penutup
1.    Membimbing siswa membuat rangkuman
2.    Memberikan evaluasi

3
3

3
3

3
3
II
Pengelolaan Waktu
2
2
2
III
Antusiasme Kelas
  1. Siswa antusias
  2. Guru antisias

2
3

2
3

2
3

Jumlah
32
32
32
                        Keterangan   :          Nilai     : Kriteria 
1)    : Tidak Baik
2)    : Kurang Baik
3)    : Cukup Baik
4)    : Baik 

      
  Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa,  menyampaikan tujuan pembelajran,  pengelolaan waktu,  dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
      Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut :



Tabel 4.2. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No
Aktivitas Guru yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
5,0
8,3
8,3
6,7
13,3
21,7
10,0
18,3
8,3
No
Aktivitas siswa yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
22,5
11,5
18,7
14,4
2,9
5,2
8,9
6,9
8,9

        Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antara siswa / antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 18,7 % 14,4 dan 11,5 %.
       Pada siklus I, secaraa garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif model group investigation sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominanuntuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

                   Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
No. Urut
Skor
Keterangan
No. Urut
Skor
Keterangan
T
TT
T
TT
1
50

11
80

2
70

12
60

3
80

13
80

4
40

14
40

5
90

15
50

6
70

16
70

7
70

17
70

8
70

18
70

9
50

19
80

10
70

20
50

Jumlah
660
7
3
Jumlah
650
6
4
Jumlah Skor 1310
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2000
Rata-Rata Skor Tercapai 65,50

Keterangan: T                                                          : Tuntas
TT                                                        : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas                         : 13
Jumlah siswa yang belum tuntas             : 7
Klasikal                                              : Belum tuntas 

               Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus I
No
Uraian
Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
65,50
13
65,00

 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran Up Grading Learning  diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 65,50 dan ketuntasan belajar mencapai 65,00% atau ada 13 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 65,00% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru Agama Islam dengan menerapkan metode pembelajaran  Up Grading Learning .

c.   Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1)    Guru Agama Islam kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2)    Guru agama Islam kurang baik dalam pengelolaan waktu
3)    Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

d.   Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1)    Guru Agama Islam perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2)    Guru Agama Islam perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3)    Guru Agama Islam harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

2.   Siklus II
a.   Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran  Up Grading Learning dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b.   Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal _____________  dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru Agama Islam . Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga keslah atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:          

Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No
Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-rata
P1
P2
I
Pengamatan KBM
D. Pendahuluan 
1.    Memotivasi siswa
2.    Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.    Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya  
4.    Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar
3
3

3
4

3
3,5

E. Kegiatan inti
1.    Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2.    Membimbing siswa melakukan kegiatan
2.    Melatih keterampilan kooperatif
3.    Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
4.    Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
3
4
4

4

3
4
4
4

4

3
3,5
4
4

4

3
A. Penutup
1.       Membimbing siswa membuat rangkuman
2.                                              Memberikan evaluasi

3
4

4
4

3,5
4
II
Pengelolaan Waktu
3
3
2
III
Antusiasme Kelas
1.                                              Siswa antusias
2.                                              Guru antisias

4
4

3
4

3,5
4

Jumlah
41
43
42
                       
Keterangan   :   Nilai            : Kriteria 
1)    : Tidak Baik
2)    : Kurang Baik
3)    : Cukup Baik
4)    : Baik 

      Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh guru dengan menerapkan metode pembelajarn Up Grading Learning mendapatkan penilaian yang cukup baik  dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
       Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan metode pembelajaran  Up Grading Learning diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa ynag telah mereka lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa :

Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No
Aktivitas Guru yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
6,7
6,7
6,7
11,7
11,7
25,0
8,2
16,6
6,7
No
Aktivitas siswa yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
17,9
12,1
21,0
13,8
4,6
5,4
7,7
6,7
10,8

     Berdasarkan tabel I di atas, tampak bahwa aktifitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya jawab (16,6%), mnjelaskan materi yang sulit (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).
      Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan. Aktifitas siswa yang mengalami penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktifitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku (12,1%), menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi (10,8%).


                       Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
No. Urut
Skor
Keterangan
No. Urut
Skor
Keterangan
T
TT
T
TT
1
60

11
80

2
80

12
80

3
90

13
70

4
50

14
60

5
100

15
70

6
70

16
80

7
80

17
90

8
70

18
80

9
60

19
80

10
80

20
50

Jumlah
740
7
3
Jumlah
740
8
2
Jumlah Skor 1480
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2000
Rata-Rata Skor Tercapai 74,00

Keterangan:       T                                                          : Tuntas
TT                                                        : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas                         : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas             : 5
Klasikal                                              : Belum tuntas   


               Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus II
No
Uraian
Hasil Siklus II
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
74,00
15
75,00

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 74,00 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 15 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan Kinerja Guru  Agama Islam karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran Up Grading Learning .

c.   Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1)    Memotivasi siswa
2)    Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3)    Pengelolaan waktu

d.   Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1)    Guru Agama Islam dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2)    Guru Agama Islam harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3)    Guru Agama Islam harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4)    Guru Agama Islam harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5)    Guru Agama Islam sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pda siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.



3.   Siklus III
a.   Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran  Up Grading Learning dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b.    Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal ____________ di  dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:


Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III
No
Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-rata
P1
P2
I
Pengamatan KBM
A.  Pendahuluan 
1.    Memotivasi siswa
2.    Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.    Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya  
4.    Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar
3
4

3
4

3
4

B. Kegiatan inti
1.    Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2.    Membimbing siswa melakukan kegiatan
3.    Melatih keterampilan kooperatif
4.    Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
5.    Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
4
4
4

4

3
4
4
4

3

3
4
4
4

3,5

3
C. Penutup
1.       Membimbing siswa membuat rangkuman
2.                                              Memberikan evaluasi

4
4

4
4

4
4
II
Pengelolaan Waktu
3
3
3
III
Antusiasme Kelas
1.                                                                        Siswa antusia
2.                                                                        Guru antisias

4
4

4
4

4
4

Jumlah
45
44
44,5
                        Keterangan   :          Nilai     : Kriteria 
1    : Tidak Baik
2.   : Kurang Baik
3.   : Cukup Baik
4.   : Baik 

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran  Up Grading Learning mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode pembelajaran  Up Grading Learning diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin. 

Tabel 4.2. Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III
No
Aktivitas Guru yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
6,7
6,7
10,7
13,3
10,0
22,6
10,0
11,7
10,0
No
Aktivitas siswa yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
20,8
13,1
22,1
15,0
2,9
4,2
6,1
7,3
8,5

        Berdasarkan tabel diatas tampak bahaw aktivitas guru yang paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab  menurun masing-masing sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%), menyampiakan materi / strategi  / langkah-langkah (13,3%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas ynag tidak menglami perubahan adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi siswa (6,7%).
       Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (15,0%). Sedangkan aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.


                        Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III
No. Urut
Skor
Keterangan
No. Urut
Skor
Keterangan
T
TT
T
TT
1
70

11
70

2
80

12
90

3
90

13
80

4
60

14
60

5
100

15
80

6
80

16
90

7
90

17
90

8
80

18
100

9
70

19
80

10
80

20
60

Jumlah
800
9
1
Jumlah
800
8
2
Jumlah Skor 1600
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2000
Rata-Rata Skor Tercapai 80,00

Keterangan:       T                                                          : Tuntas
TT                                                        : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas                         : 17
Jumlah siswa yang belum tuntas             : 3
Klasikal                                              : Tuntas                 


                    Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No
Uraian
Hasil Siklus III
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
80,00
17
85,00

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 80,00 dan dari 20 siswa yang telah tuntas sebanyak 17 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85,00% (termasuk kategori tuntas).  Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan Kinerja Guru Agama Islam pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru Agama Islam dalam menerapkan metode pembelajaran  Up Grading Learning membuat siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

c.   Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode pembelajaran  Up Grading Learning . Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1)    Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2)    Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3)    Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4)    Kinerja Guru siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d.   Refisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan metode pembelajaran  Up Grading Learning dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta Kinerja Guru siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode pembelajaran  Up Grading Learning dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan Atas Hasil Tindakan
1.   Ketuntasan Kinerja Guru  Agama Islam 
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran  Up Grading Learning  memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 65,00%, 75,00%, dan 85,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2.   Kemampuan Guru Agama Islam dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode pembelajaran  Up Grading Learning dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap Kinerja Guru yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3.   Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika pokok bahasan membuat   ruang bangun dengan metode pembelajaran Up Grading Learning  yang paling dominant adalah bekerja dengan menggunakan alat / media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru Agama Islam selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran Up Grading Learning  dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS / menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

















BAB V
PENUTUP


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan  sekolah yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
l .  Aktivitas  mengajar guru Agama Islam dan siswa dapat ditingkatkan hasil prestasi belajar Agama Islam melalui pendekatan Up grading Learning   di SD-SD binaan Penulis se-Kecamatan ______  Kabupaten ________ Propinsi _______. Hal ini ditunjukkan adanya kualifikasi siswa dalam belajar secara kelompok dengan predikat pada siklus l : hebat sebanyak 1 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok, dan tidak berpredikat 2 kelompok; pada siklus 2 : super sebanyak 1 kelompok, hebat sebanyak 2 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok sedangkan pada siklus 3: super sebanyak 3 kelompok hebat sebanyak 1 kelompok, dan baik sebanyak 1 kelompok.
2.  Peningkatan aktivitas belajar mengajar pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Up grading Learning  model kooperatif  dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan kinerja guru  Agama Islam dalam mengajar.  




B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas dan sesuai dengan pentingnya penelitian, berikut dikemukakan saran-saran antara lain :
1. Agar hendaknya guru Agama Islam menggunakan pendekatan ini sebagai alternatif tindakan dalam mengatasi pembelajaran Agama Islam khususnya peningkatan aktivitas belajar siswa.
2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh, sebaiknya tidak hanya dilakukan tes, semi autentik (Quasi authentic) melainkan beberapa teknik penilaian autentik seperti penilaian kinerja, observasi intensif, dan Up grading Learning  model kooperatif diterapkan secara bervariasi.
3. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini sehingga dapat digeneralisasikan secara porporsional.










DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah : Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Up Grading Learning . Jakarta : Depdiknas.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya
Kasihani dan Astini,  Up Grading Learning dalam Pembelajaran  Agama Islam Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran  Agama Islam dari Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001.
Nurhadi, 2002. Pendekatam Up Grading Learning . Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Nur, Muhammad, 2001. Pengajaran dan pernbelajaran Up Grading Learning . Makalah pada Pelalihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001.
Zainal  Aqib, 2002, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, SIC Surabaya.
------------------, 2007, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, Yrama Widya. Bandung
-------------------, 2004, Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru, Yrama Widya, Bandung

Lampiran I
Tabel :  Form Aktivitas guru Agama Islam
                                          Dalam  Pembelajaran Up Grading

No
Kategori Aktivitas Guru Agama Islam
Kemunculan
1
Menyampaikan pendahuluan

2
Menjelaskan materi / mendemontrasikan ketrampilan

3
Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif

4
Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif

5
Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan
balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi
materi yang kurang jelas

6
Resitasi/tanya jawab

7
Membantu siswa melakukan refleksi















Lampiran  II

 Tabel : Form Kegaiatan Siswa Selama KBM
                                      Dalam Pembelajaran Up Grading
No
Kategori Aktivitas Siswa
% Kemunculan
1
Memperhatikan penjelasan guru

2
Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal)

3

Bekerja dalam kelompok kooperatif

4

Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS

5
Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi
kelompok kooperatif

6
Berdiskusiltanya/jawab antara guru dan siswa

7
Merefleksikan materi pelajaran
















Lampiran  III

Buatlah Daftar Hadir Siswa pilihan dari 5 SD Binaan 
Berjumlah 20 siswa sebagai Responden Dalam Penelitian






















Lampiran IV

Buatlah Surat Idzin Penyelenggaraan Kegiatan PTS yang disahkan
oleh UPT Disdik Kecamatan _______ Kabupaten ________





















Lampiran V

FOTO-FOTO KEGIATAN PTS  DALAM  PEMBINAAN
PEMBELAJARAN  METODE   UP GRADING LEARNING







 




 
 





















 
 










 



 
 





























No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...