JUDUL YANG TEPAT UNTUK PTS DI BAWAH INI
ADALAH :
IMPLEMENTASI PEMBINAAN KONSEPSI MODEL
PEMBELAJARAN
UP GRADING OLEH PENGAWAS SEKOLAH SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KUALITAS MENGAJAR GURU AGAMA ISLAM DI SD – SD BINAAN
SE-KECAMATAN ______ KABUPATEN ____ TAPEL ________
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah PTS
Kualitas
sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar pembangunan nasional, baik pada
masa sekarang maupun pada masa yang akan datang perlu sekali ditingkatkan dan
dikembangkan. Dunia pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sejalan
dengan hal itu, pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan
dirumuskan sebagai pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keunggulan
untuk meraih kemajuan dan kemakmuran
Melihat
kenyataan tersebut pemerintah Indonesia, dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional sedang melakukan upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem
pendidikan yang dirasa belum mampu mengim bangi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) dengan jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta
perbaikan dan pengem bangan sistem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya
merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan
terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa (pelajar) dan
kegiatan mengajar guru (pengajar) guna mencapai tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan
pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan
pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan
siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan
meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru Agama Islam dalam proses
pembelajaran Agama Islam di kelas, menyebabkan kecenderungan siswa lebih
bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan.
Aspek peninjauan oleh
supervisi pendidikan terhadap mekanisme kurikulum pendidikan agama Islam
terutama di tingkat sekolah dasar menjadi preoritas bagi peneliti sekaligus
pengawas sekolah TK, SD dan PLS di Kecamatan _________ Kabupaten ________ Propinsi _____________.
Sehingga pelaksanaan supervisi inividu oleh peneliti di fokuskan pada
pengarahan model pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas guru dalam
mengajar pendidikan Agama Islam di
sekolah juga dapat menumbuhkan semangat dan antusiasme yang tinggi oleh
siswa sebagai penerima materi ajar pendidikan Agama Islam.
Salah satu model pembelajaran
yang dapat dilaksanakan di dalam pengajaran pendidikan Agama Islam untuk
mengaktifkan siswa belajar adalah pembelajaran melalui pendekatan Up grading
Learning. Pembelajaran Up grading Learning menekankan pada menghubungkan mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar mampu
menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dari kegiatan pembelajaran yang demikian ini,
diharapkan dapat mendorong munculnya lima bentuk cara belajar siswa; (1) siswa
dapat menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi yang diserap; (2)
siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru; (3) siswa dapat menerapkan
konsep dan informasi di depan; (4) siswa dapat mengkoordinasikan konsep dan
informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan (5) siswa dapat menstransfer
konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain (Nurhadi, 2002).
Prinsip demokratis yang
dirumuskan dalam misi pendidikan tampak terealisasi pada bentuk pembelajaran
yang tidak lagi menempatkan bahwa guru Agama Islam sebagai subyek dan pusat
sumber belajar sebagaimana pada pembelajaran konvensional. Prinsip kreatif dan
inovatif juga ditampakkan pada menyelidiki, terbuka, mencetuskan dan
mempertahankan ide, berpikir keras sampai pada batas kemampuan untuk memecahkan
masalah, menetapkan dan mengikuti standar sendiri, dan mencetuskan cara-cara
baru dalam memandang persoalan (Nur, 2001).
Dari uraian di atas
yang menjadi permasalahan, selama ini proses pembelajaran Agama Islam yang
ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah.
Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian
tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun
individu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuh kembangkan aspek kemampuan dan
aktivitas siswa seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat
tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini guru Agama Islam ingin memperbaiki
keadaan tersebut dengan mencobakan suatu strategi pembelajaran yang belum
pernah dilaksanakan, yaitu pendekatan pembelajaran yang akan membuat siswa
dapat belajar aktif dimana siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga kegiatan
siswa dalam belajar jauh lebih dominan dari pada kegiatan guru dalam mengajar.
Sehubungan dengan
permasalahan tersebut di atas, maka dilakukan penelitian tindakan sekolah yang berkolaborasi dengan penelitian
tindakan kelas mencoba untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Up grading Learning model kooperatif sebagai solusinya.
Pembinaan dan
pengarahan yang objektif terhadap peningkatan kualitas mengajar guru Agama
Islam melalui konsepsi model pembelajaran Up Grading Learning oleh supervisor
sekaligus peneliti untuk menemukan pola guru mengajar yang inovatif.
B. Rumusan Masalah PTS
Dengan mengacu pada
latar belakang masalah yang telah dikemukakan di depan, berikut ini dikemukakan
rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah selama ini
guru pendidikan Agama Islam dala memberikan materi ajar kepada siswa selalu
menggunakan metode cara mengajar yang konvensional di SD-SD binaan Penulis
se-Kecamatan _______ Kabupaten ______
Propinsi _______ ?
2. Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa
dan aktivitas belajar guru pendidikan Agama Islam dengan menggunakan pendekatan
Up grading Learning dalam pemberian materi ajar di SD-SD binaan Penulis
se-Kecamatan _____ Kabupaten ____
Propinsi ______?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas,
maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui hasil
peningkatan kompetensi guru
pendidikan Agama Islam dalam memberikan materi ajar kepada siswa selalu
menggunakan metode cara mengajar yang konvensional di SD-SD binaan Penulis
se-Kecamatan ______ Kabupaten ______
Propinsi ______
2. Untuk mengetahui sejauh mana terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa dan aktivitas belajar guru pendidikan Agama Islam
dengan menggunakan pendekatan Up grading Learning dalam
pemberian materi ajar di SD-SD binaan Penulis se-Kecamatan _____ Kabupaten ______ Propinsi _______.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
antara lain :
1. Sebagai Mediasi
observasi dan supervisi individu oleh peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan berpikir kritis.
2. Sekaligus dapat memberikan
sumbangsih saran edukatif kepada guru pendidikan
Agama Islam sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
3. Memberikan motivasi
siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif untuk meningkatkan prestasi
belajar dengan adanya konsepsi model pembelajaran Up Grading Learning.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Up Grading
1. Pengertian
Pembelajaran
Up Grading rnempunyai pengertian pembelajaran yang membantu guru menghubungkan
mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan pembelajaran yang memotivasi
siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan
sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Kasihani, 2001).
Pembelajaran Up Grading Learning merupakan suatu konsepsi yang membantu guru
mengaitkan konsep mata pelajaran dengan situasi dunia dan memotivasi siswa
membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (Nur, 2001). Lebih
lanjut Nur menyebutkan up grading
learning merupakan suatu reaksi terhadap teori yang pada dasarnya behavioristik
yang telah mendominasi pendidikan selama puluhan tahun. Pendekatan Up Grading
Learning mengakui bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase ber1angsung jauh melampaui drill-oriented
dan metodelogi stimulus dan response yang dikembangkan oleh
pembelajaran berorientasi pada psikologi behaviorisme. Berdasarkan teori
tersebut, belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan
baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang
dimi1ikinya.
Dalam
praktek, puluhan tahun proses pembelajaran berorientasi pada psikologi
behaviorisme ini melahirkan proses pendidikan "gaya bank" (Freire,
2001). Anak didik dianggap sebagai "bejana kosong" yang akan
diisi sebagai sarana tabungan atau sarana modal ilmu pengetahuan yang hasilnya
akan dipetik kelak. Guru adalah subyek aktif, dan anak adalah obyek pasif yang
penurut. Lebih jauh, Freire (2001 : ixi) merinci ciri pembelajaran konven sional
sebagai berikut : (a) guru mengajar dan murid belajar; (b) guru tahu segalanya,
dan murid tidak tahu apa-apa; (c) guru berpikir, dan murid dipikirkan; (d) Guru
aktif bicara, dan murid mendengarkan; (e) guru mengatur, dan murid diatur; (f)
guru memilihkan, (dan memaksakan pilihannya) murid menuruti; (g) guru bertindak
dan murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya; (h)
guru memilihkan apa yang diajarkan dan murid menyesuaikan diri dengan pilihan
guru; (i) guru mengacaukan ilmu pengetahuan dan wewenang profesionalismenya
dengan kebebasan murid-muridnya; dan (j) guru menjadi subyek dan pusat
segalanya dan murid menjadi obyek yang ditentukan.
Pola
pembelajaran Up Grading Learning sangat
berbeda dengan pembelajaran konvensional yang kita kenal selama ini. Beberapa
perbedaan tersebut dapat kita gambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Perbedaan Pola Pembelajaran Konvensional
dengan Up Grading Learning
Konvensional
|
Up Grading Learning
|
|
I . Menyandarkan kepada hafalan
|
1.
|
Mendasarkan pada memori spesial
|
2. Pemilihan informasi ditentukan
|
2.
|
Pemilihan informasi berdasarkan
|
oleh guru
|
|
kebutuhan individu siswa
|
3. Cenderung terfokus pada satu
|
3.
|
Cenderung mengintegrasikan
|
bidang (disiplin) tertentu
|
|
beberapa bidang (disiplin)
|
4. Memberikan tumpukan
|
4.
|
Selalu mengaitkan informasi dengan
|
informasi kepada siswa sampai
|
|
pengetahuan awal yang telah
|
pada saatnya diperlukan
|
|
dimiliki siswa
|
5. Penilaian hasil belajar hanya
|
5.
|
Menerapkan penilaian autentik
|
melalui kegiatan berupa ujian /
|
|
melalui penerapan praktis dalam
|
ulangan.
|
|
pemecahan masalah.
|
Sumber : Depdikbud;
2002
Orang
dapat belajar secara paling baik dalam konteks, dalam suatu yang terkait dengan
kebutuhannya. Fakta dan ketrampilan yang dipelajari secara terpisah sulit untuk
diserap, disamping akan cepat menguap bagaikan asap. Belajar terbaik dapat
dilakukan dengan mengerjakan pekerjaan itu sendiri dalam proses penyelaman ke
"dunia nyata" secara terus menerus, menggunakan umpan balik,
perenungan, evaluasi, dan penyelaman kembali (refleksi).
Secara
lebih rinci, Nur (2001) menguraikan tujuh kata kunci dalam pembelajaran Up
grading Learning :
a. Penemuan (inquiri)
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan
induktif, diawali dengan pengamatan dalam rangka memahami suatu konsep. Dalam
praktek, pembelajaran melewati siklus kegiatan mengamati, bertanya, mengana lisis,
dan merumuskan teori, baik secara individual maupun secara bersama-sama dengan
teman lainnya. Penemuan juga merupakan aktivitas untuk mengembangkan dan
sekaligus menggunakan ketrampilan berpikir kritis siswa.
b. Pertanyaan (questioning)
Pertanyaan merupakan alat pembelajaran
bagi guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Pertanyaan juga digunakan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan yang berbasis
penemuan. Pertanyaan dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga
: (a) pertanyaan diskriptif yaitu pertanyaan dengan kata ganti apa; (b) pertanyaan
eksplanatif yaitu pertanyaan yang mengarahkan pada permintaan kepada siswa
untuk menjelaskan (misal : jelaskan dan bagaimana proses terjadinya); (c)
pertanyaan kritis dan kreatif, yaitu pertanyaan yang meminta kepada siswa untuk
mengungkap informasi yang tersurat dan tersirat pada fakta dan informasi
(misalnya beberapa pertanyaan yang menggunakan kata ganti tanya mengapa).
c. Kontruktifisme (contructivisme)
Siswa membangun pemahaman oleh diri
sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal.
Pengalaman awal selalu merupakan dasar / tumpuan yang digabung dengan
pengalaman baru untuk mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam
dikembangkan melalui pengalaman yang bermakna.
d.
Masyarakat belajar (learning community)
Proses pembelajaran berlangsung dalam
situasi sesama siswa saling berbicara dan menyimak, berbagai pengalaman di
antara mereka. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran
siswa aktif lebih baik jika dibandingkan dengan belajar sendiri. Hal ini
berbeda dengan pembelajaran tradisional yang secara tidak langsung mendidik
siswanya untuk menjadi individu yang egoistis, tidak banyak peduli pada ling kungannya.
Kawan sekelas tidak dipandang sebagai mitra, namun dipandang sebagai pesaing.
Lebih tragis lagi jika persaingan mereka tidak sehat.
e. Penilaian autentik (authentic assessment)
Penilaian autentik ini bersifat mengukur
produk pembelajaran yang bervariasi, yaitu pengetahuan dan ketrampilan.
Penilaian ini juga mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau ketrampilan.
Penilaian ini tidak hanya melihat produk akhir, tetapi juga prosesnya.
f. Refleksi (Reflection)
Salah satu pembeda pendekatan Up grading
Learning dengan pendekatan tradisional
yang berbentuk cara-cara berpikir tentang sesuatu yang telah dipelajari oleh
siswa. Dalam proses berpikir itu, siswa dapat merevisi dan merespon kejadian,
aktivitas, dan pengalaman mereka. Prosedur umumnya siswa mencatat butir-butir
materi yang telah dipelajarinya, siswa dilatih untuk mengenali ide-ide baru yang
muncul. Bentuk aktivitas refleksi dapat berupa jurnal, diskusi, maupun hasil
karya/seni.
g.
Permodelan (Modelling)
Aktivitas guru di kelas memiliki efek
model bagi siswa jika guru mengajar dengan berbagai variasi metode dan teknik
pembelajaran, secara tidak langsung siswapun akan meniru metode atau teknik
yang dilakukan guru tersebut. Kondisi yang demikian ini banyak memberikan
manfaat. Guru dapat me1akukan aktivitas mengucapkan hal-hal yang dipikirkan (think
alloud). Guru juga dapat memanfaatkan efek model ini dengan
mendemontrasikan cara guru menginginkan siswa belajar. Guru juga dapat
melakukan sesuatu yang diinginkan agar siswa melakukannya.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Up
Grading Learning
Menyampaikan
pembelajaran sesuai dengan konsep teknologi pendidikan dan pembelajaran pada
hakikatnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan kepada siswa oleh narasumber
dengan menggunakan bahan, alat, teknik, dan dalam lingkungan tertentu. Agar
penyampaian tersebut efektif, perlu diperhatikan beberapa prinsip desain pesan
pembelajaran. Prinsip itu antara lain prinsip kesiapan dan motivasi, penggunaan
alat pemusat perhatian, partisipasi aktif siswa, perulangan, dan umpan balik.
a. Kesiapan dan
Motivasi
Prinsip
kesiapan dan motivasi menyatakan bahwa jika dalam menyampaikan pesan
pembelajaran siswa siap dan mempunyai motivasi tinggi, hasilnya akan lebih baik.
Siap disini bermakna siap pengetahuan prasyarat, siap mental dan siap fisik.
Untuk mengetahui kesiapan siswa perlu diadakan tes prasyarat.
Selanjutnya,
motivasi merupakan dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu,
termasuk melakukan kegiatan belajar. Dorongan bisa berasal dari dalam maupun
dari luar diri siswa. Motivasi juga dapat ditingkatkan dengan memberikan hadiah
dan hukuman (reward and punishment).
b. Penggunaan Alat
Pemusat Perhatian
Jika
dalam penyampaian pesan digunakan alat pemusat perhatian, hasil belajar akan
meningkat. Terpusatnya mental terhadap suatu objek memegang peranan penting bai
keberhasilan proses belajar. Semakin memperhatikan akan semakin berhasil,
semakin tidak memperhatikan akan gagal. Meskipun penting, perhatian mempunyai
sifat sukar dikendalikan dalam waktu lama. Karena itu, perlu digunakan berbagai
alat dan teknik untuk mengendalikan atau mengarahkan perhatian. Alat pengendali
perhatian yang paling utama adalah media seperti gambar, ilustrasi, bagan warna
warni, audio, video, penegas visual, atau penegas verbal. Teknik yang paling
dapat digunakan untuk mengendalikan perhatian misalnya gerakan, perubahan,
sesuatu yang aneh, mengagetkan, rnenegangkan, lucu, atau humor.
c.
Perulangan
Jika
penyampaian pesan pembelajaran diulang-ulang, hasil belajar akan lebih baik.
Perulangan dilakukan dengan cara dan media yang sama maupun dengan cara dan
media yang berbeda. Perulangan dapat pula dilakukan dengan memberikan tinjauan
selintas awal pada saat memulai pelajaran dan ringkasan atau kesimpulan pada
akhir pelajaran. Perulangan dapat pula dilakukan dengan jalan menggunakan kata
- kata isyarat tertentu seperti "sekali lagi saya ulang", dan "dengan
kata lain", singkat kata", dan sebagainya.
d. Umpan Balik
Jika
dalam penyampaian pesan siswa diberi umpan balik, hasil belajar akan meningkat.
Jika salah diberikan pembetulan (corrective feedback) dan jika betul
diberi konfirmasi atau penguatan (confirmative feedback). Siswa akan
menadi mantap jika betul kemudian dibetulkan. Sebaliknya, siswa akan tahu letak
kesalahannya jika diberi tahu kesalahannya dan dibetulkan. Secara teknis, umpan
balik diberikan dalam bentuk kunci jawaban yang benar.
3.
Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Up Grading Learning
Agar pelaksanaan pembelajaran Up grading Learning dapat lebih efektif, guru harus berperan
dengan baik dalam hal merencanakan, mengimplemen tasikan, merefleksikan dan
menyempurnakan pembelajaran. Untuk itu strategi pengajaran yang harus dilakukan
guru dalam pembelajaran Up grading Learning adalah sebagai berikut :
a.
Menekankan pada pemecahan masalah/problem. Pengajaran diawali dengan menyajikan
masalah nyata yang relevan dengan keluarga siswa, pengalaman sekolah, tempat
kerja, dan masyarakat yang menpunyai arti penting bagi siswa. Siswa didorong
untuk berpikir kritis dan sistematis untuk menemukan masalah dan menggunakan
isi materi pembelajaran untuk menyelesaikan masalah.
b. Mengakui bahwa
kebutuhan belajar siswa terjadi berbagai konteks, seperti dirumah, masyarakat,
tempat kerja. Pengetahuan yang diperoleh siswa yang tidak lepas dari mana dan
bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan, dan pengetahuannya semakin bertambah
jika mereka mempelajari dari lingkungan yang bervariasi.
c. Mengontrol dan
mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang mandiri (self regulated-learneds)
dengan cara memperkenankan siswa selalu melakukan uji coba (trial and error),
sehingga pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses
informasi, memecahkan masalah dan memanfaatkannya.
d. Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat
memanfaatkannya sebagai daya pendorong sekaligus menambah kompleksitas
pembelajaran itu sendiri, melalui kerja sama dan aktivitas kelompok belajar
yang terdiri dari keragaman siswa sehingga dapat membangun ketrampilan
interpersonal, yaitu berpikir melalui komunikasi dengan orang lain.
e. Guru bertindak
sebagai fasilitator, pe1atih, dan pembimbing akademis dalam mendorong siswa
untuk melakukan kerjasama dalam belajar. Komunitas pembelajaran terbentuk di
dalam tempat kerja dan sekolah kaitannya dengan suatu usaha untuk bersama-sama
menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan pembelajaran dan memperkenankan
semua orang untuk belajar dari sesamanya.
f. Menggunakan penilaian autentik (Authentic
Assessment). Penilaian autentik tidak hanya mengukur seberapa banyak
pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi juga dapatkan siswa
menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah kehidupan nyata meskipun
tarafnya sederhana.
4. Evaluasi Pembelajaran Up Grading Learning
Untuk menentukan apakah
pembelajaran Up grading Learning dapat
mening katkan hasil belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang beragam.
Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi penilaian pembelajaran Up
grading Learning yang dapat membangun
dan memperluas pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya, apakah pembelajaran Up
grading Learning dapat mem bantu siswa
dalam menyelesaikan/memecahkan persoalan dunia nyata, atau siswa mengalami
peningkatan dalam mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana
menggunakan pengetahuannya di dalam dan di luar sekolah.
Strategi penilaian dan
alat ukurnya dikatakan baik jika ada kesesuaian dengan tujuan dan dampak nyata
(aut come) yang diharapkan dari materi pelajaran tertentu. Dari tujuan
dan out come materi pelajaran, muncul ragam strategi penilaian yang dapat mengukur
prestasi siswa dan pengetahuan proses di dalam aktivitas pembelajaran (konteks
autentik) salah satu prinsip penilaian pada pembelajaran Up grading Learning adalah tidak hanya menilai apa yang diketahui
oleh siswa, tetapi juga menilai apa yang dapat dilakukan oleh siswa. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dilakukanlah penilaian autentik (authentic
assessment). Strategi penilaian yang dapat dikategorikan pada penilaian
autentik adalah penilaian kinerja (performance assessment), observasi
sistematik, dan portofo1io (Depdikbud, 2002 : 25). Penilaian kinerja digunakan
untuk mengetahui kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan pada suatu konteks
tertentu. Observasi
sistematik digunakan untuk mengetahui dampak aktivitas pembelajaran terhadap
sikap siswa. Up Grading Learning merupakan kumpulan dari berbagai ketrampilan,
ide, minat, dan keberhasilan siswa selama jangka waktu tertentu yang wujudnya
dapat berupa catatan, gambar, atau semua hasil pekerjaan siswa yang berwujud
fisik. Jika dibandingkan dengan teknik evaluasi tradisional, strategi evaluasi
autentik yang telah disebutkan di atas merupakan revolusi. Perubahan besar
dilakukan terhadap sasaran evaluasi dan teknik mengevaluasinya. Sasaran berubah
dari mengukur seberapa banyak pengetahuan siswa ke arah mengukur bagaimana
siswa dapat menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan persoalan kehidupan
nyata. Karena sasaran yang berubah ini, tekniknya pun berubah dari teknik
pencil and paper test ke arah tes perbuatan dengan teknik utama observasi
tindakan.
Pada
tahap transisi, sebelum sosialisasi model penilaian autentik dilakulcan secara
terus menerus oleh Departernen Pendidikan Nasional, guru akan sulit
menyesuaikan dengan paradigma baru ini. Itulah alasannya mengapa pada buku
panduan Pembelajaran Up Grading Learning (Depdikbud, 2002) masih disebutkan bahwa
evaluasi kinerja dapat dilakukan dalam bentuk pilihan ganda. Masih
diperbolehkannya model pilihan ganda tersebut juga merupakan jalan tengah untuk
menyikapi kondisi-kondisi kelas-kelas di sekolah yang umumnya masih kelas
besar, dengan jumlah murid di atas 40 orang dalam pengawasan satu guru. Menurut
peneliti, pengadaptasian model tes kinerja ke dalam bentuk tes obyektif pilihan
ganda dapat dilakukan dengan syarat (1) setiap butir tes berisi problem
kehidupan yang direkayasa dan (2) penilaian dengan tes obyektif bukan
satu-satunya cara mengukur perkembagan siswa, perlu dipadukan dengan evaluasi
pengamatan misalnya melalui Lembar Kegiatan Siswa. Jika dua pesyaratan tersebut
terpenuhi tes obyektif tersebut dapat digunakan, meskipun baru bertaraf semi
autentik (quasi authentic problem base evaluation) dan belum dapat
dikategorikan penilaian autentik yang sesungguhnya.
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam
kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Mereka biasanya dilatih
ketrampilan-ketrampilan spesifik untuk membantu agar dapat bekerja sama dengan
baik, misalnya menjadi pendengar yang baik, memberi penjelasan yang baik,
mengajukan pertanyaan dengan benar, dan sebagainya. (Wikandari, Sugianto, 1999
: l9).
Beberapa
kalimat guru yang mendorong siswa untuk bekerja kooperatif adalah : Diskusikan
dengan teman kalian tugas yang diberikan. Yakinlah bahwa dengan bekerja sama
kalian dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
Menurut
Ibrahim, dkk (2000:7) beberapa ciri pembelajaran yang menggunakan medel
kooperatif diuraikan sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam
kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dan
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih
berorientasi kelompok ketimbang individu.
Dalam
pembelajaran kooperatif terdapat 6 langkah utama yang dapat dilakukan guru.
Langkah-langkah tersebut digambarkan pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
|
Tingkah laku Guru
|
Fase l
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Fase 2
Menyajikan informasi
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberi penghargaan
|
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Guru mejelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yng telah
dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
|
Dalam
kegiatan pembelajaran faktor waktu dan tempat juga sangat mempengaruhi. Secara
umum pembelajaran kooperatif mengajukan tuntutan lebih kuat pada sumber daya
waktu daripada model pembelajaran lain (Ibrahim, dkk, 2000 : 35). Pembelajaran
kooperatif memerlukan waktu lebih lama bagi siswa untuk berinteraksi mengenai
ide-ide penting dari pada waktu yang diperlukan untuk menyajikan ide-ide secara
langsung pada siswa. Untuk itu guru harus dapat merencanakan secara realistik
tentang persyaratan waktu untuk rneminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
Demikian juga pengaturan ruangan harus dilakukan secara khusus agar kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung lebih efisien dan memberi suasana nyaman bagi
guru dan siswa.
Beberapa
penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperativ.
Beberapa variasi pembelajaran kooperativ yang paling ekstensif dideskripsikan,
diantaranya tipe STAD (Student - Team Achienement Divinisions) Jigsaw, TAI
(Team - Assited Individualization), CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition), Penelitian Kelompok (Croup Investigation). Penelitian ini
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk selanjutnya disebut
model pembelajaran kooperatif STAD.
Dalam
pembelajaran kooperatif skor yang dihitung adalah skor individu dan skor tim.
Skor tim didasarkan pada peningkatan skor anggota tim dibandingkan dengan skor
yang lalu mereka sendiri. Kelebihan dari penskoran ganda ini adalah dapat
menampung siswa yang ambisius dalam menyelesaikan tugas sekaligus siswa yang
tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan. Dengan skor individu
dapat terlihat bagaimana siswa terlibat dalam preses pembelajaran. Sedangkan
dengan adanya skor tim dapat memotivasi siswa yang mempunyai kemampuan lebih
untuk membantu siswa dengan kemapuan kurang agar meningkatkan prestasinya,
karena preindividu sangat menentukan skor tim.
Menurut
Slavin dalam Ibrahim dkk, (2000 : 256) prosedur penskoran digambarkan dalam
tabel di halaman berikut :
Tabel 2.3
Langkah Penskoran Pembelajaran Kooperatif
Langkah
|
Perilaku siswa
|
Langkah 1
Menetapkan skor dasar
Langkah 2
Menghitung skor kuis terkini
Langkah 3
Menghitung skor perkembangan
|
Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis
yang lalu
Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan
pelajarn terkini
Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya
ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar
mereka.
|
Tabel 2.4
Skala Pemberian
Poin Pembelajaran Kooperatif
Uraian
|
Poin
|
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar
10 poin di bawah sampai 1 poin di
bawah skor dasar
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor
dasar
Lebih dart 10 poin di atas skor dasar
Pekerjaan sempurnya (tanpa
memperhatikan skor dasar)
|
0 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin
|
Skor
tim yang diperoleh diumumkan secara tertulis, dan tim yang mengalami
peningkatan, diberi penghargaan atau ganjaran yang sesuai. Hal ini membuat hubungan antara bekerja
dengan baik dan mendapat pengakuan menjadi jelas bagi siswa, dan dapat
meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Skor tim dihitung
dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan
membagi jumlah itu dengan jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis. Untuk
menghitung skor tim, guru perlu mencatat nilai perkembangan anggota tim pada
lembar skor kuis.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Aspek
perencanaan penyelenggaraan kegiatan penelitian ilmiah ini peneliti sekaligus
pengawas sekolah TK, SD dan PLS di kecamatan ______ Kabupaten ______ Propinsi _______ menggunakan
pendekatan kualitatif konseptual. Sementara jenis penelitian yang digunakan
oleh peneleiti adalah penelitian tindakan kolaboratif antara PTS dengan PTK.
Penelitian dirancang dalam bentuk siklus tindakan. Dalam siklus tindakan
terdiri atas empat kegiatan, yakni rencana tindakan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Siklus 1 dilaksanakan
pada tanggal ________, siklus 2 dilaksanakan pada tanggal _________, siklus 3
dilaksanakan pada tanggal ______.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri _______
Kecamatan ______ Kabupaten _______ Propinsi ________. Subyek penelitian
adalah beberapa siswa pilihan di 5 SD-SD binaan Penulis se-Kecamatan
_______ Kabupaten ______ Propinsi ______
dan 5 guru pendidikan Agama Islam di SD-SD binaan
Penulis se-Kecamatan _______ Kabupaten ______
Propinsi _________.
C. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah :
1.
Aktivitas belajar siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar Agama Islam melalui pembelajaran Up grading Learning
2. Aktivitas Guru Agama Islam dalam pengelolaan
pembelajaran Agama Islam melalui pendekatan Up grading Learning
3. Dokumen observasi tentang nilai hasil belajar
siswa dan kinerja guru pendidian Agama Islam .
D. Prosedur Pengumpulan Data
Kegiatan
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian: pengamatan
(observasi), catatan lapangan, dan dokumentasi. Pengamatan difokuskan pada
pelaksanaan pembelajaran Agama Islam melalui pendekatan Up Grading Learning. Catatan di lapangan dilakukan dengan mencatat
peristiwa nyata yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar baik secara
diskriptif maupun reflektif. Dokumentasi berupa kegiatan mendokumen data verbal
tertulis dan foto.
E. Analisis Data
Analisis
data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yang bersifat
linear (mengalir) yang didalamnya melibatkan kegitan penelaahan seluruh data yang
telah dikumpulkan, reduksi data (didalamnya terdapat kegiatan pengkategorian
dan pengklasifikasian) dan verifikasi, serta penyimpulan data. Penentuan
keberhasilan tindakan didasarkan pada dua tinjauan, yakni proses belajar dan
hasil belajar. Penentuan keberhasilan proses didasarkan pada diskriptor
kualifikasi terhdap aktivitas belajar siswa, sedangkan penentuan keberhasilan
hasil belajar ditentukan melalui ulangan harian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Paparan
Analisa Hasil Tindakan
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini
peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode
pembelajaran kooperatif Up Grading
Learning, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal __________ dengan
jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar
mengajar.
Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pengelolaan
Pembelajaran Pada Siklus I
No
|
Aspek
yang diamati
|
Penilaian
|
Rata-rata
|
|
P1
|
P2
|
|||
I
|
Pengamatan
KBM
A.
Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Menghubungkan dengan pelajaran
sebelumnya
4. Mengatur siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
|
2
2
|
2
2
|
2
2
|
B. Kegiatan inti
1. Mempresentasikan
langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Melatih keterampilan kooperatif
4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
5. Memberikan bantuan
kepada kelompok yang mengalami kesulitan
|
3
3
3
3
|
3
3
3
3
|
3
3
3
3
|
|
C.
Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
|
3
3
|
3
3
|
3
3
|
|
II
|
Pengelolaan
Waktu
|
2
|
2
|
2
|
III
|
Antusiasme
Kelas
|
2
3
|
2
3
|
2
3
|
|
Jumlah
|
32
|
32
|
32
|
Keterangan :
Nilai : Kriteria
1)
: Tidak Baik
2)
: Kurang Baik
3)
: Cukup Baik
4)
: Baik
Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang
baik adalah memotivasi siswa,
menyampaikan tujuan pembelajran,
pengelolaan waktu, dan siswa
antusias. Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan
suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian
untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada
tabel berikut :
Tabel 4.2. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No
|
Aktivitas
Guru yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil
kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
|
5,0
8,3
8,3
6,7
13,3
21,7
10,0
18,3
8,3
|
No
|
Aktivitas
siswa yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan
tes evaluasi
|
22,5
11,5
18,7
14,4
2,9
5,2
8,9
6,9
8,9
|
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling
dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan
konsep, yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah
memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit
yaitu masing-masing sebesar 13,3 %. Sedangkan
aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan
penjelasan guru yaitu 22,5 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar
adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antara siswa / antara
siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 18,7 % 14,4 dan 11,5 %.
Pada siklus I, secaraa garis besar
kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif model group
investigation sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup
dominanuntuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih
dirasakan baru oleh siswa.
Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
No.
Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
No.
Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
50
|
|
√
|
11
|
80
|
√
|
|
2
|
70
|
√
|
|
12
|
60
|
|
√
|
3
|
80
|
√
|
|
13
|
80
|
√
|
|
4
|
40
|
|
√
|
14
|
40
|
|
√
|
5
|
90
|
√
|
|
15
|
50
|
|
√
|
6
|
70
|
√
|
|
16
|
70
|
√
|
|
7
|
70
|
√
|
|
17
|
70
|
√
|
|
8
|
70
|
√
|
|
18
|
70
|
√
|
|
9
|
50
|
|
√
|
19
|
80
|
√
|
|
10
|
70
|
√
|
|
20
|
50
|
|
√
|
Jumlah
|
660
|
7
|
3
|
Jumlah
|
650
|
6
|
4
|
Jumlah Skor 1310
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2000
Rata-Rata
Skor Tercapai 65,50
|
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 13
Jumlah siswa yang belum tuntas : 7
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil
Tes Formatif Pada Siklus I
No
|
Uraian
|
Hasil
Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
65,50
13
65,00
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan metode pembelajaran Up Grading Learning diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 65,50
dan ketuntasan belajar mencapai 65,00% atau ada 13 siswa dari 20 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara
klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
hanya sebesar 65,00% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru Agama Islam dengan menerapkan
metode pembelajaran Up Grading Learning .
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1)
Guru Agama Islam kurang baik dalam memotivasi siswa dan
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2)
Guru agama Islam kurang baik dalam pengelolaan waktu
3)
Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran
berlangsung.
d. Refisi
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga
perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1)
Guru Agama Islam perlu lebih terampil dalam memotivasi
siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa
diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2)
Guru Agama Islam perlu mendistribusikan waktu secara baik
dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3)
Guru Agama Islam harus lebih terampil dan bersemangat
dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini
peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode
pembelajaran Up Grading Learning dan
lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal _____________
dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal
ini peneliti bertindak sebagai guru Agama Islam . Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus
I, sehingga keslah atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian
pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pengelolaan
Pembelajaran Pada Siklus II
No
|
Aspek
yang diamati
|
Penilaian
|
Rata-rata
|
|
P1
|
P2
|
|||
I
|
Pengamatan
KBM
D.
Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Menghubungkan dengan pelajaran
sebelumnya
4. Mengatur siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
|
3
3
|
3
4
|
3
3,5
|
E. Kegiatan inti
1. Mempresentasikan
langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
2.
Melatih
keterampilan kooperatif
3.
Mengawasi
setiap kelompok secara bergiliran
4.
Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan
|
3
4
4
4
3
|
4
4
4
4
3
|
3,5
4
4
4
3
|
|
A.
Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2.
Memberikan
evaluasi
|
3
4
|
4
4
|
3,5
4
|
|
II
|
Pengelolaan
Waktu
|
3
|
3
|
2
|
III
|
Antusiasme
Kelas
1.
Siswa
antusias
2.
Guru
antisias
|
4
4
|
3
4
|
3,5
4
|
|
Jumlah
|
41
|
43
|
42
|
Keterangan :
Nilai : Kriteria
1)
: Tidak Baik
2)
: Kurang Baik
3)
: Cukup Baik
4)
: Baik
Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan
belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh guru dengan menerapkan
metode pembelajarn Up Grading Learning mendapatkan penilaian yang cukup
baik dari pengamat. Maksudnya dari
seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut
belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu
mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya.
Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan metode pembelajaran
Up Grading Learning diharapkan siswa
dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya
sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa ynag telah mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa
:
Tabel 4.2. Aktivitas
Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No
|
Aktivitas
Guru yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil
kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
|
6,7
6,7
6,7
11,7
11,7
25,0
8,2
16,6
6,7
|
No
|
Aktivitas
siswa yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan
tes evaluasi
|
17,9
12,1
21,0
13,8
4,6
5,4
7,7
6,7
10,8
|
Berdasarkan tabel I di atas, tampak bahwa aktifitas guru yang paling
dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan
konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami
peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan
balik/evaluasi/ Tanya jawab (16,6%), mnjelaskan materi yang sulit (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan
(8,2%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling
dominan pada siklus II adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu
(21%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan.
Aktifitas siswa yang mengalami penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru (13,8%),
menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%).
Adapun aktifitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku (12,1%),
menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide
(5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi (10,8%).
Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
No.
Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
No.
Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
60
|
|
√
|
11
|
80
|
√
|
|
2
|
80
|
√
|
|
12
|
80
|
√
|
|
3
|
90
|
√
|
|
13
|
70
|
√
|
|
4
|
50
|
|
√
|
14
|
60
|
|
√
|
5
|
100
|
√
|
|
15
|
70
|
√
|
|
6
|
70
|
√
|
|
16
|
80
|
√
|
|
7
|
80
|
√
|
|
17
|
90
|
√
|
|
8
|
70
|
√
|
|
18
|
80
|
√
|
|
9
|
60
|
|
√
|
19
|
80
|
√
|
|
10
|
80
|
√
|
|
20
|
50
|
|
√
|
Jumlah
|
740
|
7
|
3
|
Jumlah
|
740
|
8
|
2
|
Jumlah Skor 1480
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2000
Rata-Rata Skor Tercapai 74,00
|
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas : 5
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil
Tes Formatif Pada Siklus II
No
|
Uraian
|
Hasil
Siklus II
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
74,00
15
75,00
|
Dari tabel di atas diperoleh nilai
rata-rata siswa adalah 74,00 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 15
siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan
sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan Kinerja Guru Agama Islam karena setelah guru
menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga
pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu
siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan
menerapkan metode pembelajaran Up Grading Learning .
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1)
Memotivasi
siswa
2)
Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3)
Pengelolaan
waktu
d. Revisi
Rancangan
Pelaksanaan
kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka
perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1)
Guru
Agama Islam dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih
termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2)
Guru
Agama Islam harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut
dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3)
Guru
Agama Islam harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
4)
Guru
Agama Islam harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5)
Guru
Agama Islam sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal
latihan pda siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Siklus
III
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes
formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran Up Grading Learning dan lembar observasi
aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap
kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal ____________ di dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus II, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang
digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Pengelolaan
Pembelajaran Pada Siklus III
No
|
Aspek
yang diamati
|
Penilaian
|
Rata-rata
|
|
P1
|
P2
|
|||
I
|
Pengamatan
KBM
A.
Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Menghubungkan dengan pelajaran
sebelumnya
4. Mengatur siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
|
3
4
|
3
4
|
3
4
|
B.
Kegiatan
inti
1. Mempresentasikan
langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Melatih keterampilan kooperatif
4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
5. Memberikan bantuan
kepada kelompok yang mengalami kesulitan
|
4
4
4
4
3
|
4
4
4
3
3
|
4
4
4
3,5
3
|
|
C.
Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2.
Memberikan
evaluasi
|
4
4
|
4
4
|
4
4
|
|
II
|
Pengelolaan
Waktu
|
3
|
3
|
3
|
III
|
Antusiasme
Kelas
1.
Siswa
antusia
2.
Guru
antisias
|
4
4
|
4
4
|
4
4
|
|
Jumlah
|
45
|
44
|
44,5
|
Keterangan :
Nilai : Kriteria
1 :
Tidak Baik
2. :
Kurang Baik
3. :
Cukup Baik
4. :
Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat
aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang
dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran Up Grading Learning mendapatkan penilaian
cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam
menerapkan metode pembelajaran Up
Grading Learning diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.
Tabel 4.2. Aktivitas
Guru dan Siswa Pada Siklus III
No
|
Aktivitas
Guru yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil
kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
|
6,7
6,7
10,7
13,3
10,0
22,6
10,0
11,7
10,0
|
No
|
Aktivitas
siswa yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan
tes evaluasi
|
20,8
13,1
22,1
15,0
2,9
4,2
6,1
7,3
8,5
|
Berdasarkan tabel diatas tampak bahaw aktivitas guru yang paling dominan
pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun
masing-masing sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami
peningkatan adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%), menyampiakan
materi / strategi / langkah-langkah
(13,3%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan
membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas ynag tidak
menglami perubahan adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi siswa
(6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III
adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang mengalami
peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%) dan diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru (15,0%). Sedangkan aktivitas yang lainnya mengalami
penurunan.
Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada
Siklus III
No.
Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
No.
Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
70
|
√
|
|
11
|
70
|
√
|
|
2
|
80
|
√
|
|
12
|
90
|
√
|
|
3
|
90
|
√
|
|
13
|
80
|
√
|
|
4
|
60
|
|
√
|
14
|
60
|
|
√
|
5
|
100
|
√
|
|
15
|
80
|
√
|
|
6
|
80
|
√
|
|
16
|
90
|
√
|
|
7
|
90
|
√
|
|
17
|
90
|
√
|
|
8
|
80
|
√
|
|
18
|
100
|
√
|
|
9
|
70
|
√
|
|
19
|
80
|
√
|
|
10
|
80
|
√
|
|
20
|
60
|
|
√
|
Jumlah
|
800
|
9
|
1
|
Jumlah
|
800
|
8
|
2
|
Jumlah Skor 1600
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2000
Rata-Rata
Skor Tercapai 80,00
|
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 17
Jumlah siswa yang belum tuntas : 3
Klasikal : Tuntas
Tabel 4.2. Hasil Tes
Formatif Siswa pada Siklus III
No
|
Uraian
|
Hasil
Siklus III
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
80,00
17
85,00
|
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai
rata-rata tes formatif sebesar 80,00 dan dari 20 siswa yang telah tuntas
sebanyak 17 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah
tercapai sebesar 85,00% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan Kinerja Guru Agama
Islam pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru Agama
Islam dalam menerapkan metode pembelajaran Up Grading Learning membuat siswa menjadi
lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah
dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik
dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode pembelajaran Up Grading Learning . Dari data-data yang
telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1)
Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan
semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup
besar.
2)
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa
aktif selama proses belajar berlangsung.
3)
Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4)
Kinerja Guru siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Refisi Pelaksanaan
Pada siklus III
guru telah menerapkan metode pembelajaran Up Grading Learning dengan baik dan dilihat
dari aktivitas siswa serta Kinerja Guru siswa pelaksanaan proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode pembelajaran Up Grading Learning dapat meningkatkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan Atas Hasil Tindakan
1. Ketuntasan Kinerja Guru Agama Islam
Melalui hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Up Grading Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan
Kinerja Guru Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar
meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 65,00%, 75,00%, dan
85,00%. Pada siklus III
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru Agama Islam dalam Mengelola
Pembelajaran
Berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode pembelajaran Up Grading Learning dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap Kinerja Guru yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus
yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika
pokok bahasan membuat ruang bangun
dengan metode pembelajaran Up Grading Learning
yang paling dominant adalah bekerja dengan menggunakan alat / media,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk
aktivitas guru Agama Islam selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah metode pembelajaran Up Grading Learning dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas
guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam
mengerjakan kegiatan LKS / menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di
atas cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian tindakan sekolah yang
telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
l
. Aktivitas mengajar guru Agama Islam dan siswa dapat
ditingkatkan hasil prestasi belajar Agama Islam melalui pendekatan Up grading
Learning di SD-SD binaan Penulis se-Kecamatan ______ Kabupaten ________ Propinsi _______. Hal ini
ditunjukkan adanya kualifikasi siswa dalam belajar secara kelompok dengan
predikat pada siklus l : hebat sebanyak 1 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok,
dan tidak berpredikat 2 kelompok; pada siklus 2 : super sebanyak 1 kelompok,
hebat sebanyak 2 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok sedangkan pada siklus 3:
super sebanyak 3 kelompok hebat sebanyak 1 kelompok, dan baik sebanyak 1
kelompok.
2. Peningkatan aktivitas belajar mengajar
pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Up grading Learning model kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan
kinerja guru Agama Islam dalam mengajar.
B. Saran
Berdasarkan
simpulan di atas dan sesuai dengan pentingnya penelitian, berikut dikemukakan
saran-saran antara lain :
1.
Agar hendaknya guru Agama Islam menggunakan pendekatan ini sebagai alternatif
tindakan dalam mengatasi pembelajaran Agama Islam khususnya peningkatan
aktivitas belajar siswa.
2.
Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh, sebaiknya tidak
hanya dilakukan tes, semi autentik (Quasi authentic) melainkan beberapa teknik
penilaian autentik seperti penilaian kinerja, observasi intensif, dan Up
grading Learning model kooperatif diterapkan
secara bervariasi.
3.
Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini sehingga dapat
digeneralisasikan secara porporsional.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah :
Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Up Grading Learning . Jakarta :
Depdiknas.
Ibrahim,
Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas
Negeri Surabaya
Kasihani
dan Astini, Up Grading Learning dalam
Pembelajaran Agama Islam Makalah pada
Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran Agama
Islam dari Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001.
Nurhadi,
2002. Pendekatam Up Grading Learning . Jakarta : Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.
Nur,
Muhammad, 2001. Pengajaran dan pernbelajaran Up Grading Learning . Makalah
pada Pelalihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs Enam Propinsi.
Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001.
Zainal Aqib, 2002, Profesionalisme Guru Dalam
Pembelajaran, SIC Surabaya.
------------------,
2007, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, Yrama Widya.
Bandung
-------------------,
2004, Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru, Yrama Widya,
Bandung
Lampiran I
Tabel :
Form Aktivitas guru Agama Islam
Dalam Pembelajaran Up
Grading
No
|
Kategori Aktivitas Guru Agama Islam
|
Kemunculan
|
1
|
Menyampaikan pendahuluan
|
|
2
|
Menjelaskan materi / mendemontrasikan ketrampilan
|
|
3
|
Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif
|
|
4
|
Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif
|
|
5
|
Memeriksa pemahaman siswa dan
memberikan umpan
balik bagi siswa yang bertanya dan
mengklarifikasi
materi yang kurang jelas
|
|
6
|
Resitasi/tanya jawab
|
|
7
|
Membantu siswa melakukan refleksi
|
|
Lampiran II
Tabel : Form Kegaiatan Siswa Selama KBM
Dalam Pembelajaran Up Grading
No
|
Kategori Aktivitas Siswa
|
% Kemunculan
|
1
|
Memperhatikan penjelasan guru
|
|
2
|
Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS,
Soal)
|
|
3
|
Bekerja dalam kelompok kooperatif
|
|
4
|
Mendemontrasikan kegiatan yang ada
dalam LKS
|
|
5
|
Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi
kelompok kooperatif
|
|
6
|
Berdiskusiltanya/jawab
antara guru dan siswa
|
|
7
|
Merefleksikan materi pelajaran
|
|
Lampiran III
Buatlah Daftar Hadir Siswa pilihan dari 5 SD Binaan
Berjumlah 20 siswa sebagai Responden Dalam Penelitian
Lampiran IV
Buatlah Surat Idzin Penyelenggaraan
Kegiatan PTS yang disahkan
oleh UPT Disdik Kecamatan _______
Kabupaten ________
Lampiran V
FOTO-FOTO
KEGIATAN PTS DALAM PEMBINAAN
PEMBELAJARAN METODE
UP GRADING LEARNING
|
||||
|
|
|
||
|
No comments:
Post a Comment