1.
EKSPLORASI
MATERI AJAR
1.
Pengertian Tauhiddan Ilmu Tauhid
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata توحيد-يوحّد-وحّد.
Secara etimologis, tauhid berarti keesaan, maksudnya keyakinan bahwa
Allah SWT adalah esa, tunggal, satu. Mentauhidkan berarti mengakui
keesaan Allah atau mengesakan Allah. Menurut Muhammad Abduh asal makna tauhid
adalah meyakinkan (mengi’tiqatkan) bahwa Allah adalah satu tidak syarikat
bagi-Nya. Secara terminologi para ulama mendefinisikan tauhid sebagai berikut;
1.Menurut M.
Thaib Thahir A. Mu’in
Tauhid adalah mengetahui atau mengenal Allah,
mengetahui dan meyakinkan Allah itu tunggal, tidak ada sekutu-Nya.
2.Menurut A. Hanafi
Tauhid ialah percaya tentang wujud Tuhan Yang Maha
Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, baik zat, sifat, maupun perbuatan-Nya;
Yang mengutus utusan untuk memberi petunjuk kepada alam dan umat manusia kepada
jalan kebaikan; yang meminta pertanggungjawaban seseorang di akhirat.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, tauhid adalah mengenal
Allah dengan meyakini bahwa Dia esa dalam dzat, sifat dan perbuatan dan tiada
sekutu bagi Allah.
Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam,
sehingga Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang mengesakan
Tuhan.Dalam ajaran Islam tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al Baqarah:163, QS. Muhammad:19. Menyangkut identitas
Allah, dalam QS. Al Ihlas diantara mengatakan bahwa Allah itu Esa. Dan Allah
menegaskan bahwa Dia-lah Tuhan yang patut disembah, QS. Thaha: 14.
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ
الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. Al
Baqarah: 163)
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan)
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan (QS. Muhammad:
19).
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا
فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.QS.
Thaha: 14
Kaitannya dengan aspek ilmu pengetahuan, para ulama mendefinisikan
ilmu tauhid sebagai berikut;
1.
Menurut Muhammad Abduh
Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah dan sifat-sifat
yang wajib ada pada-Nya, dan sifat yang boleh ada pada-Nya dan sifat yang tidak
harus ada pada-Nya (mustahil), ia juga membahas tentang para rosul untuk
menegaskan tugas dan risalahnya, sifat-sifat yang wajib ada padanya yang boleh
ada padanya (jaiz) dan yang tidak boleh ada padanya (mustahil).
2.
Menurut Husain Affandi Al Jisr Al Tharablusy
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal yang menetapkan akidah agama
dengan dalil-dalil yang meyakinkan.
3.
Menurut M. Thaib Thahir A. Mu’in
Ilmu tauhid adalah ilmu yang meyelidiki dan membahas soal yang wajib,
mustahi, dan jaiz bagi Allah dan bagi sekalian utusan-utusan-Nya, juga
mengupas dalil-dalil yang mungkin cocok dengan akal pikiran sebagai alat untuk
membuktikan ada-Nya zat yang mewujudkan.
4.
Menurut TM. Hasby Ash
Shidieqy
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan
akidah agama dengan mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil itu
naqli, aqli, maupun dalil wijdani (perasaan yang halus).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, ilmu tauhid (theology)
adalah suatu ilmu yang membahas tentang pokok-pokok akidah agama dengan
berlandaskan dalil-dalil yang pasti terutama sekali yang berhubungan dengan
wujud Allah dengan kesempurnaan sifat-sifat-Nya.
Tujuan
mempelajari ilmu tauhid adalah mengenal Allah dan rasul-Nya dengan dalil dalil
yang pasti dan menetapkan sesuatu yang wajib bagi Allah dari sifat sifat yang
sempurna dan mensucikan Allah dari tanda tanda kekurangan dan membenarkan semua
rasul rasul Nya.Dan perkara yang
dibicarakan dalam ilmu tauhid adalah dzat Allah dan dzat para rasul Nya dilihat
dari segi apa yang wajib (harus) bagi Allah dan Rasul Nya, apa yang mustahil
dan apa yang jaiz (boleh atau tidak boleh).
5.
Pokok Pembahasan Ilmu Tauhid
Pokok
pembahasan ilmu tauhid adalah wujud Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan
dengan-Nya. Karena itu, aspek penting dalam ilmu tauhid adalah keyakinan akan
adanya Allah Yang Mahasempurna, Mahakuasa, dan memiliki sifat-sifat
keMahasempurnaan lainnya.Tauhid tidak hanya sekedar diketahui dan
dimiliki oleh seseorang, tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan baik
dan benar. Apabila tauhid telah dimiliki, dimengerti, dan dihayati dengan baik
dan benar, kesadaran seseorang akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah
akan muncul sendirinya. Keesaan Allah mencakup 4 macam :
1.
Keesaan Dzat
Keesaan
Dzat mengandung pengertian
bahwa seseorang harus percaya
bahwa Allah SWT tidak terdiri dari unsur-unsur, atau
bagian-bagian, karena bila
Dzat Yang Mahakuasa
itu terdiri dari dua unsur atau
lebih berarti Allah membutuhkan unsur atau bagian. Dzat Allah pasti tidak terdiri
dari unsur atau
bagian-bagian betapapun
kecilnya, karena jika
demikian, Allah tidak lagi menjadi Tuhan. Benak
kita tidak dapat
membayangkan jika Allah membutuhkan sesuatu padahal Al Qur’an menegaskan:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ
إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Wahai seluruh manusia kamulah yang butuh kepada Allah dan
Allah Mahakaya tidak membutuhkan sesuatu lagi Maha Terpuji" (QS. Fathir: 15).
2.
Keesaan Sifat
Adapun
keesaan sifat-Nya, maka itu antara lain berarti bahwa Allah memiliki sifat yang
tidak sama dalam
substansi dan kapasitasnya dengan
sifat makhluk, walaupun dari segi bahasa kata yang digunakan untuk
menunjuk sifat tersebut
sama.
Sebagai contoh,
kata rahim merupakan
sifat bagi Allah, tetapi
juga digunakan untuk
menunjuk rahmat atau
kasih sayang makhluk. Namun
substansi dan kapasitas rahmat
dan kasih sayang Allah berbeda dengan rahmat makhluk-Nya. Allah Esa dalam
sifat-Nya, sehingga tidak ada yang
menyamai substansi dan kapasitas sifat tersebut. Seperti firman Allah dalam QS. Al Fatihah: 3,
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (QS. Al Fatihah: 3)
3.
Keesaan
Perbuatan
Keesaan
ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berada di alam raya ini,
baik sistem kerjanya
maupun sebab dan wujud-Nya, kesemuanya
adalah hasil perbuatan Allah semata. Apa
yang dikehendaki-Nya terjadi,
dan apa yang
tidak dikehendaki-Nya tidak akan
terjadi, tidak ada daya (untuk memperoleh manfaat), tidak
pula kekuatan (untuk
menolak madarat), kecuali bersumber dari Allah SWT. Tetapi ini bukan
berarti bahwa Allah SWT, berlaku sewenang-wenang, atau
bekerja tanpa sistem yang ditetapkan-Nya. Keesaan perbuatan-Nya dikaitkan
dengan hukum-hukum, atau takdir
dan sunnatullah yang ditetapkan-Nya.
Dalam mewujudkan kehendak-Nya Dia tidak membutuhkan apapun. Sebagaimana
firman-Nya,
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ
يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya keadaan-Nya
bila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata, 'Jadilah!' Maka jadilah ia (QS.
Yasin: 82)
4.
Keesaan dalam
beribadah kepada-Nya
Mengesakan Allah dalam
beribadah, menuntut manusia untuk
melaksanakan segala sesuatu demi karena Allah, baik sesuatu itu
dalam bentuk ibadah
mahdhah (murni), maupun selainnya. Walhasil, keesaan Allah dalam beribadah
kepada-Nya adalah dengan melaksanakan apa
yang tergambar dalam firman-Nya,
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan
matiku, (seterusnya) karena Allah, Pemelihara seluruh alam (QS. Al An'am: 162).
Apabila
seseorang telah menganut
akidah tauhid dalam pengertian yang sebenarnya, maka
akan lahir dari dirinya berbagai aktivitas, yang kesemuanya merupakan
ibadah kepada Allah, baik
ibadah dalam pengertiannya yang sempit (ibadah murni) maupun
pengertiannya yang luas.
Macam-Macam Tauhid
1.
Tauhid Uluuhiyah
Uluhiyyah berasal dari kata ilah yang berarti adalah Tuhan. Tauhid Uluhiyah adalah mengakui bahwa hanya Allah, Tuhan yang berhak
disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Atau dalam pengertian meng-Esakan Allah dalam segala bentuk ibadah,
sehingga kita tidak berdoa kecuali hanya kepada Allah, tidak takut kecuali
kepada Allah tidak bertawakal kecuali kepada Allah dan tidak tunduk kecuali
hanya kepada Allah.
Tauhid uluhiyah bertitik tolak dari
kalimat tauhid, yakni La ilaaha Illa Allah. Kalimat ini
mengandung dua pengertian yakni adanya peniadaan (an nafy/negasi) dan
peneguhan (al itsbat/ konfirmasi) barkaitan dengan masalah ketuhanan.
Negasi yang dimaksud adalah meniadakan segala bentuk ketuhanan yaitu pada
kalimat La ilaaha, untuk kemudian diteguhkan (konfirmasi)dengan
sistem ketuhanan yang paling benar yaitu pada kalimat Illa Allah. Jadi
kalimat tersebut mengandung makna bahwa Allah adalah Tuhan yang paling berhak
untuk di sembah oleh mahluk.
Pentingnya beriman kepada uluhiyah Allah tampak pada hal-hal di
bawah ini:
1. Bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin adalah beribadah kepada
Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا
لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz Dzariyat: 56).
2. Bahwasannya tujuan diutusnya para rasul dan diturunkannya
kitab-kitab samawi adalah untuk menetapkan dan mengakui bahwa Allah adalah
Tuhan yang berhak disembah, sebagaimana firman Allah dalam QS. An Nahl: 36,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.
(QS. An Nahl: 36).
3. Sesungguhnya kewajiban pertama atas setiap manusia adalah beriman
kepada uluhiyah Allah. Sebagaimana yang diwasiatkan Nabi Muhammad SAW., kepada
Mu’adz bin Jabal saat ia diutus ke Yaman. Ketika itu Nabi Muhammad bersabda,
إِنَّكَ
تَأْتِيْ قَوْماً مِنْ أَهْلِ الْكِتاَبِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ ماَ تَدْعُوْهُمْ
إِلَيْهِ شَهاَدَةُ أَنْ لاَ إِلـهَ إِلاَّاللهُ
Sesungguhnya engkau akan datang kepada kaum
dari kalangan ahli kitab, karena itu pertama kali yang hendaknya engkau serukan
kepada mereka adalah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah. (HR. Bukhari dan Muslim).
4.
Tauhid Rubuubiyah
Perkataan rububiyyah bersal dari kata rabb
berarti pecipta dan mengatur segala yang ada ini. Tauhid rububiyah adalah meyakini bahwa hanya Allah, Tuhan yang menciptakan, yang memberi
rizki, yang mengatur, memelihara, yang menghidupkan dan mematikan.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَجَعَلَ
الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang (QS. Al An’am: 1)
Pada zaman Nabi Muhammad SAW., orang-orang
musyrikin juga mengakui Tauhid rububiyah ini, mereka mengakui bahwa Allah yang menciptakan, menghidupkan,
mematikan, dan memberi rizki. Tetapi mereka masih mengingkari Tauhid uluhiyah.Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah QS. Az Zuhruf: 87 dan QS.
Yunus: 31,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى
يُؤْفَكُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka:
"Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:
"Allah", Maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah
Allah)”. (QS. Az Zukhruf : 87)
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ
السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ
الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ
أَفَلا تَتَّقُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki
kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan)
pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari
yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur
segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka
Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)? (QS. Yunus: 31)
5.
Tauhid asmaa wa sifaat
Kata
asmaadalah bentuk jama dari kata ismun, yang artinya nama. Asma
Allah berartinama-nama Allah. Asma’ul husna berarti nama-nama yang
baik dan terpuji. Sehingga istilah asma’ul husna bagi Allah maksudnya
adalah nama-nama yang indah, baik dan terpuji yang menjadi milik Allah.
Misalnya: Ar Rahman, Ar Rahim, Al Malik, Al Ghafur, dan lain-lain.
وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ
بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. (QS. Al A’raf: 180)
Demikian juga disebut dalam hadis riwayat Imam Bukhari
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ
Dari
Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda: Allah mempunyai 99 nama
(HR. Bukhari)
Sedangkan
kata sifat dalam bahasa Arab mencakup segala informasi yang melekat pada suatu
yang wujud. Kata sifat Allah mencakup perbuatannya, kekuasaannya, apa saja yang
ada pada Dzat Allah, dan segala informasi tentang Allah. Misalnya Allah memiliki tangan yang sesuai dengan
keagungan dan kebesaran-Nya, Allah memiliki kaki yang sesuai dengan keagungan
dan kebesaran-Nya, Allah turun ke langit dunia, Allah bersemayam di Arsy, Allah
Mahasuci, Allah Mahaperkasa, Allah Mahaagung, Allah Maharaja, dan lain-lain.
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ
الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ
الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera,
yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha
Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.(QS. Al Hasyr: 23).
Tauhid asma’ wa sifat adalah
mengesakan
Allah dalam apa yang Allah miliki dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Dalam pengertian ini terkandung dua hal, yakni al itsbat dan
nafyul mumatsalah. Al Itsbat adalah
menetapkan semua nama dan sifat bagi Allah, dari apa
yang telah Allah tetapkan sendiri dalam kitab-Nya atau apa yang ditetapkan
Rasul-Nya dalam sunnahnya. Dan nafyul mumatsalah (meniadakan penyerupaan/ penyamaan)
adalah tidak menyamakan/ menyerupakan Allah dengan selain-Nya
dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan
Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. Asy
Syura: 11)
Bertauhid nama dalam dan sifat Allah dilakukan dengan cara menetapkan nama
dan sifat yang Allah tetapkan bagi dirinya
dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari dirinya, dengan tanpa tahrif,
tanpa ta’thil, tanpa takyif, dan tanpa tafwidh.
1.
Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadis
tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahirnya menjadi makna lain yang
batil. Sebagai misalnya kata istawa yang artinya bersemayam dipalingkan
menjadi menguasai.
2.
Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat
Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas
langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana.
3.
Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah.
Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada
makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang
berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.
4.
Tamtsil adalah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya.
Misalnya, berkeyakinan bahwa tangan Allah sama dengan tangan budi, Allah
bersemayam di ‘arsy seperti joki naik kuda. Mahasuci Allah dari adanya makhluk
yang serupa dengan-Nya.
Beberapa kaidah penting yang ditetapkan oleh para
ulama, terkait nama dan sifat Allah:
1. Mengimani segala nama dan sifat-sifat Allah yang
terdapat dalam Al Qur’an dan hadis sahih.
2. Menyucikan Allah dari menyerupai makhluk dalam segala
sifat-sifat-Nya.
3. Menutup keinginan untuk mengetahui bentuk hakikat
sifat-sifat Allah tersebut.
4.
Makna Tauhid dalam Kehidupan
1.
Membebaskan Manusia dari Belenggu Kepercayaan Palsu
Islam dengan konsep tauhidnya datang tidak kenal kompromi. Seorang muslim harus mampu
menghilangkan (negasi) segala bentuk ketergantungan (dependensi)
terhadap benda-benda dan memandangnya sebagai benda apa adanya, benda-benda
yang seharusnya ditundukkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia
sehari-hari.
Manusia
dengan potensi indera dan akalnya diperintah untuk memikirkan alam ini, dari
proses awal terciptanya, hukum-hukum yang mengitarinya, dan cara menguasai dan
menggunakannya. Ayat yang menunjuk kepada fenomena alam, dan hampir seluruh
ayat tersebut memerintahkan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
penciptaan alam dan perintah merenungkannya, bukan untuk disembah.
يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ
وَالنَّخِيلَ وَالأعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً
لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dia
menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur
dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (QS.
An Nahl : 11)
2.
Semangat
Pembebasan Diri (Self Liberation)
Tauhid berkaitan dengan sikap percaya atau beriman kepada Allah,
namun Tauhid sebagai ekspresi iman, tidak cukup hanya dengan percaya bahwa
Allah itu Esa, tetapi juga menyangkut pengertian yang benar tentang siapa Tuhan
yang benar itu, dan bagaimana bersikap kepada-Nya, dan kepada objek-obyek
selain Dia.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
(QS. An Nisa: 36)
3.
Persamaan (emansipasi)
Harkat dan Martabat Kemanusiaan
Sebagaimana dikatakan oleh Kitab Suci, manusia adalah makhluk
Tuhan yang paling tinggi. Manusia juga merupakan puncak kreasi Allah. Hal ini
menunjukkan bahwa manusia mempunyai harkat dan matabat kemanusiaan yang sangat
luar biasa. Namun demikian, manusia juga memiliki potensi untuk terdegradasi
menjadi sangat rendah.
Agar tetap terjaga harkat dan martabat kemanusiaannya,
manusia harus menyelamatkan imannya dengan tetap menghambakan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Berarti, dengan hanya menghambakan diri kepada Tuhan, manusia
akan mendapatkan kepribadiannya yang utuh dan integral.
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (٤)ثُمَّ
رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ
4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya . 5. kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka).(QS. At Tin:4-5)
4.
Fungsi Mempelajari Ilmu Tauhid
1.
Sebagian sumber
dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan.
2.
Membimbing
manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan
ibadat dengan penuh keikhlasan.
3.
Mengeluarkan
jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapat
menyesatkan.
4.
Mengantarkan
umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.
5.
Sebagai pokok
dan landasan berpikir dan bertindak bagi umat Islam.
6.
Memberi rasa
ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan
7.
Membentuk sikap
dan perilaku dengan meneladani segala kesempurnaan Allah melalui petunjuk Nabi
SAW.
No comments:
Post a Comment