Friday, December 1, 2017

Lembaga Pendidikan Sekolah dan Madrasah



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral masyarakat Islam baik dalam negara mayoritas maupun minoritas. Dalam ajaran agama Islam pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tinggi. Karenanya, umat Islam selalu mempunyai perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan pendidikan untuk kepentingan masa depan umat Islam.[1]
Berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia, pada abad ke-20 masyarakat Islam Indonesia telah mengalami beberapa perubahan baik dalam bentuk kebangkitan agama, perubahan, maupun pencerahan.
Salah satu alasan dilakukannya perubahan ini adalah dorongan untuk melawan penjajahan bangsa Belanda. Seperti halnya umat Islam di negara-negara Timur Tengah, perlawanan terhadap kolonialisme telah mendorong umat Islam untuk mengadakan berbagai pembaharuan.
Gerakan pembaharuan ini tidak mungkin berjalan bila tidak diikuti perubahan di bidang pendidikan. Dengan otomatis perubahan Islam berjalan seiring dengan pembaharuan pendidikan Islam. Fenomena ini berlaku di seluruh negara-negara Islam, termasuk Indonesia.[2]


B.  Rumusan Masalah
Dari uraian  pada latar belakang di atas,  maka pembahasan dalam makalah ini akan di fokuskan pada  pokok-pokok pembahasan, yaitu:
1.    Bagaimana pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia?
2.    Bagaimana ciri-ciri pendidikan Islam pada masa pembaharuan di Indonesia?


















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia
Dalam tradisi pendidikan Islam di Indonesia, kemunculan dan perkembangan madrasah tidak lepas dari gerakan pembaharuan Islam yang di awali oleh sejumlah tokoh intelektual agama Islam dan kemudian dikembangkan oleh organisasi-organisasi Islam, baik di Jawa, Sumatera maupun di Kalimantan. Bagi kalangan pembaharu, pendidikan agaknya senantiasa dipandang sebagai aspek strategis dalam membentuk pandangan keislaman masyarakat. Dalam kenyataan pendidikan yang terlalu berorientasi pada ilmu-ilmu agama ubudiyyah, sebagaimana ditunjukkan dalam pendidikan di masjid, surau dan pesantren, pandangan keislaman masyarakat agaknya kurang memberikan perhatian kepada masalah-masalah sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Karena itu, untuk melakukan pembaharuan terhadap pandangan dan tindakan masyarakat itu, langkah strategis yang harus ditempuh adalah memperbaharui  sistem pendidikannya dalam konteks inilah agaknya pada awal abad 20 madrasah muncul dan berkembang di Indonesia.[3] Dengan demikian madrasah adalah perkembangan modern dari pendidikan pesantren.[4]
Adapun keinginan untuk membenahi, memperbaharui dan menyempurnakan sistem pendidikan Islam ini disebabkan oleh dua hal:
1.    Semakin banyaknya kaum muslimin yang bisa menunaikan ibadah haji ke Makkah dan belajar agama di sana, maka setelah pulang kembali ke tanah air Indonesia timbullah keinginan untuk memperaktekkan cara-cara penyelenggaraan pendidikan pengajaran Islam seperti di Makkah, yang pada waktu itu Islam mulai bangkit kembali yang dipelopori oleh Syekh Moh. Abdul, Syekh Moh. Rasyid Rida, dan lain-lain
2.    Pengaruh sistem pendidikan di Barat yang mempunyai program yang lebih terkoordinir dan sistematis yang ternyata telah berhasil mencetak manusia terampil dan terdidik yang semakin jauh dari ajaran Islam.[5]
Dengan membawa pikiran-pikiran baru Islam ke Indonesia dan dalam usaha untuk mengejar ketinggalan di bidang pendidikan dan pengajaran, maka orientasi pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia mengalami perubahan. Realisasi dari keinginan-keinginan ini diperkuat pula dengan adanya kenyataan bahwa penyelenggaraan pendidikan menurut sistem sekolah seperti sistem Barat akan akan memberi hasil yang lebih baik. Justru itulah mulai di adakan usaha-usaha untuk menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada. Pendidikan Islam di surau, masjid, atau tempat-tempat lain yang semacamnya disempurnakan menjadi madrasah.[6]
Pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia ini dimulai dengan munculnya sekolah Adabiyah School. Menurut Muhammad Yunus menjadikan 1909 sebagai tonggak kemunculan lembaga pendidikan Islam modern karena sekitar tahun ini , tepatnya pada 1909, Haji Abdullah Ahmad (1878-1933) mendirikan  Adabiyah School.  Menurut Mahmud Yunus, inilah “pendidikan Islam yang mula-mula berkelas dan memakai bangku, meja, dan papan-tulis”. Adabiyah School, menerapkan sistem kelas, mengombinasikan mata pelajaran agama dan umum, dan menggunakan metode dan proses belajar mengajar yang diadopsi dari sekolah Belanda.
Namun, sebagai eksperimen pertama pendidikan Islam modern, Adabiyah School hanya bertahan enam tahun sebagai sekolah agama. Pada tahun 1915 sekolah itu berubah menjadi “Hollandsch Maleische School Adabiyah  atau HIS Adabiyah” – dan merupakan HIS pertama di  Minangkabau – setelah menerima subsidi dari pemerintah Belanda.
Perubahan ini menjadikan Abdullah Ahmad “kehilangan kesempatan untuk mengadakan pembaharuan agama” melalui lembaga pendidikan. Mata pelajaran agama akhirnya menjadi komplementer bagi mata pelajaran umum sehingga alumninya tidak memenuhi harapan masyarakat sebagai ahli agama. Meskipun demikian, kehadiran Adabiyah School telah memberikan makna penting bagi gerakan pembaharuan pendidikan Islam. Dengan demikian Muhmud Yunus mengatakan bahwa “inilah madrasah (sekolah agama) yang pertama di Minangkabau, bahkan di seluruh Indonesia”.[7]
Setelah Adabiyah School berubah menjadi HIS Adabiyah, pada tahun 1915 Zainuddin Labai al-Yunusi (1890-1924) mendirikan Diniyah School (Madrasah Diniyah) di Padang Panjang. Madrasah ini mendapat perhatian besar di masyarakat Minangkabau. Setalah itu tersebarlah madrasah-madrasah pada beberapa kota dan desa di Minangkabau khususnya, dan di Indonesia umumnya.[8]
Pada tahap awal madrasah –madrasah yang ada di Sumatera Barat sebelum tahun 1931, terkonsentasi mengajar mata pelajaran agama. Perbedaannya dengan surau adalah:
1.    Madrasah ini memakai sistem klasikal.
2.    Kitab-kitab yang dibaca tidak selalu berpedoman kepada kitab-kitab klasik, tetapi memakai kitab-kitab baru, yaitu kitab-kitab yang dipelajari di sekolah-sekolah di Mesir.
3.    Dimasukkan dalam kurikulumnya sedikit pengetahuan umum seperti ilmu bumi dan menulis.[9]
Sesudah  tahun 1931 madrasah mengalami modernisasi, yaitu dengan memasukkan sejumlah mata pelajaran umum. Inisiatif memasukkan mata pelajaran umum ke madrasah, dipelopori oleh pelajar-pelajar yang pulang dari Mesir. Di Mesir mereka menerima pelajaran umum.[10]
Dengan demikian madrasah mengalami perkembangan dan perkembangan ini mengubah pendidikan dari bentuk awal seperti pengajian di rumah, mushalah dan mesjid menjadi lembaga formal sekolah berbentuk madrasah yang dikenal saat ini. Demikian pula dari materi pendidikannya. Semula hanya belajar mengaji al-Qur’an dan ibadah praktis, melalui sistem madrasah materi pelajaran mengalami perluasan seperti tauhid, hadits, tafsir dan bahasa Arab. Dalam perkembangannya kemudian, madrasah juga mengadopsi pelajaran umum.[11]
Adapun madrasah yang mula-mula memasukkan pengetahuan umum dalam rencana pelajarannya adalah:
1.    Al-Jamiyah Islamiyah di Sungayang Batusangkar didirikan oleh Mahmud Yunus pada tanggal 20 Maret 1931. Al-Jamiah Islamiah ini mempunyai tiga tingkatan:
a.    Ibtidaiyah, lama belajarnya empat tahun. Pelajarannya:
1)   Ilmu-ilmu agama.
2)   Bahasa Arab.
3)   Pengetahuan umum yang sama tingkatannya dengan sekolah schakel.
b.    Tsanawiyah, lama pelajarannya empat tahun. Pelajarannya:
1)   Ilmu-ilmu agama.
2)   Bahasa Arab.
3)   Pengetahuan umuum yang setingkat dengan Normal School.
c.    Aliyah, lama belajarnya empat tahun.
2.    Normal Islam (kuliah Mu’allimin Islamiyah) didirikan oleh Persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI) di Padang tanggal 1 April 1931 dan dipimpin oleh Mahmud Yunus.

3.    Islamic Collage, didirikan oleh Persatuan Muslim Indonesia (Permi) di Padang pada tanggal 1 Mei 1931, dipimpin oleh Mr. Abdul Hakim, kemudian digantikan oleh Mukhtar Yahya (1935).[12]
Selain itu berdiri pula beberapa madrasah yang memasukkan pengetahuan  umum dan pendidikan dalam rencana pelajarannya, sepert:
1.    Training Collage didirikan tahun 1934.
2.    Kuliah mubalighin/ mubalighat.
3.    Kuliah muallimat islamiah didirikan tanggal 1 februari 1937.
4.    Kuliah dianah didirikan tahun 1940.
5.    Kuliathul ulum.
6.    Kuliah syariah.
7.    Nasional Islamic Collage.
8.    Modern Islamic Collage.[13]
Jadi sistem pendidikan agama Islam mengalami perubahan sejalan dengan perubahan zaman dan pergeseran kekuasaan di Indonesia. Kejayaan Islam yang mengalami kemunduran sejak jatuhnya Andalusia kini mulai bangkit kembali dengan munculnya gerakan pembaharuan Islam.
Sejalan dengan itu pemerintahan jajahan (Belanda) mulai mengenalkan sistem pendidikan formal yang lebih sistematis dan teratur yang mulai menarik kaum muslimin untuk memasukinya. Oleh karena itu sistem pendidikan Islam di surau, masjid atau tempat lain yang  semacamnya, di pandang perlu di perbaharui dan di sempurnakan.[14]
B.     Ciri-ciri Pendidikan Islam pada Masa Pembaharuan
Steenbrink mengemukakan bahwa ada empat faktor pendorong bagi perubahan Islam di Indonesia. Salah satu dari keempat faktor itu adalah dorongan yang berasal dari pembaharuan pendidikan Islam. Menurut beliau, cukup banyak orang dan organisasi Islam tidak tidak puas dengan metode tradisional dalam pembelajaran al-Qur’an dan studi agama, maka pribadi-pribadi dan organisasi Islam pada permulaan abad ke-20 ini berusaha memperbaiki pendidikan Islam, baik dari segi metode maupun isinya. Mereka juga mengusahakan  kemungkinan memberikan pendidikan umum untuk orang Islam.[15]
Ada beberapa indikasi pendidikan Islam sebelum dimasukioleh ide-ide pembaharuan:
1.    Pendidikan yang bersifat non klasikal. Pendidikan ini tidak dibatasi atau ditentukan lamanya belajar seseorang berdasarkan tahun. Jadi seseorang bisa tinggal di suatu pesantren, satu tahun, atau dua tahun, atau boleh jadi beberapa bulan saja, bahkan mungkin juga belasan tahun.
2.    Mata pelajaran adalah semata-mata pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Tidak ada diajarkan mata pelajaran umum.
3.    Metode yang digunakan adalah metode sorogan, wetonan, hafalan dan muzakarah.
4.    Tidak mementingkan ijazah sebagai bukti yang bersangkutan telah menyelesaikan atau menamatkan pelajarannya.
5.    Tradisi kehidupan pesantren amat dominan dikalangan santri dan kiai.[16]
Dipandang dari sudut masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke dunia pendidikan, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperbaharui.
1.    Metode yang tidak puas hanya dengan metode tradisional pesantren, tetapi diperlukan metode-metode baru yang lebih merangsang untuk berfikir.
2.    Isi atau materi pelajaran sudah perlu diperbaharui, tidak hanya mengandalkan mata pelajaran agama semata-mata yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Sebab masyarakat muslim sejak awal abad ke-20 di Indonesia telah merasakan peranan ilmu pengetahuan umum bagi kehidupan individu maupun kolektif.
3.    Manajemen. Manajemen pendidikan adalah keterkaitan antara sistem lembaga pendidikan dengan bidang-bidang lainnya di pesantren.[17]   
Ketiga macam ini adalah merupakan tuntutan terhadap kebutuhan dunia pendidikan Islam dikala itu. Dengan sdemikian, jika ide-ide pembaharuan itu diterapkan dalam dunia pendidikan Islam, maka lainnya merupakan salah satu jalan menuju perbaikan pendidikan Islam di Indonesia.[18]
Dari beberapa uraian terdahulu dapat dikemukakan beberapa indikasi terpenting dari pendidikan Islam pada masa pembaharuan. Pertama, dimasukinya mata pelajaran umum ke madrasah. Kedua, penerapan sistem klasikal dengan segala kaitannya. Ketiga, ditata dan dikelola administrasi sekolah dengan tetap berpegang kepada prinsip manajemen pendidikan. Keempat, lahirnya lembaga pendidikan Islam baru yang diberi nama madrasah. Kelima, diterapkannya beberapa metode mengajar selain dari metode yang lazim dilakukan di pesantren sorogan dan wetonan.[19]
Dapat diketahui bahwa metode sorogan, ialah dimana guru membaca buku yang berbahasa Arab dan menerangkannya dengan bahasa daerah kemudian murid-murid mendengarkan.[20] Namun setelah dilakukan pembaharuan pendidikan, Mahmud Yunus sudah menerapkan tariqah al-mubasyirah dalam belajar bahasa Arab, dan metodologi pengajaran setiap bidang studi sangat variatif.[21]







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sistem pendidikan agama Islam mengalami perubahan sejalan dengan perubahan zaman dan pergeseran kekuasaan di Indonesia. Sejalan dengan itu pemerintahan jajahan (Belanda) mulai mengenalkan sistem pendidikan formal yang lebih sistematis dan teratur yang mulai menarik kaum muslimin untuk memasukinya. Oleh karena itu sistem pendidikan Islam di surau, masjid atau tempat lain yang  semacamnya, di pandang perlu di perbaharui dan di sempurnakan.
Ada beberapa indikasi terpenting dari pendidikan Islam pada masa pembaharuan. Pertama, dimasukinya mata pelajaran umum ke madrasah. Kedua, penerapan sistem klasikal dengan segala kaitannya. Ketiga, ditata dan dikelola administrasi sekolah dengan tetap berpegang kepada prinsip manajemen pendidikan. Keempat, lahirnya lembaga pendidikan Islam baru yang diberi nama madrasah. Kelima, diterapkannya beberapa metode mengajar selain dari metode yang lazim dilakukan di pesantren sorogan dan wetonan.
B.     Saran
Penulis banyak berharap kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik konstruktif kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini dan makalah berikutnya, yang akan membawa kepada suatu kebenaran. Semoga makalah ini berguna bagi penulis, khususnya juga pada para pembaca yang dirahmati Allah Azza wa Jalla. Amiin
DAFTAR PUSTAKA
Asrohan, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Logos, 1999.

Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Cet. III; Jakarta: Kencana, 2012.

Hanafy, Muh. Sain. Paradigma Pendidikan Islam dan Upaya Pengembangannya pada Madrasah. Makassar: Alauddin University Press, 2012.

Maksum. Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya. Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Muhaimin. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012.

Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam pada  Periode Klasik dan Pertengahan. Cet. III; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012.

Subhan, Arief. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20; Pergumulan anatara Modernisasi dan Identitas. Cet. I; Jakarta: Kencana, 2012.

Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2006.







[1]Hanun Asrohan, Sejarah Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Logos, 1999), h. 113-114.
[2]Hanun Asrohan, Sejarah Pendidikan Islam, h. 154-155.
[3]Maksum, Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 82-83.
[4]Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 113.
[5]Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 216.
[6] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, h. 216-217.
[7]Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20; Pergumulan anatara Modernisasi dan Identitas  (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2012), h. 106-107.
[8]Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2012), h. 46.
[9]Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 47.
[10]Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 47.
[11]Muh. Sain Hanafy, Paradigma Pendidikan Islam dan Upaya Pengembangannya pada Madrasah (Makassar: Alauddin University Press, 2012) , h. 65-66.
[12]Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 47.
[13]Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 48.
[14]Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, h. 215-216.
[15]Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 59.
[16]Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 59-60.
[17]Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 60.
[18]Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 60.
[19]Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 60.
[20]Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada  Periode Klasik dan Pertengahan (Cet. III; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 195.
[21]Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada  Periode Klasik dan Pertengahan, h. 199.

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...