1.
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
1)
Nasab
(silsilah beliau)
Beliau adalah As
Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Bin Sulaiman Bin ‘Ali Bin Muhammad Bin Ahmad
Bin Rasyid At Tamimi. Beliau dilahirkan pada tahun 1115 H -bertepatan dengan
1703 M- di negeri ‘Uyainah daerah yang terletak di utara kota Riyadh, dimana
keluarganya tinggal.
Beliau tumbuh di
rumah ilmu di bawah asuhan ayahanda beliau Abdul Wahhab yang menjabat sebagai
hakim di masa pemerintahan Abdullah Bin Muhammad Bin Hamd Bin Ma’mar. Kakek
beliau, yakni Asy Syaikh Sulaiman adalah tokoh mufti yang menjadi referensi
para ulama. Sementara seluruh paman-paman beliau sendiri juga ulama.
Beliau dididik ayah
dan paman-pamannya semenjak kecil. Beliau telah menghafalkan Al Qur’an sebelum
mencapai usia 10 tahun di hadapan ayahnya. Beliau juga memperdengarkan bacaan
kitab-kitab tafsir dan hadits, sehingga beliau unggul di bidang keilmuan dalam
usia yang masih sangat dini. Disamping itu, beliau sangat fasih lisannya dan
cepat dalam menulis. Ayahnya dan para ulama disekitarnya amat kagum dengan
kecerdasan dan keunggulannya.
Mereka biasa
berdiskusi dengan beliau dalam permasalahan-permasalah ilmiyah, sehingga mereka
dapat mengambil manfaat dari diskusi tersebut. Mereka mengakui keutamaan dan
kelebihan yang ada pada diri beliau. Namun beliau tidaklah merasa cikup dengan
kadar ilmu yang sedemikian ini, sekalipun pada diri beliau telah terkumpul
sekian kebaikan. Beliau justru tidak pernah merasa puas terhadap ilmu.
2)
Rihlah
Beliau dalam Menuntut Ilmu
Beliau tinggalkan
keluarga dan negerinya untuk berhaji. Seusai haji, beliau melanjutkan
perjalanan ke Madinah dan menimba ilmu dari para ulama’ di negeri itu. Di
antara guru beliau di Madinah adalah:
F As Syaikh Abdullah Bin Ibrahim Bin Saif
dari Alu (keluarga) Saif An Najdi. Beliau adalah imam bidang fiqih dan ushul
fiqih.
F As Syaikh Ibrahim Bin Abdillah putra
Asy Syaikh Abdullah bin Ibrahim Bin Saif, penulis kitab Al Adzbul Faidh Syarh
Alfiyyah Al Faraidh.
F Asy Syaikh Muhaddits Muhammad Bin Hayah
Al Sindi dan beliau mendapatkan ijazah dalam periwayatannya dari kitab-kitab
hadits.
Kemudian beliau
kembali ke negerinya. Tidak cukup ini saja, beliau kemudian melanjutkan
perjalanan ke negeri Al Ahsa’ di sebelah timur Najd. Disana banyak ulama
mahdzab Hambali, Syafi’i, Maliki dan Hanafi. Beliau belajar pada mereka
khususnya kepada para ulama mahdzab Hambali. Di antaranya adalah Muhammad bin
Fairuz , beliau belajar fiqih kepada mereka dan juga belajar kepada Abdullah
Bin Abdul Lathif Al Ahsa’i.
Tidak cukup sampai
disitu, Bahkan beliau menuju ke Iraq, khususnya Bashrah yang pada waktu itu
dihuni oleh para ulama ahlul hadits dan ahlul fiqih. Beliau menimba ilmu dari
mereka, khususnya Asy Syaikh Muhammad Al Majmu’i, dan selainnya. Setiap kali
pindah maka beliau mendapatkan buku-buku Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan
Ibnul Qayyim muridnya, beliau segera menyalinnya dengan pena. Beliau menyalin
banyak buku di Al Ahsa’ dan Bashrah, sehingga terkumpullah kitab-kitab beliau
dalam jumlah yang besar.
Selanjutnya beliau
bertekad menuju negeri Syam, karena di sana ketika itu terdapat ahlul ilmi dan
ahlul hadits khususnya dari mahdzab Hambali. Namun setelah menempuh perjalanan
ke sana, terasa oleh beliau perjalanan yang sangat berat. Beliau ditimpa lapar
dan kehausan, bahkan hampir beliau meninggal dunia di perjalanan. Maka
beliaupun kembali ke Bashrah dan tidak melanjutkan rihlahnya ke negeri Syam. Selanjutnya
beliau bertolak ke Najd setelah berbekal ilmu dan memperoleh sejumlah besar
kitab, selain kitab-kitab yang ada pada keluarga dan penduduk negeri beliau.
Setelah itu beliau pun berdakwah mengadakan perbaikan dan menyebarkan ilmu yag
bermanfaat serta tidak ridha dengan berdiam diri membiarkan manusia dalam
kesesatan.
3)
Dakwah
Beliau
Kondisi keilmuan dan
keagamaan manusia waktu itu benar-benar dalam keterpurukan yang nyata, hanyut
dalam kegelapan syirik dan bid’ah. Sehingga khurafat, peribadatan kepada
kuburan mayat dan pepohonan merajalela. Sedangkan para ulamanya sama sekali
tidak mempunyai perhatian terhadap aqidah salaf dan hanya mementingkan
masalah-masalah fiqih. Bahkan diantara mereka justru memberikan dukungan kepada
pelaku kesesatan-kesesatan tersebut.
Adapun dari segi
politik, mereka tepecah belah, tidak memiliki pemerintahan yang menyatukan
mereka. Bahkan setiap kampung mempunyai amir (penguasa) sendiri. ‘Uyainah
mempunyai penguasa sendiri, begitu pula Dir’iyyah, Riyadh, dan daerah-daerah
lainnya. Sehingga pertempuran, perampokan, pembunuhan dan berbagai tindak
kejahatan pun terjadi diantara mereka.
Melihat kondisi yang
demikian mengenaskan bangkitlah ghirah (kecemburuan) beliau terhadap agama
Allah Subahnahu Wata’ala juga rasa kasih sayang beliau terhadap kaum muslimin.
Mulailah beliau berdakwah menyeru manusia ke jalan Allah Subhanahu Wata’ala,
mengajarkan tauhid, membasmi syirik, khurafat dan bid’ah-bid’ah serta
menanamkan manhaj Salafush Shalih. Sehingga berkerumunlah murid-murid beliau
baik dari Dir’iyyah maupun ‘Uyainah.
Selanjutnya beliau
mendakwahi amir ‘Uyainah. Pada awalnya sang amir menyambit baik dakwah tauhid
ini dan membelanya. Sampai-sampai ia menghancurkan kubah Zaid Bin Al-Khattab
yang menjadi tempat kesyirikan atas permintaan Asy Syaikh Muhammad Bin Abdul
Wahhab. Namun karena adanya tekanan dari amir Al Ahsa’ akhirnya amir ‘Uyainah
pun menghendaki agar Asy Syaikh keluar dari ‘Uyainah. Maka berangkatlah beliau
menuju ke Dir’iyyah tanpa membawa sesuatupun kecuali sebuah kipas tangan guna
melindungi wajahnya.
Beliau terus berjalan
di tengah hari seraya membaca (Qur’an surat Ath Thalaq: 2-3 yang artinya -red):
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah pasti Allah memberinya jalan keluar
dan rizki dari arah yang tiada disangka-sangka”(Ath Thalaq:2-3)
Beliau terus
mengulang-ulang ayat tersebut sampai tiba di tempat murid terbaiknya yang
bernama Ibnu Suwailim yang ketika itu merasa takut dan gelisah, mengkhawatirkan
keselamatan dirinya dan juga syaikhnya karena penduduk negeri itu telah saling
memperingatkan untuk berhati-hati dengan syaikh. Maka beliau (Syaikh -red) pun
menenangkannya dengan mengatakan, “Jangan berpikir yang bukan-bukan, selamanya.
Bertawakallah kepada Allah Subahahu Wata’ala. Niscaya Dia akan menolong
orang-orang yang membela agamanya.”
Berita kedatangan Asy
Syaikh diketahui seorang shalihah, istri amir Dir’iyyah, Muhammad Bin Su’ud.
Dia lalu menawarkan kepada suaminya agar membela syaikh ini karena beliau
adalah nikmat dari Allah Subahahu Wata’ala yang dikaruniakan kepadanya, maka
hendaklah dia bersegera menyambutnya. Sang istri berusaha menenangkan dan
membangkitkan rasa cinta pada diri suaminya terhadap dakwah dan terhadap
seorang ulama. Maka sang amir mengatakan, “(Tunggu) beliau datang kepadaku”.
Istrinya menimpali “Justru pergilah anda kepadanya, karena jika anda mengirim
utusan dan mengatakan ‘datanglah kepadaku’, bisa jadi manusia akan mengatakan
bahwa amir meminta beliau untuk datang ditangkap. Namun jika anda sendiri yang
mendatanginya, maka itu merupakan suatu kehormatan bagi beliau dan bagi anda.”
Sang amir akhirnya
mendatangi Asy Syaikh, mengucapkan salam dan menanyakan perihal kedatangannya.
Asy Syaikh Rahimahullah menerangkan bahwa tidak lain beliau hanya mengemban
dakwah para Rasul yakni menyeru kepada kalimat tauhid LAA ILAHA ILLALLAH.
Beliau menjelaskan maknanya, dan beliau jelaskan pula bahwa itulah aqidah para
Rasul. Sang amir mengatakan, “Bergembiralah dengan pembelaan dan dukungan”. Asy
Syaikh rahimahullah menimpali, “Berbahagialah dengan kemuliaan dan kekokohan.
Karena barang siapa menegakkan kalimat LAA ILAHA ILLALLAH ini, pasti Allah akan
memberikan kekokohan kepadanya.” Sang amir menjawab, “Tapi saya punya satu
syarat kepada anda.” Beliau bertanya, “Apa itu?” Sang amir menjawab, “Anda
membiarkanku dan apa yang aku ambil dari manusia.” Jawab Asy Syaikh
rahimahullah, “Mudah-mudahan Allah Subhanahu Wata’ala memberikan kecukupan
kepada anda dari semua ini, dan membukakan pintu-pintu rizki dari sisi-Nya
untuk anda.” Kemudian keduanya berpisah atas kesepakatan ini. Mulailah Asy
Syaikh berdakwah dan sang amir melindungi dan membelanya, sehingga para
Thalabul Ilmi (penuntut ilmu) berduyun-duyun datang ke Dir’iyyah.
Semenjak itu beliau
menjadi imam sholat, mufti dan juga qadhi. Maka terbentuklah pemerintahan
tauhid di Dir’iyyah.
Kemudian Asy Syaikh mengirim risalah ke negeri-negeri sekitarnya, menyeru mereka kepada aqidah tauhid, meninggalkan bid’ah dan khurafat. Sebagian mereka menerima dan sebagian lagi menolak serta menghalangi dakwah beliau, sehingga merekapun diperangi oleh tentara tauhid dibawah komando amir Muhammad Bin Su’ud dengan bimbingan dari beliau rahimahullah.
Kemudian Asy Syaikh mengirim risalah ke negeri-negeri sekitarnya, menyeru mereka kepada aqidah tauhid, meninggalkan bid’ah dan khurafat. Sebagian mereka menerima dan sebagian lagi menolak serta menghalangi dakwah beliau, sehingga merekapun diperangi oleh tentara tauhid dibawah komando amir Muhammad Bin Su’ud dengan bimbingan dari beliau rahimahullah.
Hal itu menjadi sebab
meluasnya dakwah tauhid di daerah Najd dan sekitarnya. Bahkan amir ‘Uyainah pun
kini masuk di bawah kekuasaan Ibnu Su’ud, begitu pula Riyadh, dan terus meluas
ke daerah Kharaj, ke utara dan selatan. Di bagian utara sampai ke perbatasan
Syam, di bagian selatan sampai di perbatasan Yaman, dan di bagian timur dari
Laut Merah hingga Teluk Arab. Seluruhnya dibawah kekuasaan Dir’iyyah, baik
daerah kota maupun gurunnya.
Allah Subhanahu
Wata’ala melimpahkan kebaikan, rizki, kecukupan, dan kekayaan kepada penduduk
Dir’iyyah. Maka berdirilan pusat perdagangan di sana, dan bersinarah negeri
tersebut dengan ilmu dan kekuasaan sebagai berkah dari dakwah salafiyah yang
merupakan dakwah para Rasul.
4)
Karya-karya
Beliau
Karya beliau sangat
banyak, dia ntaranya:
F Kitab Tauhid Al Ladzi Huwa Haqqullah
‘ala Al ‘Abid
F Al Ushul Ats Tsalatsah
F Kasfusy Syubhat
F Mukhtasar Sirah Rasul
F Qawaidul ‘Arba’ah dan lainnya
5)
Wafat
Beliau
Beliau
wafat pada tahun 1206 H. Semoga Allah Subhanahu Wata’la melimpahkan rahmatnya
kepada beliau, meninggikan derajat dan kedudukannya di Jannah-Nya yang luas
serta mengumpulkan beliau bersama orang-orang shalih dan para syuhada’. Amin Ya
Robbal ‘Alamin
No comments:
Post a Comment