DRAFT
SKRIPSI
IDENTITAS
MAHASISWA :
Nama : NURHIDAYAH
Nim / Nimko
:
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Jurusan / Prodi : Pendidikan
Guru MI (PGMI)
Tahun Akademik :
Judul Skripsi : Efektivitas
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta
Didik di SDN 001 Matakali Kec. Matakali Kab. Polewali Mandar

A.
Latar Belakang
Perubahan
dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia saat ini menimbulkan
persaingan yang semakin ketat antar bangsa dan dalam berbagai bidang kehidupan.
Untuk menghadapi persaingan tersebut maka diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas. Pembangunan sumber daya yang berkualitas pada dasarnya adalah
untuk menciptakan dan mengembangkan ilmu dan teknologi yang modern sebagai
sarana mewujudkan suatu masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera.
Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui proses pendidikan.
Untuk mengatasi masalah pendidikan di Indonesia pemerintah membuat program
Bantuan Operasional Sekolah.
Landasan
pengelolaan keuangan negara adalah Pasal 23C Undang Undang Dasar 1945.
Perubahan Ketiga: “hal-hal lain mengenai keuangan negara ditetapkan melalui
undang-undang”. Berangkat dari landasan konstitual itulah berbagai upaya dilakukan
untuk dapat menghadirkan Undang-undang Keuangan negara.Saya mengambil contoh
pengelolaan keuangan negara dana bantuan operasional (BOS).
Hingga
tahun 2003 yang lalu–sebelum UU No.17/2003 diundangkan aturan
yang berlaku untuk pengelolaan Keuangan Negara masih menggunakan peraturan
peninggalan pemerintahan kolonial Belanda seperti Indische Comptabiliteitswet
yang lebih dikenal dengan nama ICW stbl. 1925 No.488 yang ditetapkan
pertama kali pada tahun 1864 dan mulai berlaku tahun 1867.Selain ICW ada juga Indische Bedrijvenwet (IBW)
stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No.445 dan Reglement voor het
Administratief Beheer (RAB) stbl. 1933 No.381.Sementara itu untuk
pelaksanaan pemeriksaan pertanggungjawabanpengelolaan keuangan negara digunakan
Insctructie en verdere bapelingen voorAlgemeene Rekenkamer (IAR) stbl.
1933 No.320.Peraturan-peraturan seperti ICW, IAR, IBW, dan RAB, sengaja
diciptakan dan dibuat oleh pemerintahan Kolonial Belanda sebagai penguasa
yangmenjajah Indonesia saat itu dengan pendekatan untuk menjaga kepentingan
negara Belanda atas Indonesia. Paradigma negeri jajahan itulah yang sangat kental
mewarnai peraturan-peraturan itu. Ketika diterapkan kepada sebuah negara yang
berdaulat dan merdeka seperti Indonesia saat ini, peraturan peraturan
itu sudah tidak lagi relevan dan layak dijadikan pedoman pengelolaan keuangan
negara. Merubah seluruh peraturan di atas dengan peraturan yang
bersemangat
independensi dan menjunjung tinggi kedaulatan sebuah negara yang merdeka dan
berdaulat, tentunya harus dilakukan. Ke empat belas tim di atas menyadari itu,
tetapi upaya yang sangat panjang itu baru dapat mencapai hasil pada tahun 2003,
yaitu 58 tahun setelah masa kemerdekaan. Selain itu muatan yang terdapat di
dalam aturan-aturan kolonial itu sudah out of date dan tidak relevan
lagi dengan kondisi saat ini, apalagi tingkat kompleksitas permasalahan saat
ini jauh lebih tinggi dari masa dulu. Oleh karena itu, walaupun masih berlaku
sebagai sebuah aturan perundang-undangan tetapi secara materil sudah tidak
dapat dilaksanakan.
Bantuan Operasional Sekolah adalah program pemerintah yang pada
dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi
satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun
demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang
diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.
Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) merupakan pengembangan lebih lajut dari Program
Jaring Pengaman Sosial (JPS) Bidang Pendidikan, yang dilaksanakan pemerintah
pada kurun 1998-2003, dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM yang
dilaksanakan dalam kurun 2003-2005. BOS dimaksudkan
sebagai subsidi biaya operasional sekolah kepada semua peserta didik wajib
belajar, yang untuk tahun 2009 jumlahnya mencapai 26.866.992 siswa sekolah dasar,
yang disalurkan melalui satuan pendidikan. Dengan Program
BOS, satuan pendidikan diharapkan tidak lagi memungut biaya operasional sekolah
kepada peserta didik, terutama mereka yang miskin. BOS disalurkan ke semua
satuan pendidikan yang menyelenggarakan program wajib belajar 9 tahun, baik
negeri maupun swasta serta satuan pendidikan lainnya yang sederajat untuk
membiayai kegiatan-kegiatan pendidikan.
Melalui
Program BOS ini, pendapatan sekolah meningkat secara signifikan. Jumlah ini
akan terus membesar seiring dengan upaya pemerintah (pusat maupun daerah) untuk
terus meningkatkan anggaran pendidikan hingga mencapai 20% dari APBN/APBD,
sebagaimana digariskan oleh Undang-undang Dasar.
Pendapatan
ini masih akan bertambah lagi dari peningkatan kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam pembiayaan sekolah/pendidikan. Sebagai ujung tombak
pelaksanaan program pendidikan dasar sembilan tahun, sekolah/madrasah harus
menanggapi upaya pemerintah ini secara positif. Agar penyelenggaraan program
pendidikan dasar ini dapat benar-benar direalisasikan, baik dari jumlah maupun
mutu. Sekolah harus mampu menghasilkan lulusan yang memenuhi syarat kompetensi
tingkat pendidikan berikutnya. Sekolah juga harus memperbaiki proses belajar
mengajar, termasuk peningkatan manajemen di ruang kelas. Sekolah harus pula
menyediakan, mengembangkan, mengelola dan mengerahkan sarana dan prasarana
pendidikan dan sumber daya lain secara lebih baik. Lebih jauh lagi, sekolah
harus bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk mewujudkan hal tersebut di
atas. Untuk ini semua tindakan sekolah harus akuntabel dan transparan agar
sekolah dapat memperoleh kepercayaan dari semua pihak.
Pada tahun 1994
pemerintah telah mencanangkan Program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun sebagaimana tercantum dalam Inpres No.1 Tahun 1994 tentang
Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar, dan pada tahun 2006 tekad tersebut diperkuat dengan diterbitkan
Inpres No.5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib
Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.
Menurut
Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009 Bantuan Operasional Sekolah adalah
program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya
operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program
wajib belajar.
Olehnya
itu, menanggapi hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
tentang hubungan keaktifan peserta didik terhadap hasil belajar peserta didik
di MI DDI Passembarang.
B.
Rumusan Masalah
Sehubungan
dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah, yaitu: Bagaimanakah hubungan keaktifan peserta didik terhadap hasil
belajar peserta didik di MI DDI Passembarang Kec. Binuang Kab. Polewali Mandar
?
C.
Hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya melalui penelitian.
Menurut Arikunto[1],
hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian.
Olehnya
itu, berdasar pada rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah dirumuskan,
maka jawaban sementara terhadap penelitian ini, yaitu: “ Diduga bahwa Keaktifan
Peserta Didik memiliki hubungan terhadap hasil belajar peserta didik di MI DDI
Passembarang ”.
D.
Definisi Operasional dan Ruang Lingkup
Pembahasan
Defenisi
operasional perlu dirumuskan untuk menghindari terjadinya perbedaan interprestasi
terhadap variabel yang diteliti yaitu hubungan keaktifan
peserta didik terhadap proses pembelajaran, agar variabel tersebut dapat diukur
secara operasional.
1.
Keaktifan
peserta didik adalah kegiatan atau kesibukan
yang dilakukan oleh peserta didik di dalam belajar dengan menggerakkan aspek
jasmani dan rohaninya. Adapun indikator yang yang digunakan untuk mengembangkan
alat ukur keaktifan peserta didik dalam penelitian ini, yaitu: keaktifan
indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan, dan keaktifan emosi.
2.
Hasil belajar adalah skor yang dicapai oleh peserta didik setelah
diberikan tes hasil belajar berdasarkan materi yang telah dipelajari peserta
didik.
E.
Kajian Pustaka
1. Keaktifan Peserta Didik
a. Pengertian Keaktifan Peserta Didik
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata aktif
diartikan dengan "giat atau tekun (bekerja dan berusaha)".[2]
Sedangkan di dalam Kamus Ilmiah kata aktif diartikan dengan energik atau
memiliki kekuatan yang besar.[3] Jadi, keaktifan
belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar
siswa.
Keaktifan tersebut tidak hanya keaktifan
jasmani saja, melainkan juga keaktifan rohani. Menurut Sriyono,[4]
keaktifan jasmani dan rohani yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Keaktifan indera
b. Keaktifan akal
c. Keaktifan ingatan
d. Keaktifan emosi
Dengan demikian,
keaktifan peserta didik dapat dipahami dengan kegiatan atau kesibukan yang
dilakukan oleh peserta didik di dalam belajar dengan menggerakkan aspek jasmani
dan rohani peserta didik.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Peserta Didik
Muhibbin Syah,[5] mengatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu faktor
internal (faktor dari dalam peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar
peserta didik), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan peserta didik dalam proses belajar
terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri
peserta didik dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri peserta didik.
c. Upaya yang Dilakukan dalam Menumbuhkan Keaktifan Peserta Didik
Di dalam menumbuh kembangkan keaktifan peserta didik
dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan upaya guru untuk menata sebaik
mungkin proses belajar mengajar yang akan dilakukannya. Sebab guru merupakan
penentu yang dapat memberikan dorongan super kepada peserta didik dalam
belajar.
d. Hambatan yang dihadapi dalam menumbuhkan keaktifan peserta didik
Dalam menumbuh kembangkan keaktifan peserta didik
dalam belajar tidaklah selalu berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
guru, sebab terdapat beberapa kendala penting yang menjadi penghambat bagi guru
dalam memacu keaktifan peserta didiknya.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Di dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia hasil diartikan dengan sesuatu yang dibuat atau diadakan oleh
hasil usaha atau pemikiran,[6]
sedangkan menurut Sugono hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat,
dijadikan, dsb) oleh usaha.[7]
Sedangkan kata belajar ialah berusaha supaya mendapat sesuatu kepandaian.[8] Kata belajar
dapat juga dipahami sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, sehingga hasil
belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha untuk merubah
tingkah lakunya.
Dengan demikian, berdasarkan pendapat para ahli
mengenai hasil belajar di atas, maka dapat dipahami bahwa hasil belajar ialah
sebuah usaha yang dilakukan oleh manusia untuk meraih suatu prestasi dalam
sebuah kompetisi yang diwujudkan dalam sebuah angka sebagai sebuah legalitas
bahwa manusia tersebut memiliki prestasi atau kecakapan dalam sebuah proses
yang telah dilaluinya.
b. Prinsip Dasar Penilaian Hasil Belajar
Prinsip yang mendasari penilaian hasil belajar
yaitu untuk memberi harapan bagi siswa dan guru untuk dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Kualitas dalam arti siswa menjadi pembelajar yang
efektif dan guru menjadi motivator yang baik.
Dalam kaitan dengan itu, guru dan pembelajar
dapat menjadikan informasi hasil penilaian sebagai dasar dalam menentukan
langkah-langkah pemecahan masalah, sehingga mereka dapat memperbaiki dan
meningkatkan belajarnya.[9]
Olehnya itu, untuk mengetahui terjadinya
peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik, maka diperlukan
sebuah keselarasan ukuran yang sifatnya menyeluruh dan menyentuh ketiga ranah
yang menjadi patokan ukuran pada peserta didik.
Dengan demikian, prinsip dasar penilaian hasil belajar tidak
dapat dilepaskan dari ketiga ranah yang
berfungsi sebagai acuan dalam menentukan keberhasilan peserta didik dalam
sebuah proses pembelajaran.
c.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
a.
Kecerdasan (Intelijensi)
b.
Latihan & ulangan
c.
Motivasi
d.
Kondisi Psikologis Seseorang
e.
Keadaan Keluarga
f.
Guru & Cara Mengajar
g.
Alat-alat Pelajaran
h.
Lingkungan & Kesempatan
i.
Kondisi Ekonomi
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar Pendidikan Agama Islam (Fikih, Aqidah Akhlak, SKI, dan Qur’an
Hadits) adalah tingkat penguasaan bahan pelajaran setelah memperoleh pengalaman
belajar dalam kurun waktu tertentu.
E.
Metode Penelitian
1. Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif yang dilakukan di MI DDI Passembarang yang mengacu pada hipotesis yang telah ada
yaitu hubungan keaktifan peserta didik terhadap hasil
belajar peserta didik di MI DDI Passembarang Kec. Binuang Kab. Polewali
Mandar. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan korelasi yang mencoba
untuk menghubungkan antara keaktifan peserta didik dengan hasil belajar.
Subjek penelitian adalah peserta didik MI DDI Passembarang Kec. Binuang Kab. Polewali Mandar pada Tahun Pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 177 orang peserta didik dengan menggunakan sampel acak (random sampling)
yang mengacu pada langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengambilan data populasi
2. Menentukan jumlah sampel
3. Memilih sampel acak (random
sampling)
4. Seluruh peserta didik yang dipilih sebagai sampel dijadikan sebagai
responden atau informan dalam penelitian ini.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Margono, mengatakan bahwa populasi adalah seluruh data
yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita
tentukan.[10] Nawawi mengemukakan bahwa populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan atau sumber data yang memiliki karakteristik tertentu.[11]
Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa populasi
adalah keseluruhan objek dan subjek yang harus diteliti. Adapun yang penulis
maksud adalah seluruh peserta didik MI
DDI Passembarang Kec. Binuang Kab. Polewali Mandar menjadi objek penelitian dengan jumlah
peserta didik sebanyak 177 orang. Untuk mengetahui lebih jelasnya,
sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Populasi Peserta Didik MI DDI Passembarang
NO
|
KELAS
|
JENIS KELAMIN
|
JUMLAH
|
|
L
|
P
|
|||
1
|
I
|
14
|
25
|
39
|
2
|
II
|
11
|
18
|
29
|
3
|
III
|
13
|
16
|
29
|
4
|
IV
|
10
|
14
|
24
|
5
|
V
|
9
|
10
|
19
|
6
|
VI
|
12
|
25
|
37
|
JUMLAH
|
69
|
108
|
177
|
Sumber: MI DDI
Passembarang, Tahun 2015
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil
dengan menggunakan cara-cara tertentu.[12]
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa sampel ialah bagian
dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki
karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap serta dapat dianggap mewakili
populasi.[13]
Dengan demikian, berdasar pada pemahaman di atas, maka
peneliti tidak meneliti secara keseluruhan populasi. Oleh karena keterbatasan
waktu, biaya, dan tenaga. Peneliti hanya
meneliti dengan menggunakan sampel dimana peneliti mengambil sebagian dari
jumlah populasi yang ada.
Adapun pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah
probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap anggota populasi dimana pengambilan sampel
dilakukan secara random sampling (pengambilan sampel secara acak) tanpa
memperlihatkan strata dalam populasi.
Seluruh peserta didik MI
DDI Passembarang Kec. Binuang Kab. Polewali Mandar akan menjadi objek populasi,
karena masalah yang penulis bahas tentang hubungan keaktifan peserta didik
terhadap hasil belajar peserta didik di MI DDI Passembarang Kec. Binuang Kab.
Polewali Mandar.
Adapun sampel yang diambil sebagai responden sebesar 20 % dari jumlah populasi. Sampel yang diambil terdiri dari 34 orang peserta didik yang dinilai refresentatif mewakili populasi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.
Sampel Penelitian Peserta Didik
No
|
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
L
|
P
|
|||
1
|
I
|
1
|
1
|
2
|
2
|
II
|
1
|
1
|
2
|
3
|
III
|
2
|
2
|
4
|
4
|
IV
|
4
|
4
|
8
|
5
|
V
|
4
|
4
|
8
|
6
|
VI
|
5
|
5
|
10
|
Jumlah
|
17
|
17
|
34
|
Sumber: Hasil Olah Data, 2015
3. Instrument Pengumpulan Data
Di dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan tiga
(4) jenis instrumen untuk mengumpulkan data, yaitu:
1. Angket dalam
penelitian ini adalah angket tertutup yaitu angket yang telah dilengkapi dengan
pilihan jawaban sehingga responden hanya member jawaban pada jawaban yang telah
dipilih. Pada angket ini digunakan skala likert dengan alternatif
jawaban yang disediakan yaitu selalu (S), kadang (K), pernah (P), tidak pernah
(TP), dengan skor masing-masing butir adalah 4, 3, 2, 1 untuk pernyataan
positif.[14]
Pemberian bobot penilaian tersebut
digunakan untuk menjaring data yang diperoleh dari responden. Selanjutnya
dianalisis menggunakan rumus statistik yang digunakan dalam teknik analisis
data.
Tabel 4.
Daftar Butir Penilaian Keaktifan Peserta Didik
No
|
Indikator
|
Jumlah soal
|
1.
|
Keaktifan Indera
|
5
|
2.
|
Keaktifan Akal
|
5
|
3.
|
Keaktifan Ingatan
|
5
|
4.
|
Keaktifan Emosi
|
5
|
Sumber: Putri Sari: 2012[15]
2. Pedoman Observasi, yaitu suatu penyelidikan yang disimpulkan secara
sistematis dan sengaja diadakan untuk mengamati hal-hal yang berhubungan dengan
penelitian. Dengan demikian, observasi digunakan untuk mengamati secara
langsung objek penelitian di tempat atau lokasi penelitian.
3. Pedoman Wawancara, yaitu upaya untuk memperoleh keterangan tentang data
penelitian dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan
penelitian terhadap informan atau objek penelitian, dalam hal ini adalah guru
dan peserta didik di MI DDI Passembarang. Adapun bentuk wawancara yang dilakukan berupa wawancara
tidak terstruktur.
4. Dokumentasi, yaitu arsip atau sejumlah catatan-catatan penting yang
dinilai relevan dengan judul penelitian. Penggunaan instrumen penelitian ini
guna mengumpulkan data-data yang penulis anggap singkron dengan judul
penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data
yang bersumber dari perpustakaan serta data yang bersumber dari lokasi
penelitian. Dengan kata lain bahwa data yang dibutuhkan adalah teori yang
bersumber dari buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan pokok masalah,
yang nantinya didukung oleh kenyataan yang terdapat pada lokasi penelitian.
Oleh karena itu, pengumpulan data ini melalui dua
cara, yaitu:
1. Library Research (Penelitian Kepustakaan), yaitu pengumpulan data yang
menggunakan beberapa literatur dengan cara membaca buku-buku atau
tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan materi pembahasan. Setelah
literatur dibaca dan dianalisis kemudian dikutip dengan beberapa teknik, yaitu:
a. Kutipan
langsung yaitu kutipan yang bersumber dari literatur, kemudian data- datanya
dikutip sesuai dengan aslinya tanpa merubah redaksi dan maknanya.
b. Kutipan tidak
langsung, yaitu penulis mengutip dari beberapa
literature kemudian dirubah redaksinya tanpa merubah maksud dan
tujuannya.
2. Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu suatu penelitian yang
dilakukan secara langsung mengunjungi objek atau tempat penelitian. Dalam hal
ini digunakan teknik observasi, wawancara, angket (quisioner) dan dokumentasi.
5. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini diolah
dengan menggunakan analisis statistik, yaitu statistik deskriptif dan analisis
statistik inferensial.
a. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
karakteristik skor responden penelitian, yaitu skor maksimum dan skor minimum,
mean (rata-rata), serta pengelompokan dan pengkategorian skor.
b. Analisis Statistik Inferensial
Setelah mendeskripsikan data tentang skor kedua
variabel, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik
analisis inferensial, yakni hubungan.
Analisis hubungan digunakan untuk mengetahui kadar
hubungan antara kedua variabel. Analisis hubungan yang digunakan adalah
analisis koefisien korelasi dengan r, dengan formula sebagai berikut:
Keterangan:
r :
Koefisien antara X dan Y
N :
Jumlah objek yang diselidiki
ΣX : Jumlah nilai X
ΣY : Jumlah nilai Y
ΣX2
: Jumlah nilai X2
ΣY2 : Jumlah nilai Y2
ΣXY : Jumlah nilai XY
Untuk keperluan pengujian statistik, hipotesis
tersebut dirumuskan sebagai berikut:
H0 =
µ ≤ 0 lawan H1 = µ > 0
µ menyatakan parameter variabel tingkat hubungan keaktifan peserta didik dengan hasil belajar PKn. Dari segi pengujian
hipotesis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan peserta didik MI DDI Passembarang memiliki hubungan yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik.
Untuk mengetahui besarnya " r " secara kualitatif atau untuk
mengetahui tingkat hubungan antar variabel, maka digunakan patokan interpretasi
nilai r. [17]
Tabel 5.
Interpretasi Nilai r
R
|
Interpretasi
|
0,90 – 1,00
0,70 – 0,90
0,40 – 0,70
0,20 – 0,40
0,00 – 0,20
|
Sangat Kuat / Sangat Tinggi
Kuat / Tinggi
Sedang / Cukup
Lemah / Rendah
Sangat Lemah / Sangat Rendah
|
Sumber: Sudjiono: 2010
Dimana:
1. Jika r mendekati (1), berarti variabel X mempunyai hubungan yang kuat
dan positif terhadap variabel Y. Artinya bahwa, jika variabel X mengalami
peningkatan maka variabel Y juga akan meningkat.
2. Jika r mendekati (-1), berarti variabel X mempunyai hubungan kuat dan
negatif terhadap variabel Y. Artinya bahwa, jika variabel X mengalami
peningkatan, sedangkan variabel Y menurun atau berkurang.
3. Jika r mendekati (0), berarti variabel X kurang memiliki hubungan
terhadap variabel Y. Artinya bahwa, tidak ada hubungan yang ditimbulkan oleh
keaktifan peserta didik terhadap hasil belajar peserta didik.
Tabel 6.
Pengkategorian Skor Keaktifan Peserta Didik yang Menggunakan Angket
Bersifat Positif
No
|
Skor Perolehan
|
Nilai
|
Indikator Keberhasilan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
35 – 40
30 – 34
25 – 29
20 – 24
0 – 19
|
90 – 100
80 – 89
70 – 79
60 – 69
20 – 59
|
Optimal
Istimewa
Sedang
Rentan
Buruk
|
F.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan keaktifan peserta didik terhadap hasil belajar peserta didik di MI DDI Passembarang Kec. Binuang Kab. Polewali
Mandar.
G.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teori
pembelajaran pada umumnya dan mata pelajaran pendidikan agama Islam pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk menambah pengalaman peneliti di lapangan dan juga berguna bagi
mahasiswa, guru, dosen, dan masyarakat.
b. Menambah cakrawala berfikir ilmiah peneliti dalam bidang ilmu pendidikan
khususnya yang berkaitan dengan keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
c. Sebagai sumber informasi faktual tentang hubungan keaktifan peserta
didik terhadap proses pembelajaran.
d. Sebagai syarat formal bagi peneliti dalam menyelesaikan studi pada
program strata satu pada jurusan Pendidikan Agama Islam.
H.
Garis Besar Isi Skripsi
Adapun
sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab
pertama pendahuluan, dalam bab ini penulis kemukakan latar belakang, yang
meliputi gambaran umum skripsi, dari latar belakang tersebut timbul masalah
yang akan dicari, kemudian pengertian judul, dengan maksud yang terkandung
dalam judul tersebut. Selanjutnya manfaat penelitian sebagai landasan atau
motivasi penulis untuk meneliti judul tersebut, terakhir garis besar isi
skripsi.
Bab
kedua, tinjauan pustaka yang merupakan kajian teori yang mendukung dalam
penulisan skripsi ini, menguraikan tentang keaktifan peserta didik, dan hasil
belajar peserta didik.
Bab
ketiga, metode penelitian yang digunakan peneliti dalam menyusun skripsi ini.
Di dalam bab III dibahas tentang populasi dan sampel yang akan diteliti,
kemudian instrumen penelitian yang merupakan alat yang dipakai dalam meneliti,
dalam hal ini digunakan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan format
dokumentasi. Selanjutnya teknik pengumpulan data yang dalam hal ini digunakan
dua cara yaitu penelitian yang menggunakan beberapa buku yang ada hubungannya
dengan skripsi ini dan penelitian langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan, terakhir
teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Barnawi. 2012. Be A Great
Teacher: 46 Rahasia Sukses Menjadi Guru Hebat. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Blogeulum. 2013. Keaktifan
Belajar Siswa. [online]. Tersedia: http: //
blogeulum. blogspot. Com / 2013 / 02 / keaktifan-belajar-siswa. Html (29 Agustus 2015)
Grafura, Lubis & Ari Wijayanti. 2012. Metode dan Strategi Pembelajaran yang Unik. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Hamalik,
Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ilham, Abang. 2011. Pentingnya
Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa. http:// abangilham.
wordpress. com / 2011 / 03 / 31 /
pentingnya-upaya-guru-dalam-mengembangkan-keaktifan-belajar-siswa/ Html. (29
Agustus 2015)
Juprani. 2012. Macam-macam Metode
Pembelajaran. [online]. Tersedia: http: //
blog juprani. blogspot. Com / 2012 / 07
/ macam –macam - metode pembelajaran.
Html. (29 Agustus 2015)
Kurniasih, Imas. 2012. Bukan Guru
Biasa! Panduan Praktis dan Lengkap Menjadi Guru Idaman. Bandung: Arta
Pustaka
Lombe, Salim Watulatea. 2011. Pengaruh
Motivasi dan Kebiasaan Belajar. [online]. Tersedia: http: // salim -
watulea- lombe. blogspot. Com / 2011 / 04 / pengaruh – motivasi – dan –
kebiasaan - belajar. Html (29 Agustus 2015)
Margono, S. 2005. Metodelogi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Mukhtar & Martinis Yamin. 2002. Metode Pembelajaran yang Berhasil. Jakarta: Sasama Mitra Suksesa
MY, Wahyuddin. Artikel Nalar Penelitian:
penelitian Deskriptif. [online]. Tersedia:
http: //
penalaran - unm. Org / index. Php / artikel -
nalar / penelitian / 163. html? Task = view. (29
Agustus 2015)
Nisakawaichan. 2013. Jenis-jenis
Metode Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://
nisakawaiichan. blogspot. Com / 2013 / 04 / jenis – jenis -
metode-pembelajaran.html. (29 Agustus 2015)
Poerwadarminta, WJS. 2000. Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Poerwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Putrisari, Arfina. 2012. Hubungan Kecerdasan Emosional denga Hasil
Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 7 Polewali Kabupaten
Polewali Mandar. Polewali Mandar: Universitas Al Asy’ariyah Mandar
Rahman, Asrul. 2009. Tinjauan
Pendidikan Islam Terhadap Pelaksanaan Adat Penikahan di Kelurahan Amassangan
Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar. Makassar: UIN Alauddin
Rahmanto. 2010. Metode Pengajaran
Unit. [online]. Tersedia:http: // rahmanto 4002. blogspot. Com / 2010 / 05
/ metode-pengajaran-unit. Html. (29 Agustus 2015)
Rusyana, Adun
& Iwan Setiawan. 2010. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Efektif
Pedoman untuk Calon Guru IPA dan IPS. Jakarta: Trans Mandiri Abadi
Sudjiono, Anas. 2010. Pengantar
Statistik Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada
Tim Penyusun. 2015. Pedoman Penulisan Skripsi Program
Strata Satu Institut Agama Islam DDI Polewali Mandar. Polewali Mandar : IAI DDI
Polman
Tim
Prima Pena, 2006. Kamus Ilmiah Populer Refrensi Ilmiah Ideologi,
Politik, Hukum, Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Sains. Surabaya: Gitamedia Press
Zuhairini
et.all. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
[1] Asrul Rahman, Tinjauan Pendidikan Islam
Terhadap Pelaksanaan Adat Penikahan di Kelurahan Amassangan Kecamatan Binuang
Kabupaten Polewali Mandar (Makassar: UIN Alauddin, 2009), h. 35
[4]
Blogeulum. (2013) Keaktifan
Belajar Siswa. [online]. Tersedia: http: // blogeulum.
blogspot. Com / 2013 / 02 / keaktifan-belajar-siswa.
Html. 2013. h. 2. [29
Agustus 2015]
[5] Ibid.
h. 3
[9] Juprani Opchit.
H. 17
[15] Arfina Putrisari. Hubungan Kecerdasan Emosional
denga Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 7 Polewali
Kabupaten Polewali Mandar (Polewali Mandar: Universitas Al Asy’ariyah
Mandar, 2012), h. 46
[16] Lombe. Opchit.
h. 13
No comments:
Post a Comment