Sunday, November 26, 2017

MASUKNYA AGAMA ISLAM DI INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan daerah di Asia Tenggara. bahkan dua abad sebelumnya tarikh masehi, Indonesia khususnya telah dikenal dalam peta dunia masa itu. Peta dunia tertua yang disusun oleh claudius ptolemaeus, seorang gubernur kerajaan yunani yang berkedudukan di Alexandria (mesir). Telah menyebut memasukan nusantara dengan sebutan Barousai (pantai barat sumatra yang kaya karya akan kapur barus).[1]
Perkembangan Islam di Indonesia yang begitu pesat tidak bisa lepas dari catatan sejarah. Sejarah telah memotret dan merekam semua yang telah terjadi di masa silam. Proses-proses dan alur historis yang terjadi dalam perjalanan Islam di Indonesia dalam hubungannya dengan perkembangan Islam di Timur Tengah, bisa dilacak sejak masa-masa awal kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia sampai kurun waktu yang demikian panjang. Yaitu sejak terjadinya interaksi kaum Muslim Timur Tengah
B.     Rumuan Masalah
1.      Bagaimana teori masuknya agama Islam ke Indonesia ?
2.      Bagaimana bentuk masuknya agama Islam ke Indonesia ?
3.      Bagaimana pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia terhadap pendidikan Islam?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui teori masuknya agama islam ke Indonesia.
2.      Untuk mengetahui bentuk masuknya agama islam ke Indonesia.
3.      Untuk mengetahui pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia terhadap pendidikan Islam.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori Masuknya Islam Ke Indonesia
Terkait kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan panjang di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok; tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. berbagai teori dan pembahasan yang berusaha menjawab ketiga masalah pokok di atas jelas belum tuntas, tidak karena kurangnya data yang dapat mendukung suatu teori yang ada. (Karena) terdapat kecenderungan kuat, suatu teori tertentu menekankan hanya aspek-aspek khusus dari ketiga masalah pokok di atas, sementara mengabaikan aspek-aspek yang lainnya.
1.      Teori Arab
Teori Arab berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 M. dan pembawanya berasal dari Arab melalui para pedagang yang menuju Tiongkok dan singgah di pelabuhan Asia Tenggara, tepatnya di selat Malaka, karena posisinya yang strategis, dalam jalur perdagangan. Lantas, mereka tinggal beberapa bulan di  Nusantara, bahkan ada pula yang menetap serta membangun perkampungan Arab. Perkampungan ini pun menjadi tempat untuk berdagang. Ada juga pedagang Arab yang menikah dengan wanita setempat dan menyebarkan Islam. Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana transportasi, maka pada masa menunggu angin muson/musim, mereka menggunakan kesempatan itu untuk mengembangkan Islam.
Adapun beberapa bukti dari teori ini ialah sebagai berikut:
a)      Kampung Arab di Surnatera Utara, yaitu Ta Shih.
b)      Budaya dan musik (pengaruh dari Arab), seperti tari zapin.
c)       Karya-karya yang menceritakan pengislaman raja setempat oleh Syekh dariArab, misalnya Hikayat Para Raja Samudra Pasai menerangkan bahwa Raja Malik diislamkan oleh ahli sufi dari Arab, yakni Syekh Ismail.[2]
Pendukung teori Arab  ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad pertama hijriyah dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
2.      Teori India
Menurut Prof Bahaking Rama Bahwa penganut teori ini antara lain Thomas W. Arnold dan Pijnapel (1872 M). Pijnapl adalah seorang Profesor Bahasa Melayu di  Universitas Leiden, Belanda. Dia berpendapat, bahawa agama islam masuk ke Nusantara pada abad ke 10-11 masehi berasal dari india, terutama dari pantai barat, Yaitu Gujarat dan Malabar. Alasannya ialah karena umat islam di Indonesia, pada umumnya bercorak Mahzab Syafii sebagaimana yang dianut oleh masyarakat islam Gujarat dan Malabar di India bagian Barat. Juga bersamaan batu nisan pada kuburan. Pendapat ini diperkuat oleh Marcopolo dan Ibnu Batuta yang  mencatat, Bahwa Pedagang Gujarat yang bermahzab Syafii membawa ajaran islam ke Nusantara. Mereka berdaganag sambil Berda’wah dengan mengembangkan ajaran Islam tradisional yang mengakomodasi masuknya budaya lokal ke dalam ajaran Islam.[3]
Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan bahawa islam masuk ke indonesia dari Gujarat dengan bukti-bukti sebagai berikut:
a)      karena umat islam di Indonesia, pada umumnya bercorak Mahzab Syafii sebagaimana yang dianut oleh masyarakat islam Gujarat dan Malabar di India bagian Barat.
b)      Terdapat batu marmer pada batu nisan, yang menunjukkan ciri buatan india, seperti batu nisan Raja Malik Pasai.
3.      Teori Persia
Teori ketiga adalah teori Persia. Tanah Persia disebut-sebut sebagai tempat awal Islam datang di Indonesia. Sandaran teori ini, yaitu adanya kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam dengan penduduk Persia. Contohnya, peringatan 10 Muharram yang dijadikan sebagai hari peringatan wafatnya Hasan dan Husain. Selain itu juga beberapa serapan bahasa yang diyakini berasal dari wilayah Iran, misalnya kata jabar dari zabar, jer dari zeer, dan sebagainya. Teori ini meyakini bahwa Islam masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke-13 M. Adapun wilayah pertama yang disinggahi adalah kawasan Samudra Pasai.[4]


4.      Teori Cina
Sumber-sumber cina kuno melaporkan bahwa ekspedisi arab datang ke cina di tahun kedua pemerintahan kaisar Yung Way dari dinasti Tang, yaitu pada tahun 651 M (31.H) di masa pemerintahan khalifah Ustman.
            Relasi Nusantara dengan Cina (Tiongkok), baik dalam pengertian hubungan diplomatic antar kedua Negara/kerajaan maupun kontak dagang sudah berlangsung sejak klasik jauh sebelum islam datang ke kawasan ini. Hubungan tersebut terus berlanjut saat Cina dikuasai Dinasti Ming (1368-1644M). Saat itulah terjadi arus perhubungan yang cukup intensif antara Nusantara dan Cina.
            Eksistensi Cina Islam di jawa pada abad pertengahan (khususnya abad ke-15/16 M) tersebut tidak hanya  terdapat di jawa timur saja melainkan hampir merata di sepanjang pesisir utara jawa. Kesakasian atas eksistensi cina islam di jawa ini disaksikan oleh pengelana Belanda, Loedewicks dan Ibn Baituta, pengembara asal Arab.[5]
Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina.
Selain keempat teori tersebut di atas, Menurut Prof Bahaking Rama bahwa terdapat pula teori Fatimi atau Banggala. Teori ini dikemukakan oleh Tome Pires. Ia mengemukakan, bahwa Islam datang dari Benggali (Bangladesh India bagian Timur) pada abad 11 M. Agama Islam masuk dari pantai timur, Malaka melalui Phanrang (Vietnam) Fatani (Tailand), dan Trengganu ke daerah Aceh.[6]
Menurut Prof Bahaking Rama bahwa islam masuk ke indonesia tidak jelas kepastian kapan lslam datangnya, dari mana islam berasal, siapa menyebarkan Islam petama kali di Indonesia, dan di daerah mana datangnya pertama kali. Hal tesebut tidak dapat dipastikan, karena yang demikian memang tidak bisa dilepaskan dari sudut pandang penulis (ahli sejara), data yang ditemukan, dan interpretasi terhadap data peneliti sendiri. Selain itu, juga disebabkan oleh kurangnya data yang dapat mendukung suatu teori tertentu. Ini sebagian besar diakibat sikap ulama Indonesia kurang, bahkan tidak memiliki pengertian tenteng perlunya penulisan sejarah. Kesulitan untuk menentukan kepastian kapan masuknya agama Islam ke Nusantara, juga disebabkan oleh faktor geografis dan luas wilaya indonesia.[7]
Penulis dapat simpulkan bahawa Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Ini diakibatkan karana para ahli sejara tidak menyatukan presepsi untuk membedakan antara datangnya orang Islam yang pertama dengan permulaan penyiaran Islam di Indonesia.



B.     Bentuk Masuknya Agama Islam Ke Indonesia
Menurut Badri Yatim Setidaknya ada enam bentuk masuknya islam ke Indonesia yaitu meliputi jalur perdagangan, jalur politik, jalur perkawinan, jalur pendidikan, jalur kesenian dan jalur tasawuf.[8]
1.      Bentuk Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan jalur perdaganagan pada abad ke-7 hingga ke 16 M. Para pedagang Islam dari Arab, Gujarat, dan Persia tinggal selama berbulan-bulan di Malaka dan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Mereka menunggu angin musim yang baik untuk kembali berlayar. Maka terjadilah interaksi atau pergaualan antara para pedagang tersebut dengan raja-raja, para bangsawan dan masyarakat setempat. Kesempatan ini digunakan oleh para pedagang untuk menyebarkan agama Islam.
2.      Bentuk Perkawinan
Tak dapat dipungkiri, dari sisi ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri para pedagang itu. Sebelum prosesi pernikahan, mereka telah diIslamkan terlebih dahulu, dan setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan kaum muslim semakin luas. Oleh karenanya tidak heran banyak sekali bermunculan kampung-kampung muslim.
Awalnya kampung ini berkembang di pesisir pantai, biasanya mereka disebut dengan kampung arab dan masih terkenal hingga saat ini. Dalam perkembangan berikutnya, karena ada wanita yang keturunan bangsawan yang dinikahi oleh pedagang itu, tentu saja kemudian dapat mempercepat proses islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan Puteri Kawunganten, Brawijayadengan puteri Campa yang menurunkan Raden Patah, raja pertama kerajaan Demak, dan lain-lain.
3.      Bentuk Tasawuf
Tasawuf merupakan bagian ajaran dari Agama Islam. Para tokoh tasawuf ini biasanya memiliki keahlian khusus sehingga dapat menarik penduduk untuk memeluk ajaran Islam. Keahlian tersebut biasanya termanifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi orang-orang yang terkena penyakit, lalu disembuhkan. Ada juga yang termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan magic yang memang sudah sangat akrab dengan penduduk pribumi saat itu.
4.      Bentuk Kesenian
Kesenian merupakan wahana untuk berdakwah bagi para pemuka agama di Indonesia. Pada proses ini yang paling terkenal menggunakannya adalah para wali yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Salah satu media pertunjukan yang paling terkenal melalui pertunjukan wayang. Sunan Kalijaga, penyebar Islam di daerah Jawa Tengah adalah sosok yang sangat mahir dalam memainkan wayang. Cerita wayang yang dimainkan berasal dari cerita Ramayana dan Mahabarata yang memang sudah sangat Tasawuf merupakan bagian ajaran dari Agama Islam.
Para tokoh tasawuf ini biasanya memiliki keahlian khusus sehingga dapat menarik penduduk untuk memeluk ajaran Islam. Keahlian tersebut biasanya termanifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi orang-orang yang terkena penyakit, lalu disembuhkan. Ada juga yang termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan magic yang memang sudah sangat akrab dengan penduduk pribumi saat itu terkenal dan digemari oleh masyarakat. Dalam memainkan wayang, selalu disisipkan ajaran-ajaran Islam sehingga penduduk pribumi mulai akrab dengan ajaran Islam melalui media ini. Yang paling manarik dalam pertunjukan ini adalah para penduduk tidak dipungut biaya ketika mereka menyaksikan pertunjukan wayang, mereka hanya diminta untuk melantunkan kalimat syahadat, sehingga mereka akhirnya masuk Islam dan ikut mendalami ajarannya.
5.      Bentuk Politik
Masuknya Islam melalui saluran ini dapat terlihat ketika Samudera Pasai menjadi kerajaan, banyak sekali penduduk yang memeluk agama Islam. Proses seperti ini terjadi pula di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah raja mereka memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Dari sini dapat dikatakan pula bahwa kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan muslim untuk memeluk agama Islam.
6.      Bentuk Pendidikan
Pada proses ini, biasanya dilakukan melalui pendidikan-pendidikan yang dilakukan oleh para wali, ulama, kiai, atau guru agama yang mendidik murid-murid mereka. Tempat yang paling pesat untuk mengembangkan ajaran Islam adalah di pondok pesantren. Di tempat itu para santri dididik dan diajarkan pendidikan agama Islam secara mendalam, sehingga mereka betul-betul menguasai ilmu agama. Setelah lulus dari pesantren, para santri kembali ke daerah asal untuk kemudian menyebarkan kepada masyarakat umum pelajaran yang telah mereka peroleh di pesantren.
C.    Pengaruh Masuknya Agama Islam Ke Indonesia Terhadap Pendidikan Islam
  1. Pengaruh Islam di Bidang Bahasa
Bersamaan naiknya Islam menjadi agama dominan kepulauan nusantara, terjadi sinkretisasi atas bahasa yang digunakan Islam. Sinkretisasi terjadi misalnya dalam struktur penanggalan. Penanggalan ini adalah mainstream di kebudayaan India. Secara sinkretis, nama-nama bulan Islam disinkretisasi Agung Hanyakrakusuma (sultan Mataram Islam) ke dalam sistem penanggalan Caka. Penanggalan Caka berbasis penanggalan Matahari (syamsiah, mirip gregorian), sementara penanggalan Islam berbasis peredaran Bulan (qamariah). Hasilnya pada 1625, Agung Hanyakrakusuma mendekritkan perubahan penanggalan Caka menjadi penanggalan Jawa yang sudah banyak dipengaruhi budaya Islam.[9]
Bahasa Arab ini bahkan semakin signifikan di abad ke-18 dan 19 di Indonesia, di mana masyarakat nusantara lebih familiar membaca huruf Arab ketimbang Latin. Bahkan, di masa kolonial Belanda, mata uang ditulis dalam huruf Arab Melayu, Arab Pegon, ataupun Arab Jawi. Tulisan Arab pun masih sering diketemukan sebagai keterangan dalam batu nisan. 

  1. Pengaruh Islam di Bidang Arsitektur dan Kesenian 

Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Masjid-masjid awal yang dibangun pasca penetrasi Islam ke nusantara cukup berbeda dengan yang berkembang di Timur Tengah. Salah satunya tidak terdapatnya kubah di puncak bangunan. Kubah digantikan semacam meru, susunan limas tiga atau lima tingkat, serupa dengan arsitektur Hindu. Masjid Banten memiliki meru lima tingkat, sementara masjid Kudus dan Demak tiga tingkat. Namun, bentuk bangunan dinding yang bujur sangkar sama dengan budaya induknya.[10]
Dalam Seni Ukir. Ajaran Islam melarang kreasi makhluk bernyawa ke dalam seni. Larangan dipegang para penyebar Islam dan orang-orang Islam Indonesia. Sebagai pengganti kreativitas, mereka aktif membuat kaligrafi serta ukiran tersamar. Misalnya bentuk dedaunan, bunga, bukit-bukit karang, pemandangan, serta garis-garis geometris. Termasuk ke dalamnya pembuatan kaligrafi huruf Arab. Ukiran misalnya terdapat di Masjid Mantingan dekat Jepara, daerah Indonesia yang terkenal karena seni ukirnya.
Menurut Bahaking Rama bahawa pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia terhadap pendidikan islam yaitu diantaranya sebagai berikut:
  1. Pembnntukan Tradisi Keilmuan yaitu berkembang pengajaran atau pengajian kitab di rumah ulama. Materi pengajian kitab tersebut adalah tentang Akhlak-Tasawuf, aqidah dan syari’ah. dari pengajian kitab di rumah, berkembang membentuk institusi atau lembaga pendidikan musalnya Meunasah, rangkang, dan dayah di Aceh, Surau di Minangkabau, Pesantren di Jawa, Ngaji tudang atau Ngaji Mempo di Sulawesi, dan nama lain di tempat lain.
  2. Pembentukan Tradisi Ideologi (Keyakinan Tauhid). Teradisi tersebut tertanam dikalangan umat Islam, bahwa mereka sekeyakinan. Mereka bersatu membangun kesatuan untuk melawan musuh Islam, termasuk bangsa penjajah. Hal ini dibuktikan dengan bersatunya umat islam di Indonesia melawan penjajah Belanda maupun Jepang.
  3. Pembentukan Tradisi Ekonomi. Umat Islam membangun sistem ekonom yang kuat. Mereka membuka pasar tradisional untuk memperkuat sistem ekonomi kerakyatan, membuka perdagangan dengan penguasa atau ra raja (umara’) nusantara maupun di kawasan Asia lenggara.
  4.  Tradisi Politik. Para ulama dan raja-raja Islam sangat dekat dengan rakyat atau masyarakatnya. Mereka laksana keris dengan sarungnya, laksana cincin dengan permatanya sebagai simbol, bahwa ulama dan umara’ menyatu dengan rakyat.[11]
Dari uraian diatas, penulis dapat simpulkan bahwa pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia terhadap pendidikan islam sangat dipengaruhi oleh para ulama dan raja-raja atau umara’ pada saat itu yaitu dengan ciri khas sesuai dengan al-Quran dan Hadis.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Islam di Nusantara (Indonesia), terdapat beberapa teori yaitu:  Teori Arab. Penganut teori ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold, bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 M. Teori India. Penganut teori ini antara lain Thomas W. Arnold dan Pijnapel (1872 M). bahawa agama islam masuk ke Nusantara pada abad ke 10-11 M. Teori Persia. Pendukung teori ini adalah P.A Hoesein Djajadiningrad. Teori Cina. Penganut teori ini yaitu, H.J. de Graf, Denys Lombard, dan Slamet Muljana.
2.      Bentuk masuknya Islam ke Indonesia yaitu meliputi jalur perdagangan, jalur politik, jalur perkawinan, jalur pendidikan, jalur kesenian dan jalur tasawuf.
  1. Pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia terhadap pendidikan Islam yaitu di bidang bahasa, arsitektur dan kesenian, keilmuan, ideologi (keyakinan tauhid), ekonomi, dan di bidang politik.
B.     Saran
Penulis yakin dalam pembuatan makalah ini masih ada banyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dan penulis khususnya.

DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Priode Klasik,Pertengahan, dan Moderen, Cet. I, DIVA Press, Jakarta, 2015.
Gelman Taylor, Jean, Indonesia: Peoples and Histories, Yale University Press, New Haven, 2003.
Graaf, De , Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, Cet I, grafity Pers Dan Kitlv, Jakarta, 2003.
Munir Amin, Samsul, Sejarah Peradaban Islam,Cet. II, Amzah, Jakarta, 2010.
Rama, Bahaking, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia, Cet. I, Cakrawala Publishing, Yogyakarta, 2011.
Soekmono, R. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 Cet.XIX, Kanisius, Yogyakarta, 2008.
Sulasman, Sejarah Islam di Asa & Eropa, Pustaka Setia, Bandung, 2013.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2008.


[1] Samsul munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,Cet. 2(Jakarta:Amzah,2010), h. 301
[2] Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Priode Klasik,Pertengahan, dan Moderen, Cet. I (Jakarta: DIVA Press, 2015) h .472
[3] Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia, Cet. I (Yogyakarta: Cakrawala Publishing, 2011), h. 130.
[4] Sulasman, Sejarah Islam di Asa & Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 300
[5] De Graaf  H.J dan Th.Pigeaud , Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, Cet I, (Jakarta : grafity Pers Dan Kitlv, 2003) h. 58
[6] Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia, Cet. I (Yogyakarta: Cakrawala Publishing), h. 132.
[7] Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia, Cet. I (Yogyakarta: Cakrawala Publishing), h. 129..
[8] Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2008)  h. 201-204.
[9] Jean Gelman Taylor, Indonesia: Peoples and Histories (New Haven: Yale University Press, 2003)  h.66. 
[10] R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 (Yogyakarta: Kanisius, Cet.19, 2008)  h.75-109.
[11] Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia, Cet. I (Yogyakarta: Cakrawala Publishing, 2011), h. 132-133.

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...