BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sejak zaman prasejarah, penduduk
kepulauan indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi
lautan lepas. Sejak abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan
antara kepulauan Indonesia dengan daerah di Asia Tenggara. bahkan dua abad
sebelumnya tarikh masehi, Indonesia khususnya telah dikenal dalam peta dunia
masa itu. Peta dunia tertua yang disusun oleh claudius ptolemaeus, seorang
gubernur kerajaan yunani yang berkedudukan di Alexandria (mesir). Telah
menyebut memasukan nusantara dengan sebutan Barousai (pantai barat sumatra yang
kaya karya akan kapur barus).[1]
Perkembangan
Islam di Indonesia yang begitu pesat tidak bisa lepas dari catatan sejarah.
Sejarah telah memotret dan merekam semua yang telah terjadi di masa silam. Proses-proses
dan alur historis yang terjadi dalam perjalanan Islam di Indonesia dalam
hubungannya dengan perkembangan Islam di Timur Tengah, bisa dilacak sejak
masa-masa awal kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia sampai kurun waktu
yang demikian panjang. Yaitu sejak terjadinya interaksi kaum Muslim Timur
Tengah
B. Rumuan
Masalah
1.
Bagaimana teori masuknya agama Islam
ke Indonesia ?
2.
Bagaimana bentuk masuknya agama Islam
ke Indonesia ?
3.
Bagaimana pengaruh masuknya agama
Islam ke Indonesia terhadap pendidikan Islam?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui teori masuknya
agama islam ke Indonesia.
2.
Untuk mengetahui bentuk masuknya
agama islam ke Indonesia.
3.
Untuk mengetahui pengaruh masuknya
agama Islam ke Indonesia terhadap pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Masuknya Islam Ke Indonesia
Terkait
kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan panjang di
antara para ahli mengenai tiga masalah pokok; tempat asal kedatangan Islam,
para pembawanya, dan waktu kedatangannya. berbagai teori dan pembahasan yang
berusaha menjawab ketiga masalah pokok di atas jelas belum tuntas, tidak karena
kurangnya data yang dapat mendukung suatu teori yang ada. (Karena) terdapat
kecenderungan kuat, suatu teori tertentu menekankan hanya aspek-aspek khusus
dari ketiga masalah pokok di atas, sementara mengabaikan aspek-aspek yang
lainnya.
1. Teori Arab
Teori
Arab berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 M. dan
pembawanya berasal dari Arab melalui para pedagang yang
menuju Tiongkok dan singgah di pelabuhan Asia Tenggara, tepatnya di selat
Malaka, karena posisinya yang strategis, dalam jalur perdagangan. Lantas,
mereka tinggal beberapa bulan di Nusantara, bahkan ada pula yang menetap serta membangun
perkampungan Arab. Perkampungan ini pun menjadi tempat untuk berdagang. Ada
juga pedagang Arab yang menikah dengan wanita setempat dan menyebarkan Islam.
Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana
transportasi, maka pada masa menunggu angin muson/musim, mereka menggunakan
kesempatan itu untuk mengembangkan Islam.
Adapun
beberapa bukti dari teori ini ialah sebagai berikut:
a)
Kampung Arab di Surnatera Utara, yaitu
Ta Shih.
b)
Budaya dan musik (pengaruh dari Arab),
seperti tari zapin.
c) Karya-karya yang menceritakan pengislaman raja
setempat oleh Syekh dariArab, misalnya Hikayat Para Raja Samudra Pasai
menerangkan bahwa Raja Malik diislamkan oleh ahli sufi dari Arab, yakni Syekh
Ismail.[2]
Pendukung
teori Arab ini adalah Hamka, Van Leur
dan T.W. Arnold. Para ahli yang
mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik
Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya
yaitu abad pertama hijriyah dan yang berperan besar
terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
2. Teori India
Menurut Prof Bahaking Rama Bahwa
penganut teori ini antara lain Thomas W. Arnold dan Pijnapel (1872 M). Pijnapl
adalah seorang Profesor Bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda. Dia berpendapat,
bahawa agama islam masuk ke Nusantara pada abad ke 10-11 masehi berasal dari
india, terutama dari pantai barat, Yaitu Gujarat dan Malabar. Alasannya ialah
karena umat islam di Indonesia, pada umumnya bercorak Mahzab Syafii sebagaimana
yang dianut oleh masyarakat islam Gujarat dan Malabar di India bagian Barat.
Juga bersamaan batu nisan pada kuburan. Pendapat ini diperkuat oleh Marcopolo
dan Ibnu Batuta yang mencatat, Bahwa
Pedagang Gujarat yang bermahzab Syafii membawa ajaran islam ke Nusantara. Mereka
berdaganag sambil Berda’wah dengan mengembangkan ajaran Islam tradisional yang
mengakomodasi masuknya budaya lokal ke dalam ajaran Islam.[3]
Dari uraian di atas penulis dapat
simpulkan bahawa islam masuk ke indonesia dari Gujarat dengan bukti-bukti
sebagai berikut:
a)
karena umat islam di Indonesia, pada
umumnya bercorak Mahzab Syafii sebagaimana yang dianut oleh masyarakat islam
Gujarat dan Malabar di India bagian Barat.
b) Terdapat
batu marmer pada batu nisan, yang menunjukkan ciri buatan india, seperti batu
nisan Raja Malik Pasai.
3. Teori Persia
Teori ketiga adalah teori Persia. Tanah Persia
disebut-sebut sebagai tempat awal Islam datang di Indonesia. Sandaran teori
ini, yaitu adanya kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok
masyarakat Islam dengan penduduk Persia. Contohnya, peringatan 10 Muharram yang
dijadikan sebagai hari peringatan wafatnya Hasan dan Husain. Selain itu juga
beberapa serapan bahasa yang diyakini berasal dari wilayah Iran, misalnya kata jabar
dari zabar, jer dari zeer, dan sebagainya. Teori ini
meyakini bahwa Islam masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke-13 M. Adapun
wilayah pertama yang disinggahi adalah kawasan Samudra Pasai.[4]
4. Teori Cina
Sumber-sumber cina kuno melaporkan
bahwa ekspedisi arab datang ke cina di tahun kedua pemerintahan kaisar Yung Way
dari dinasti Tang, yaitu pada tahun 651 M (31.H) di masa pemerintahan khalifah
Ustman.
Relasi Nusantara dengan Cina (Tiongkok),
baik dalam pengertian hubungan diplomatic antar kedua Negara/kerajaan maupun
kontak dagang sudah berlangsung sejak klasik jauh sebelum islam datang ke
kawasan ini. Hubungan tersebut terus berlanjut saat Cina dikuasai Dinasti Ming (1368-1644M). Saat itulah terjadi arus perhubungan yang cukup intensif antara
Nusantara dan Cina.
Eksistensi Cina Islam di jawa pada abad pertengahan (khususnya abad ke-15/16 M) tersebut tidak hanya terdapat di jawa timur saja melainkan hampir
merata di sepanjang pesisir utara jawa. Kesakasian atas eksistensi cina islam
di jawa ini disaksikan oleh pengelana Belanda, Loedewicks dan Ibn Baituta,
pengembara asal Arab.[5]
Bukti-bukti lainnya
adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh
komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting
sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan
Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina.
Selain keempat teori
tersebut di atas, Menurut Prof Bahaking Rama bahwa terdapat pula teori Fatimi
atau Banggala. Teori ini dikemukakan oleh Tome Pires. Ia mengemukakan, bahwa
Islam datang dari Benggali (Bangladesh India bagian Timur) pada abad 11 M.
Agama Islam masuk dari pantai timur, Malaka melalui Phanrang (Vietnam) Fatani (Tailand),
dan Trengganu ke daerah Aceh.[6]
Menurut Prof Bahaking
Rama bahwa islam masuk ke indonesia tidak jelas kepastian kapan lslam datangnya,
dari mana islam berasal, siapa menyebarkan Islam petama kali di Indonesia, dan
di daerah mana datangnya pertama kali. Hal tesebut tidak dapat dipastikan,
karena yang demikian memang tidak bisa dilepaskan
dari sudut pandang penulis (ahli sejara), data yang ditemukan, dan interpretasi
terhadap data peneliti sendiri. Selain itu, juga disebabkan oleh kurangnya data
yang dapat mendukung suatu teori tertentu. Ini sebagian besar diakibat sikap
ulama Indonesia kurang, bahkan tidak memiliki pengertian tenteng perlunya
penulisan sejarah. Kesulitan untuk menentukan kepastian kapan masuknya agama
Islam ke Nusantara, juga disebabkan oleh faktor geografis dan luas wilaya
indonesia.[7]
Penulis dapat simpulkan
bahawa Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan
tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing
teori tersebut. Ini diakibatkan karana para ahli sejara tidak menyatukan
presepsi untuk membedakan antara datangnya orang Islam yang pertama dengan
permulaan penyiaran Islam di Indonesia.
B. Bentuk
Masuknya Agama Islam Ke Indonesia
Menurut Badri Yatim Setidaknya ada
enam bentuk masuknya islam ke Indonesia yaitu meliputi jalur perdagangan, jalur
politik, jalur perkawinan, jalur pendidikan, jalur kesenian dan jalur tasawuf.[8]
1. Bentuk Perdagangan
Pada taraf
permulaan, saluran islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan jalur perdaganagan
pada abad ke-7 hingga ke 16 M. Para pedagang Islam dari Arab, Gujarat, dan Persia
tinggal selama berbulan-bulan di Malaka dan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.
Mereka menunggu angin musim yang baik untuk kembali berlayar. Maka terjadilah
interaksi atau pergaualan antara para pedagang tersebut dengan raja-raja, para
bangsawan dan masyarakat setempat. Kesempatan ini digunakan oleh para pedagang
untuk menyebarkan agama Islam.
2. Bentuk Perkawinan
Tak dapat dipungkiri, dari sisi ekonomi, para pedagang muslim memiliki
status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk
pribumi, terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri para
pedagang itu. Sebelum prosesi pernikahan, mereka telah diIslamkan terlebih
dahulu, dan setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan kaum muslim semakin
luas. Oleh karenanya tidak heran banyak sekali bermunculan kampung-kampung
muslim.
Awalnya kampung ini berkembang di pesisir pantai, biasanya mereka disebut
dengan kampung arab dan masih terkenal hingga saat ini. Dalam perkembangan berikutnya,
karena ada wanita yang keturunan bangsawan yang dinikahi oleh pedagang itu,
tentu saja kemudian dapat mempercepat proses islamisasi. Demikianlah yang
terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung
Jati dengan Puteri Kawunganten, Brawijayadengan puteri Campa yang menurunkan
Raden Patah, raja pertama kerajaan Demak, dan lain-lain.
3. Bentuk Tasawuf
Tasawuf merupakan bagian ajaran dari Agama Islam. Para tokoh tasawuf ini biasanya
memiliki keahlian khusus sehingga dapat menarik penduduk untuk memeluk ajaran
Islam. Keahlian tersebut biasanya termanifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi
orang-orang yang terkena penyakit, lalu disembuhkan. Ada juga yang
termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan magic yang memang sudah sangat akrab
dengan penduduk pribumi saat itu.
4. Bentuk Kesenian
Kesenian merupakan wahana untuk berdakwah bagi para pemuka agama di
Indonesia. Pada proses ini yang paling terkenal menggunakannya adalah para wali
yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Salah satu media pertunjukan yang paling
terkenal melalui pertunjukan wayang. Sunan Kalijaga, penyebar Islam di daerah
Jawa Tengah adalah sosok yang sangat mahir dalam memainkan wayang. Cerita
wayang yang dimainkan berasal dari cerita Ramayana dan Mahabarata yang memang sudah
sangat Tasawuf merupakan bagian ajaran dari Agama Islam.
Para tokoh tasawuf ini biasanya
memiliki keahlian khusus sehingga dapat menarik penduduk untuk memeluk ajaran
Islam. Keahlian tersebut biasanya termanifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi
orang-orang yang terkena penyakit, lalu disembuhkan. Ada juga yang
termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan magic yang memang sudah sangat akrab
dengan penduduk pribumi saat itu terkenal dan digemari oleh masyarakat. Dalam
memainkan wayang, selalu disisipkan ajaran-ajaran Islam sehingga penduduk
pribumi mulai akrab dengan ajaran Islam melalui media ini. Yang paling manarik
dalam pertunjukan ini adalah para penduduk tidak dipungut biaya ketika mereka
menyaksikan pertunjukan wayang, mereka hanya diminta untuk melantunkan kalimat
syahadat, sehingga mereka akhirnya masuk Islam dan ikut mendalami ajarannya.
5. Bentuk Politik
Masuknya
Islam melalui saluran ini dapat terlihat ketika Samudera Pasai menjadi
kerajaan, banyak sekali penduduk yang memeluk agama Islam. Proses seperti ini
terjadi pula di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam
setelah raja mereka memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Dari sini dapat dikatakan pula bahwa
kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan yang
bukan muslim untuk memeluk agama Islam.
6. Bentuk Pendidikan
Pada proses
ini, biasanya dilakukan melalui pendidikan-pendidikan yang dilakukan oleh para
wali, ulama, kiai, atau guru agama yang mendidik murid-murid mereka. Tempat
yang paling pesat untuk mengembangkan ajaran Islam adalah di pondok pesantren.
Di tempat itu para santri dididik dan diajarkan pendidikan agama Islam secara
mendalam, sehingga mereka betul-betul menguasai ilmu agama. Setelah lulus dari
pesantren, para santri kembali ke daerah asal untuk kemudian menyebarkan kepada
masyarakat umum pelajaran yang telah mereka peroleh di pesantren.
C. Pengaruh
Masuknya Agama Islam Ke Indonesia Terhadap Pendidikan Islam
- Pengaruh Islam di Bidang Bahasa
Bersamaan naiknya Islam menjadi
agama dominan kepulauan nusantara, terjadi sinkretisasi atas bahasa yang
digunakan Islam. Sinkretisasi terjadi misalnya dalam struktur penanggalan.
Penanggalan ini adalah mainstream di kebudayaan India. Secara sinkretis,
nama-nama bulan Islam disinkretisasi Agung Hanyakrakusuma (sultan Mataram Islam)
ke dalam sistem penanggalan Caka. Penanggalan Caka berbasis penanggalan
Matahari (syamsiah, mirip gregorian), sementara penanggalan Islam berbasis
peredaran Bulan (qamariah). Hasilnya pada 1625, Agung Hanyakrakusuma mendekritkan
perubahan penanggalan Caka menjadi penanggalan Jawa yang sudah banyak
dipengaruhi budaya Islam.[9]
Bahasa Arab ini bahkan semakin signifikan di abad
ke-18 dan 19 di Indonesia, di mana masyarakat nusantara lebih familiar membaca
huruf Arab ketimbang Latin. Bahkan, di masa kolonial Belanda, mata uang ditulis
dalam huruf Arab Melayu, Arab Pegon, ataupun Arab Jawi. Tulisan Arab pun masih
sering diketemukan sebagai keterangan dalam batu nisan.
- Pengaruh Islam di Bidang Arsitektur dan Kesenian
Masjid
adalah tempat ibadah umat Islam. Masjid-masjid awal yang dibangun pasca
penetrasi Islam ke nusantara cukup berbeda dengan yang berkembang di Timur
Tengah. Salah satunya tidak terdapatnya kubah di puncak bangunan. Kubah
digantikan semacam meru, susunan limas tiga atau lima tingkat, serupa dengan
arsitektur Hindu. Masjid Banten memiliki meru lima tingkat, sementara masjid
Kudus dan Demak tiga tingkat. Namun, bentuk bangunan dinding yang bujur sangkar
sama dengan budaya induknya.[10]
Dalam Seni Ukir. Ajaran Islam melarang kreasi makhluk
bernyawa ke dalam seni. Larangan dipegang para penyebar Islam dan orang-orang
Islam Indonesia. Sebagai pengganti kreativitas, mereka aktif membuat kaligrafi
serta ukiran tersamar. Misalnya bentuk dedaunan, bunga, bukit-bukit karang,
pemandangan, serta garis-garis geometris. Termasuk ke dalamnya pembuatan
kaligrafi huruf Arab. Ukiran misalnya terdapat di Masjid Mantingan dekat
Jepara, daerah Indonesia yang terkenal karena seni ukirnya.
Menurut Bahaking Rama bahawa pengaruh masuknya agama
Islam ke Indonesia terhadap pendidikan islam yaitu diantaranya sebagai berikut:
- Pembnntukan Tradisi Keilmuan yaitu berkembang pengajaran atau pengajian kitab di rumah ulama. Materi pengajian kitab tersebut adalah tentang Akhlak-Tasawuf, aqidah dan syari’ah. dari pengajian kitab di rumah, berkembang membentuk institusi atau lembaga pendidikan musalnya Meunasah, rangkang, dan dayah di Aceh, Surau di Minangkabau, Pesantren di Jawa, Ngaji tudang atau Ngaji Mempo di Sulawesi, dan nama lain di tempat lain.
- Pembentukan Tradisi Ideologi (Keyakinan Tauhid). Teradisi tersebut tertanam dikalangan umat Islam, bahwa mereka sekeyakinan. Mereka bersatu membangun kesatuan untuk melawan musuh Islam, termasuk bangsa penjajah. Hal ini dibuktikan dengan bersatunya umat islam di Indonesia melawan penjajah Belanda maupun Jepang.
- Pembentukan Tradisi Ekonomi. Umat Islam membangun sistem ekonom yang kuat. Mereka membuka pasar tradisional untuk memperkuat sistem ekonomi kerakyatan, membuka perdagangan dengan penguasa atau ra raja (umara’) nusantara maupun di kawasan Asia lenggara.
- Tradisi Politik. Para ulama dan raja-raja Islam sangat dekat dengan rakyat atau masyarakatnya. Mereka laksana keris dengan sarungnya, laksana cincin dengan permatanya sebagai simbol, bahwa ulama dan umara’ menyatu dengan rakyat.[11]
Dari uraian
diatas, penulis dapat simpulkan bahwa pengaruh masuknya agama Islam ke
Indonesia terhadap pendidikan islam sangat dipengaruhi oleh para ulama dan
raja-raja atau umara’ pada saat itu yaitu dengan ciri khas sesuai dengan
al-Quran dan Hadis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Islam di Nusantara (Indonesia),
terdapat beberapa teori yaitu: Teori
Arab. Penganut teori ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold, bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke 7 M. Teori India.
Penganut teori ini antara lain Thomas W. Arnold dan Pijnapel (1872 M). bahawa
agama islam masuk ke Nusantara pada abad ke 10-11 M. Teori Persia. Pendukung teori ini adalah P.A Hoesein
Djajadiningrad. Teori Cina. Penganut
teori ini yaitu, H.J. de Graf, Denys Lombard, dan Slamet Muljana.
2.
Bentuk masuknya Islam ke Indonesia
yaitu meliputi jalur perdagangan, jalur politik, jalur perkawinan, jalur
pendidikan, jalur kesenian dan jalur tasawuf.
- Pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia terhadap pendidikan Islam yaitu di bidang bahasa, arsitektur dan kesenian, keilmuan, ideologi (keyakinan tauhid), ekonomi, dan di bidang politik.
B. Saran
Penulis yakin dalam pembuatan makalah ini masih ada
banyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dan
penulis khususnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Aizid,
Rizem, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap
Priode Klasik,Pertengahan, dan Moderen, Cet. I, DIVA Press, Jakarta, 2015.
Gelman
Taylor, Jean, Indonesia: Peoples and Histories, Yale University Press, New
Haven, 2003.
Graaf, De , Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, Cet I, grafity Pers Dan Kitlv, Jakarta, 2003.
Munir Amin,
Samsul, Sejarah Peradaban Islam,Cet.
II, Amzah, Jakarta, 2010.
Rama,
Bahaking, Sejarah Pendidikan dan
Peradaban Islam dari Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia, Cet. I, Cakrawala
Publishing, Yogyakarta, 2011.
Soekmono, R.
Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 Cet.XIX, Kanisius, Yogyakarta, 2008.
Sulasman,
Sejarah Islam di Asa & Eropa, Pustaka Setia, Bandung, 2013.
Yatim, Badri, Sejarah
Peradaban Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2008.
[1] Samsul munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,Cet. 2(Jakarta:Amzah,2010), h. 301
[2] Rizem Aizid, Sejarah
Peradaban Islam Terlengkap Priode Klasik,Pertengahan, dan Moderen, Cet. I
(Jakarta: DIVA Press, 2015) h .472
[3] Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari
Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia, Cet. I (Yogyakarta: Cakrawala
Publishing, 2011), h. 130.
[4] Sulasman, Sejarah Islam di
Asa & Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 300
[5] De Graaf H.J dan
Th.Pigeaud , Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, Cet I, (Jakarta :
grafity Pers Dan Kitlv, 2003) h. 58
[6] Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari
Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia, Cet. I (Yogyakarta: Cakrawala
Publishing), h. 132.
[7] Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari
Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia, Cet. I (Yogyakarta: Cakrawala
Publishing), h. 129..
[8] Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam.
(Jakarta: Rajawali Pers, 2008) h.
201-204.
[9] Jean Gelman Taylor, Indonesia: Peoples and Histories (New Haven:
Yale University Press, 2003) h.66.
[10] R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 (Yogyakarta:
Kanisius, Cet.19, 2008) h.75-109.
[11] Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari
Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia, Cet. I (Yogyakarta: Cakrawala
Publishing, 2011), h. 132-133.
No comments:
Post a Comment