Sunday, November 26, 2017

Prinsip-Prinsip Perkembangan dan Tahapan-Tahapan Perkembangan



Nama                         : Nur Rahmat Arif
NIM                           : 80200216075
Kelempok                  : PAI 1 S2 UIN Alaudidin
Semester                    : 2
Mata Kuliah              : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampuh :
1.      Prof. Dr. H. Mappanganro, MA.
2.      Ulfiani Rahman, M.Psi., Ph.D.
 

Prinsip-Prinsip Perkembangan dan Tahapan-Tahapan Perkembangan

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa manusia, dengan demikian kondisi jiwa manusia serta perilaku manusia dapat diketahui melalui ilmu Psikologi. Oleh karena itu psikologi sangat penting baik dalam lingkungan pendidikan maupun dalam lingkungan sosial, perkembangan merupakan cabang ilmu Psikologi yang mempelajari perubahan-perubahan atau perkembangan baik fisik maupun segala hal yang berkaita dengan prilaku manusia. Karena setiap mahluk hidup akan mengalami perkembangan, baik cepat ataupun lambat. Oleh karena itu, perlu adanya aspekaspek pendukung atau hal-hal yang mempengaruhi perkembangan mahluk hidup. Makalah ini membahas mengenai prinsip-prinsip perkembangan psikologi pada anak. Dengan mempelajari prinsip-prinsip perkembangan, diharapkan manusia mampu melakukan perubahan atau perkembangan secara dinamis, baik fisik ataupun perilaku secara baik. Sehingga kehidupan manusia akan terarah dan berkembang secara progresif dan dinamis.
A.     Definisi Perkembangan
Dalam realitas kehidupan kita senantiasa melihat sesuatu yang ada disekitar kita berubah, baik itu yang berubah secara kualitas maupun perubahan yang terjadi secara kuantitas, semua berubah, tidak ada satupun yang abadi kecuali perubahan itu sendiri yang abadi, hal ini juga berlaku bagi kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu (organisme) menuju tahap (arah) kedewasaan atau ke arah kematangan (maturation), yang berlangsung secara sistematis, progressif dan kontiniu baik yang berupa perkembangan fisik (biologis) maupun perkembangan psikis (psikologis) atau yang disebut dengan jasmaniah dan rohaniah.[1]
Perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, meskipun keduanya tidak berdiri sendiri, “pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Tidak saja anak menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam otak meningkat”.[2] Akibat adanya pertumbuhan otak anak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat, dan berpikir.
Berikut ini beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian perkembangan:
1.      Menurut Lois Hoffan cs mengungkapkan bahwa perkembangan adalah proses yag terjadi dalam diri individu sepanjang rentang ke hidupan.
2.      Menurut Lerner berpendapat bahwa perkembangan menunjukkan perubahan yang sistematik atau teroganisir dalam diri individu.
3.      Menurut Mussen cs mengungkapkan bahwa perkembangan adalah perunbahan yang terjadi pada fisik, struktur neurologis, perilaku, traits (ciri sifat), yang terjadi secara teratur dan masuk akal, dan menghasilkan yang baru, yang lebih baik, lebih sehat, lebih teroganisir, lebih stabil, lebih kompleks, lebih kompetens, dan lebih efisien.
4.      Menurut Hurlock menjelaskan perkembangan sebagai seri perubahan yang progresif yang terjadi sebagai hasil dari kematangan dan pengalaman dengan tujuan memampukan individu untuk beradaptasi dengan lingkungan’.[3]
B.     Prinsip-Prinsip Perkembangan Manusia
Prinsip-Prinsip Perkembangan Menurut Para Ahli
1.      Menurut william stern Ia berpendapat bukanlah unsur yang menjadi titik pangkal perkembangan jiwa, melainkan kesatuan kehidupan pribadi yang bekerja sendiri. Lebih jelasnya person/ pribadi seseorang secara utuh itulah yang menentukan jalannya perkembangan dan bukan fungsi jiwa yang terpisahpisah. Atas pandangan inilah, W. Stern akhirnya memunculkan teori konvergensi.
2.      Menurut J. L. Moreno Moreno memiliki kedudukan yang khas dalam sejarah psikologi perkembangan. Dia menolak adanya pandangan bahwa pandangan anak-anak itu semata-mata tergantung pada kenyataan pada diri mereka yang masih lemah dan pengaruh lingkungan. Sebaliknya menurut Moreno, bahwa ada kesempatan bagi setiap anak untuk memilih sendiri jalan perkembangannya. Dengan demikian, dasar perkembangan manusia itu berada pada diri masingmasing ketika dalam usia anak anak. Atas dasar pandangan ini, kata Moreno, maka pendidikan punya kemungkinan untuk dilaksanakan.
3.      Menurut Jean Piaget Piaget adalah orang yang paling banyak memperhatikan perkembangan anak-anak hingga usia 7 tahun. Ia memandang bahwa pada setiap anak terdapat dua faktor, yaitu pengenalan dan perasaan. Keduanya berguna untuk penyesuaian ruhani terhadap lingkungan. Katanya pula bahwa dalam ruhani anak terdapat fungsi pikiran. Akan tetapi, kecakapan berpikir secara logis tidak dibawa anak secara lahir. Kecakapn berpikir baru timbul setelah ia mencapai taraf perkembangan tertentu.
4.      Menurut Montessori  tiap fase perkembangan itu mempunyai arti bilogis. Kodrat alam mempunyai rencana tertentu berdasarkan dua asas pokok yaitu:
a.       Asas kebutuhan vitas, terkenal dengan masa peka;
b.      Asas kesibukan. Perkembangan jiwa tidak harus dipahami sebagai perkembangan fungsifungsi yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain, tetapi harus dimengerti sebagai perwujudan dari suatu rencana tempat kekuatan jasmani ruhani dalam struktur yang berurutan memperoleh pelajaran (latihan) yang penting untuk pembentukan yang tetap.
5.      Menurut J. B. Watson dan Pavlov Keduanya menyatakan bahwa perkembangan itu pada hakikatnya merupakan kumpulan dari sejumlah refleks yang karena sudah terlatih sedemikian rupa hingga akhirnya membentuk tingkah laku seseorang yang bersifat konstan, atau bisa diartikan sebagai gerak spontan yang bersifat otomatis. Inilah yang menurutnya disebut dengan refleks wajar tang masih murni, yang asli dibawa sejak lahir. Setelah mendapat latihan dan pembiasaan, lalu disebut dengan refleks bersyarat. Jadi, menurutnya, perkembangan merupakan proses terbentuknya refleks wajar menjadi reflex bersyarat.[4]
Dari beberapa pendapat para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip perkembangan manusia, yaitu timbul dari kepribadian seseorang yang bisa memilah-milah, perkembangan tersebut tidak bisa di pandang satu sisi melainkan dua sisi yaitu jasmani dan rohani yang mana perkembangan itu merupakan kumpulan reflek yang perlu di bimbing sehingga akhirnya membentuk manusia yang mempunyai tingkah laku yang baik.
Prinsip-Prinsip Perkembangan Psikologi Anak Perkembangan individu berlangsung sepanjang hayat, ‘dimulai sejak masa pertemuan sel ayah dengan ibu (masa konsepsi) dan berakhir pada saat kematiannya. Perkembangan individu ini bersifat dinamis, perubahannya kadang-kadang lambat, tetapi bisa juga cepat, hanya berkenaan dengan salah satu aspek ataupun beberapa aspek perkembangan, perkembangan tiap individu juga tidak selalu seragam, seorang berbeda dengan yang lainnya baik dalam temponya, iramanya maupun kualitasnya’[5], dalam perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut:
Syamsu Yusuf  dalam bukunya Psikilogi Perkembangan Anak Dan Remaja mengemukakan bahwa prinsip-prinsip perkembangan yang terjadi pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.      Perkembangan Merupakan Proses yang Tidak Pernah Berhenti (never ending proces) Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang di pengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung terus menerus sjak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
2.      Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi Setiap aspek perkembangan individi, baik fisik, emosi, intelgensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif di antara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
3.      Perkembangan itu Mengikuti Pola Arah Tertentu Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahapan perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya,yaitu berlari atau meloncat.
4.      Perkembangan Terjadi Pada Tempo yang Berlainan Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya yang terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat ada yang lambat). umpamanya [a] otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada umur 6-8 tahun; [b] tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangan yang maksimum pada masa remaja; dan [c] imajinasi kreatif berkembang dangan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya masa remaja.
5.      Setiap Fase Perkembangan Mempunyai Ciri Khas Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: (a) sampai usia dua tahun anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara, (b) pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).
6.      Setiap Individu yang Normal Akan Mengalami Tahapan/Fase Perkembangan Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan masa tua.[6]
Selanjutnya, Alex Sobur mengemukakan bahwa, secara garis besar, peristiwa perkembangan mempunyai atau mengikuti prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut:
1.      Perkembangan tidak terbatas dalam arti timbul menjadi besar, namun mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progesif, teratur, koheren dan kesinambungan. Jadi, antara satu tahap perkembangan dengan tahap perkembangan berikutnya tidak terlepas, berdiri sendiri –sendiri.
2.      Perkembangan selalu menuju proses diferensiasi dan integrasi. Proses diferensasi artinya ada prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu, lambat laun bagian bagiannya bertumbuh menjadi sangat nyata dan bertambah jelas dalam rangka keseluruhan.
3.      Perkembangan dimulai dari respon-respon yang sifatnya umum mejadi khusus. Contoh, seorang bayi mula-mula akan beraksi tersenyun bila melihat setiap wajah manusia. Dengan bertambahnya usia bayi, ia mulai bisa membedakan wajah-wajah tertentu.
4.      Setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara berantai. Walaupun tidak ada garis pemisah yang jelas antara satu fase dan fase yang lain, tahapan perkembangan ini sifatnya universal. Sebagai contoh, perkembangan anak yang normal akan tampak berturur- turut: memiringkan badan, telungkup, mengangkat kepala, duduk, merangkak, berjalan dengan bantuan, akhirnya berjalan.
5.      Setiap anak mempunyai tempo kecekapan perkembangan sendiri-sendiri. Dengan kata lain, ada anak yang perkebangannya cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Jadi perkebangan anak yang satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkambangan organ atau aspek kejiwaannya maupun cepat atau lambatnya perkembanga tersebut. Perkembangan, baik fungsi jasmani maupun fumgsi rohani, tidaklah dapat disamakan waktunya. Misalnya lama perkembangan anak untuk fungsi merangkak, dan lain-lain demikian pula untuk perkembangan suatu fungsi rohani, seperti lamanya kecepatan waktu untuk mengartikan suatu kalimat bahasa akan berbeda dengan kcepatan lamanya untuk fungsi berfikir. Tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi dalam katogori: cepat, sedang dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, biasanya menunjukkan kelainan yang relatif sangat jarang terjadi.
6.      Di dalam perkembangan, dikenal adanya irama atau naik turunnya proses perkembangan. Artinya proses perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang naik, terkadang turun pada suatu saat anak mengalmi perkembangan yang tenang dan pada saat lain, ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan. Jadi, irama perkembangan itu tidak menetap. Adakalanya tenang, adakalanya goncang.
7.      Setiap anak, seperti juga organisme lainnya, memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dri beberapa hal-hal yang negatif, seperti rasa sakit, rasa tidak aman, kematian dan sterusnya. Mereka memerlukan sandang, pangan, papan, dan penddidikan.
8.      Dalam perkembangan terdapat peka. Masa peka ialah suatu masa dalam perkebangan anak, saat suatu fungsi jasmani ataupu rohani, dapat berkembang dengan cepat jika medapat latihan yang baik dan kontinyu. Masa peka diantara anak yang satu dengan anak yang lainnya tidah mudah untuk di ketahui, karena hal ini mmerlukan penelitihan yang seksama melalui berbagai percobaan. Misalnya, untuk menentukan apakah seorang anak sudah mengalami masa peka bagi pembuatan kerajinan tangan tertentu dan lainlain. Suatu gejala kepekaan seyogjanya diselidiki dengan percobaan, yaitu apakah anak tersebut sudah tampak terarah minatnya pada suatu fungsi tersebut apa belum.
9.      Perkembangan tiap-tiap anak pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan. Anak manusia dengan bakat pembawaanya itu, hanyalah merupakan bakat-bakat yang tersedia untuk memberikan kemungkinan-kemungkinan berkembang saja. Agar bakat yang tersedia itu dapat berkembang dengan sebaik-baiknya, diperlukan adanya suatu proses menjadi matang, pemberian kesempatan kemungkinan berkembang dari alam sekitarnya, serta memeliharaan yang kontinyu dari manusia-manusia dewasa, baik secara langsung maupun tidak langsung.[7]
C.    Tahapan-tahapan perkembangan
Perkembangan adalah suatu perkembangan yang berkesinambungan, dan progresif dalam organism dari lahir sampai mati.[8] Fase perkembangan atau periodisasi perkembangan yaitu masa-masa perkembangan dengan ciri pertumbuhan dan perkembangan yang terdapat pada masing-masing fase. Perkembangan dimulai sejak masa konsepsi dan berakhir menjelang kematiannya. Penentuan fase atau tahapan perkembangan didasarkan pada periode waktu tertentu. Para ahli mengemukakan pembagian fase tahapan perkembangan yang tidak selalu sama. Tapi meskipun demikian mereka sependapat bahwa periodisasi ini bersifat teknis daripada konsepsional.[9]
Pendapat para ahli mengenai periodisasi yang bermacam-macam dapat digolongkan dalam tiga bagian, yaitu:
1.      Periodisasi berdasarkan biologis  
a.       Menurut Kretscmer[10]
Perkembangan individu dari lahir sampai dewasa melewati empat tahap, yaitu:
1)      Tahap I: ± 0-3 tahun, Fullungs (pengisian) periode 1, pada fase ini anak kelihatan pendek gemuk.
2)      Tahap II: ± 3-7 tahun, Streckungs (rentangan) periode I, pada periode ini anak kelihatan langsing.
3)      Tahap III: ± 7-13 tahun, Fullungs periode II, pada masa ini anak kelihatan pendek gemuk kembali.
4)      Tahap IV: ± 13-20 tahun, Streckungs periode II, pada periode ini anak kembali kelihatan langsing.
b.      Menurut Elizabeth Hurlock[11]
Perkembangan individu memiliki lima tahap, yakni:
1)      Tahap I: Fase prenatal (sebelum lahir), mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran sekitar 9 bulan atau 280 hari.
2)      Tahap II: Infancy (orok), mulai lahir sampai usia 10 atau 14 hari
3)      Tahap III: Babyhood (bayi), mulai dari 2 minggu sampai usia 2 tahun
4)      Tahap IV: Childhood (kanak-kanak), mulai 2 tahun sampai masa remaja.
5)      Tahap V: Adolesence/ puberty, mulai usia 11 atau 13 tahun sampai usia 21; Pre Adolesence, wanita usia 11-13 tahun sedang pria lebih lambat dari itu; Early Adolesence, pada usia 16-17 tahun; Late Adolesence, masa perkembangan terakhir sampai masa usia kuliah di perguruan tinggi.
2.      Periodisasi berdasarkan Psikologi
Ada beberapa pendapat mengenai periodisasi atau tahap-tahap perkembangan berdasarkan psikilogi, yaitu:
a.       Menurut pendapat Oswald Kroch[12]
Beliau menjadikan masa-masa kegoncangan sebagai dasar pembagian masa-masa perkembangan, karena beliau yakin bahwa masa kegoncangan inilah merupakan keadaan psikologos yang khas dan dialami oleh setiap anak dalam masa perkembangannya. Masa kegoncangan ini disebut “Trotz periode”. Selama perkemba Trotz periode. Kedua trotz periode inilah yang membatasi antara Kroch membagi masa perkembangan anak menjadi 3 fase:
1)      Fase Trotz I, usia 0-3 tahun (masa anak-anak awal)
2)      Fase Trotz II, usia 3-13 tahun (masa keserasian sekolah)
3)      Fase Trotz III, usia 13-akhir remaja biasa (masa kematangan)
b.      Menurut pendapat Robert J Havighurst[13]
Menyebutkan fase-fase perkembangan dari anak sampai tua sebagai berikut:
1)      Infancy dan early childhood (masa sekolah), yaitu usia 0-6 tahun
2)      Middle childhood (masa sekolah), yaitu usia 6-12 tahun
3)      Adolescence (masa remaja), yaitu usia 12-18 tahun
4)      Early adulthood(masa awal dewasa), yaitu usia 18-30 tahun
5)      Middle age (masa dewasa lanjut), yaitu usia 30-50 tahun
6)      Old age (masa tua sampai meninggal dunia), yaitu usia 50 tahun ke atas.
c.       Menurut Prof. Kohnstamm[14]
Membagi periode perkembangan anak menjadi beberapa fase:
1)      Periode vital, yaitu usia 0-1 tahun, disebut masa menyusu
2)      Periode estetis, yaitu usia1-6 tahun, disebut masa bermain
3)      Periode inteletuil, yaitu usia 6-12 tahun, disebut masa sekolah
4)      Periode social, yaitu usia 12-21 tahun, disebut masa pemuda dan masa adolescence
5)      Periode manusia matang, usia 21 tahun ke atas, disebut juga masa dewasa











[1]Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 15.
[2]Yusuf, Syamsul, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hal.10
[3]Hadis, F.A, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru Ditjen Dikti Depdikbud, 1996), hal. 145.
[4]Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I, Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2010), hal. 74-76.
[5]Zulkifli. L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987), hal. 34.
[6]Dr. H. Syamsu Yusuf, LN., M. Pd.I, Psikilogi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung, PT. Remaja Rusda Karya, 2009), hal. 17-20.
[7]Drs. Alex Sobur, M.Si., Psikologi Umum, (Bandung, Pustaka Setia, 2009), hal. 141-145.
[8]Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 4.
[9]Drs. M. Alisuf Sabri. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal. 146.
[10]Dr. H. Syamsu Yusuf LN. M. Pd. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hal. 21.
[11]Dr. H. Syamsu Yusuf LN. M. Pd. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hal. 21.
[12]Drs. M. Alisuf Sabri. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, hal. 147.
[13]Elfi Yuliani Rohmah, M. Pd. I, Psikologi Perkembangan (Ponorogo: STAIN PO. PRESS, 2005), hal. 58.
[14]Elfi Yuliani Rohmah, M. Pd. I, Psikologi Perkembangan, hal. 59.

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...