BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemikiran Karl Marx merupakan adopsi antara filsafat Hegel,
Feuerbach, dan tentunya pemikiran dari David Ricardo. Pandangan Karl Marx
secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut. Manusia menurut Karl Marx
adalah manusia kongkrit. Dalam Materialisme Historis diungkapkan bahwa manusia
hanya dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Pada
hakikatnya, manusia adalah insan bersejarah.
Marx hidup setelah dua revolusi besar pecah di daratan
Eropa, yaitu Revolusi Politik Kaum Borjuis di Perancis dan Revolusi Industri di
Inggris. Revolusi politik di Perancis mengantarkan kaum borjuis berkuasa dalam
bidang politik dan ekonomi. Perkembangan ekonomi kapitalis sangat cepat sekali
dan industri juga berkembang cepat. Namun akibatnya ialah jurang makin lebar
antara kaum kapitalis yang kaya raya dengan rakyata jelata yang miskin. Di
Inggris pun demikian juga. Setelah mesin-mesin modern ditemukan, kegiatan
industri berubah total. Tenaga kerja manusia digeser oleh hadirnya mesin-mesin
modern tersebut. Akibatnya, pengangguran merajalela, kemiskinan, kesengsaraan,
dan penderitaan menimpa kaum buruh.
Dalam keadaan sosial yang demikian itu, Marx bangkit dengan
pikiran-pikiran yang penuh kritik terhadap keadaan sosial yang semakin rumit. Rakyat jelata dihisap dan
ditindas oleh dua pihak, yaitu di kota mereka dihisap dan ditindas oleh kaum
kapitalis, sedang di desa mereka dihisap dan ditindas oleh kaum tuan tanah.
Marx mendapat pengaruh dari pemikir-pemikir sebelumnya, yaitu dari kaum
Sosialis Utopia, Hegel, dan Feuerbach. Marx menampilkan dua senjata untuk
mengatasi keadaan sosial yaitu dengan kritik sosial melalui pemikiran
filosofisnya dan dengan tindakan, yaitu melalui perjuangan kaum miskin. Hal ini
tercermin dalam Theses on Feuerbach yang ke XI : “Kaum
filsuf hingga saat ini hanyalah menafsirkan dunia ini dengan berbagai cara;
yang penting ialah mengubah dunia”. Dengan demikian, Marx mengutamakan
perubahan keadaan sosial melalui perjuangan atau revolusi untuk menyelamatkan
rakyat jelata dari kemiskinan, kesengsaraan dan penderitaan, sehingga dapat
dibangun suatu kerajaan dunia yang bebas dari penderitaan (Darsono, 2007:14-15).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut
a.
Bagaimana
profil kehidupan Karl Marx sebagai seorang filsuf?
b.
Bagaimana
pandangan Karl Marx mengenai materialisme?
c.
Bagaimana
dampak dari ajaran-ajaran Karl Marx?
Tujuan
a.
Mengetahui
profil kehidupan Karl Marx sebagai seorang filsuf.
b.
Mengetahui
pandangan Karl Marx mengenai materialisme.
c.
Memahami dampak
dari ajaran-ajaran Karl Marx.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Kehidupan Karl Marx sebagai Filsuf
Karl Heinrich Marx lahir pada 5 Mei di Kota Trier (Traves)
kawasan Rheiland Jerman. Ayah dan ibunya berbangsa Yahudi. Pada tahun
1824 ketika Marx berusia 6 tahun seluruh keluarganya mengalami converse
(perpindahan) agama dari agama Yahudi ke agama Kristen Protestan. Bagaimanapun
dengan perpindahan agama ini maka turut berubah pula keyakinan keluarga Marx
dari bertuhan Yahova yang Esa kepada keyakinan Trinitas. Dia menikah dengan
anak tetangganya yang bernama Jenny, putri Baron von Westphalen seorang
bangsawan Prusia sekaligus adik dari Ferdinand von Westphalen yang pada waktu
itu menjabat sebagai menteri dalam negeri Jerman.
Pada usia 17 tahun Marx menamatkan sekolah menengah di
Treves pada 1835. Kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi di Fakultas Hukum Universitas
Bonn selama 1 tahun kemudian pindah ke Universitas Berlin untuk mempelajari
filsafat dan sejarah. Di sinilah kelihatan bakatnya yang luar biasa dalam
filsafat. Pada usia 23 tahun Karl Marx memperoleh gelar Doktor dalam ilmu
filsafat dengan judul disertasi The Difference Between the Natural
Philosophy of Democritos and Natural Philosophy of Epicurus (Ramly,
2004:34-37).
Maka dari sinilah karir Marx dimulai. Pemikiran Karl Marx
merupakan adopsi antara filsafat Hegel, Feuerbach, dan tentunya pemikiran dari
David Ricardo (pemikir teori ekonom klasik). Analisa Karl Marx tentang
kapitalisme merupakan aplikasi dari teori yang dikembangkan oleh G.W.F Hegel
dimana teorinya berpendapat juga sejarah berproses melalui serangkaian situasi
dimana sebuah ide yang diterima akan eksis. Namun segera akan berkontradiksi
dengan oposisinya. Yang kemudian melahirkanlah antithesis. Kejadian ini akan
terus berulang sehingga konflik-konflik tersebut akan meniadakan segala hal
yang berproses menjadi lebih baik.
Karl
Marx beserta teman dekatnya yakni Friedrich Engels (1820-1895) menuliskan
sebuah buku Das Capital yang isinya kurang lebih tentang bagaimana
ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan. Yang kemudian disusul buku The
Communist Manifesto (1848) yang berisikan daftar singkat karakter alamiah
komunis. Dimana suprastruktur yang berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang
dipengaruhi oleh historis (seni, literatur, musik, filsafat, hukum, agama, dan
bentuk budaya lain yang diterima oleh masyarakat). Prinsip-prinsip komunis
modern dalam bukunya tersebut antara lain:
· Pengahapusan kekayaan tanah dan
menerapkan sewa tanah bagi tujuan-tujuan publik.
· Pengenaan pajak pendapat (tax
income) yang bertingkat.
· Pengapusan seluruh hak-hak warisan.
· Penarikan kekayaan seluruh emigran
dan para penjahat atau pemberontak.
· Sentralisasi kredit pada negara
melalui bank nasional dengan modal negara dan monopoli yang bersifat eksklusif.
·
Sentralisasi
alat-alat komunikasi dan transportasi di tangan negara.
Manusia menurut Karl Marx adalah manusia kongkrit, yaitu
orang-orang yang hidup pada jaman tertentu dan sebagai anggota masyarakat
tertentu. Manusia ditentukan oleh keadaan masyarakat dimana mereka hidup. Maka
manusia disebut makhluk sosial, karena ia hanya bisa hidup dan dapat bekerja
dalam suatu tata masyarakat yang ia jumpai waktu ia lahir dan dibesarkan.
2.2 Pandangan Karl Marx
Pandangan Karl Marx secara garis besar dapat diuraikan
sebagai berikut. Manusia menurut Karl Marx adalah manusia kongkrit, yaitu
orang-orang yang hidup pada jaman tertentu dan sebagai anggota masyarakat
tertentu. Manusia ditentukan oleh keadaan masyarakat di mana mereka hidup. Maka manusia
disebut makhluk sosial, karena ia hanya bisa hidup dan dapat bekerja dalam
suatu tata masyarakat yang ia jumpai waktu ia lahir dan dibesarkan.
Karya-karya Marx telah menjadi acuan para cendekiawan untuk
melihat pemikirannya dari berbagai perspektif. Munculnya madzab-madzab pasca
Marx juga menandai bahwa pemikiran Marx tetap menarik dikaji sebagai ilmu pengetahuan dan juga sebagai
ideolog yang banyak melakukan perubahan di berbagai bidang. Marx sejak pertama
muncul dengan pemikiran Materialisme Historis dan Materialisme Dialektis selalu
aktual di dataran pemikiran sejumlah besar manusia. Baik di dalam alam
pemikiran filsafat maupun di dalam berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi,
politik, agama, dan kebudayaan.
Karl Marx tampil dengan penunjukan diri menentang bahkan
menolak sejumlah pemikiran filsafat yang sezaman dengannya. Gagasan Marx dapat
dikaitkan dengan teori yang dilontarkan Darwin, Spencer, Hegel, Feuerbach, dan
David Ricardo. Dari Hegel inilah Karl Marx banyak mengambil bahan untuk
membangun teori filsafat yang dirumuskannya. Dari Jerman ia memperoleh tradisi
pemikiran kefilsafatan dan terlihat saat ia tinggal di Inggris dengan semangat
kemanusiaan (humanisme). Sebenarnya humanisme sudah tertanam dalam diri Karl
Marx saat usia 20th, saat Marx di Universitas Berlin. Masa ini dalam sejarah
kefilsafatan lazim dikenal periode Marx Muda.
Ada beberapa alasan pentingnya pemikiran Karl Marx perlu
untuk dibahas lebih lanjut. Pertama, Karl Marx tampil sebagai filosof
dalam dunia pemikiran dengan sejumlah gagasan-gagasan. Ajaran Karl Marx
menawarkan janji penyelamatan sosial, dimana para penganutnya diberi nafas optimis untuk mencapai kedamaian
dan keamanan serta pemecahan aneka macam masalah. Kedua, ajaran Marx
dengan ironis lazim disebut sebagai Marxisme. Ketiga,
ajaran Karl Marx tidak pernah usang untuk dibicarakan, karena baik sistem
filsafat maupun perangkat ideologi senantiasa dapat disesuaikan dengan keadaan
zaman (Ramly, 2004:2-8).
Marx melihat bahwa kehancuran sosial yang ditimbulkan oleh
keadaan perekonomian yang kacau dengan mekanisme sistem pemerintahan yang ada.
Salah satu kaitan yang erat di dalamnya adalah keikutsertaan lembaga gereja.
Gereja telah dipakai penguasa sebagai usaha untuk memeras dan memperbudak kaum
buruh yang miskin. Marx sampai mengutuk agama sebagai candu yang meninabobokan
masyarakat.Manusia
sebagai individu yang lepas dari ikatan masyarakat haruslah dianggap sebagai
pandangan yang menyalahi hakikat sejarah, manusia hanya dapat dipahami sejauh
diletakkan dalam kaitannya dengan masyarakat sebab manusia tidak lain hanyalah
keseluruhan relasi-relasi masyarakat, ringkasnya manusia mendapatkan posisinya
dalam kolektivitas sosial.
Sesuai dengan kondisi masyarakat Eropa saat itu, revolusi
yang dimaksud adalah perubahan sistem kemasyarakatan secara struktural. Dalam
bidang politik terumuskan dalam perjuangan kaum proletar untuk merampas harta
kaum borjuis lewat perjuangan kelas. Aktivitas revolusioner dibagi bertingkat
sesuai dengan fase sejarah yang sedang dilalui dan berakhir dengan terwujudnya
masyarakat yang tidak berkelas yaitu masyarakat komunis. Watak revolusioner
Marx muncul dalam bentuk sosialisme ilmiah. Sosialisme yang akan menggantikan
kapitalisme adalah hasil perkembangan masyarakat dalam sejarah dengan mengacu
pada pengaruh dialektis. Susunan baru masyarakat tidak dibuat melainkan
dilahirkan.
Menurut Marx, determinisme adalah setiap bentuk sosial terdiri dari
tingkatan-tingkatan (struktur) objektif dan pada akhirnya hanya tinggal satu
tingkat yang mempengaruhi dan mendominasi tingkat lain yang disebut dengan
faktor ekonomi. Masyarakat berstruktur artinya masyarakat yang terdiri dari
suprastruktur (lapisan atas) dan infrastruktur (lapisan bawah). Pada bagian ini
relevan dengan menyebut determinasi sebagai salah satu watak filsafat Karl
Marx. Menurut Marx pertentangan antara dua unsur dalam bidang ekonomi, kekuatan
produksi dan hubungan produksi melahirkan perubahan mendasar dalam kehidupan
masyarakat, yakni revolusi sosial. Materialisme historis dapat ditarik suatu
corak watak determinisme filsafat Marx, yaitu ekonomi sebagai salah satu unsur
terpenting dari hidup manusia (Ramly, 2004:46-84).
2.2.1 Kritik Agama Karl Marx
Karl Marx terkenal karena ucapannya
bahwa “agama adalah candu rakyat”. Kalimat ini sering diartikan seakan-akan
Marx menuduh agama, menyesatkan dan menipu rakyat. Dan memang dari retorika
Marxis kemudian ucapan Marx itu sering dipakai dalam arti tuduhan bahwa agama
dengan menjanjikan kebahagiaan di alam sesudah kehidupan membuat orang miskin
dan tertindas menerima saja nasib daripada memberontak terhadapnya. Hal
itu lebih lagi berlaku bagi Lenin yang menulis bahwa “agama adalah
candu bagi rakyat”. Jadi agama dengan licik diciptakan kelas-kelas atas untuk
menenangkan rakyat tertindas.
Akan tetapi bukan itulah yang dimaksud
Marx. Ia tidak membicarakan apakah fungsi agama dalam masyarakat adalah positif
atau negatif. Melainkan ucapannya itu menanggapi kritik agama Feuerbach. Marx
setuju dengan kritik itu. Tetapi menurut Marx, Feuerbach berhenti di tengah
jalan. Betul agama adalah dunia khayalan di mana manusia mencari dirinya
sendiri. Tetapi Feuerbach tidak bertanya mengapa manusia melarikan diri ke
khayalan daripada mewujudkan diri dalam kehidupan nyata. Jawaban yang diberikan Marx adalah karena kehidupan nyata dan
itu berarti struktur kekuasaan dalam tidak mengizinkan manusia untuk mewujudkan
kekayaan hakekatnya. Manusia melarikan diri ke dunia khayalan karena dunia
nyata menindasnya.
Jadi agama sebenarnya merupakan protes
manusia terhadap keadaan yang terhina dan tertindas. Agama adalah realisasi
hakekat manusia dalam angan-angan karena hakekat manusia tidak mempunyai
realitas yang sebenarnya.
Penderitaan religius adalah ekspresi penderitaan nyata dan
sekaligus protes terhadap penderitaan nyata. Agama adalah keluhan
makhluk terdesak hati dunia tanpa hati sebagaimana dia adalah roh keadaan yang
tanpa roh. Tuntutan kritik agama untuk melepaskan ilusi tentang keadaannya
adalah tuntutan untuk melepaskan keadaan yang membutuhkan ilusi. Maka
kritik tidak boleh berhenti pada agama melainkan harus diarahkan pada keadaan
sosial-politik yang mendorong manusia ke dalam agama.
Perjuangan melawan agama secara tidak
langsung adalah perjuangan melawan dunia yang bau harumnya adalah agama. Marx
menarik kesimpulan kritik surga berubah menjadi kritik dunia, kritik agama
menjadi kritik hukum, kritik teologi menjadi kritik politik. Yang diperlukan
bukan kritik agama melainkan revolusi. Agama menurut Marx akan menghilang dengan sendirinya
apabila manusia dapat membangun dunia yang memungkinkan manusia untuk
mengembangkan hakekatnya secara nyata dan positif (Franz Magnis Suseno, 2006:72-73).
2.2.2 Pengertian dan Perkembangan Materialisme
Karl Marx mengartikan Dialektika Materialisme sebagai
keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus-menerus tanpa ada yang
mengantarai. Dari proses itu kemudian timbul kesadaran melalui proses
pertentangan. Dua gagasan pokok yang diambil oleh Karl Marx dari Hegel, yiatu
terjadinya pertentangan antara segi-segi yang berlawanan dan gagasan bahwa
sesuatu berkembang terus. Menurut Marx segala sesuatu yang bersifat rohani
merupakan buah hasil dari materi dan tidak sebaliknya.
Marx melihat manusia dan alam dari sudut pandang
materialisme dialektis, bahwa seluruh kenyataan berkembang secara kualitatif
dalam loncatan yang menuju pada perpektif realitas baru. Perkembangan bahasa
dengan diiringi pikiran yang meningkat mengandaikan perlunya disiplin dan
pembagian kerja, dan dari pembagian kerja inilah kemudian tingkat perkembangan
sosial secara dialektis menuju kepada masyarakat yang bahagia.
Materialisme dialektis memberi arti penting bagi kemajuan
materialisme lama. Terlebih setelah Marx menyebut materialismenya
berdasarkan ilmu pengetahuan.
Namun dari segi lain, materialisme
dialektis menunjukkan kenyataan yang berat sebelah, yaitu penekanan terhadap kehidupan yang semata-mata materi. Karl Marx memahami manusia
sebagai makhluk alamiah dan menolak setiap konsep tentang manusia sebagai
makhluk tak alamiah yang adikodrati. Sebagai makhluk alamiah manusia adalah
bagian dari alam (Baskara, 2003:24).
Materialisme pada dasarnya merupakan bentuk yang paling
radikal dari paham naturalisme. Menurut William R.Dennes, seorang penganut
naturalisme modern berpendirian bahwa apa yang dinamakan kenyataan pasti
bersifat kealaman, maka kategori pokok untuk memberikan keterangan mengenai
kenyataan adalah kejadian. Menurut Harold H. Titus, dkk (1984:39), istilah
meterialisme dapat diberi definisi dengan beberapa cara. Pertama, materialisme
adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi sendiri dan yang bergerak
merupakan unsur-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal serta kesadaran
termasuk di dalamnya segala proses psikikal merupakan model materi tersebut dan
dapat disederhanakan menjadi unsur-unsur fisik. Kedua, bahwa doktrin alam
semesta dapat ditafsirkan seluruhnya dengan sains fisik (Listyono Santoso,
2007:38-39).
Sebagaimana diketahui, Hegel dan kaum idealisme lainnya,
mengkonstatir suatu pemahaman bahwa alam merupakan hasil roh (absolut),
sehingga dialektika yang muncul adalah dialektika ide. Artinya dialektika hanya
terjadi dan dapat diterapkan dalam dunia abstrak, yaitu ide atau pikiran
manusia. Prinsip dialektika Hegel dan kaum idealis ini ditolak oleh Marx. Bagi
Marx segala sesuatu yang bersifat rohani merupakan hasil materi. Karena itulah
filsafat Karl Marx disebut dengan “materialisme dialektik” (K. Bertens,
1981:80).
Secara implisit, sesungguhnya paradigma dialektis yang
dikembangkan Marx tentang keabsahan pengetahuan dan cara memperolehnya jauh
berbeda dengan para filosof pendahulunya yang beraliran materialisme (Ramly, 2000:19). Bagi Marx, hanya
bendalah satu-satunya kenyataan yang dapat diamati, tetapi tidak sekadar
diamati saja, melainkan kenyataan itu merupakan suatu aktivitas kesadaran
manusia dan sekaligus perbuatan manusia. Menurut Katsoff (1992:221), Marx berusaha untuk memberikan suatu
pemahaman bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan manusia terhadap
dunia nyata atau kenyataan obyektif, karena kebenaran pengetahuan hanya ada
pada dunia nyata, bukan dalam dunia ide (pikiran) manusia.
Cara produksi kehidupan material mengindikasikan proses
kehidupan sosial, politik, dan spiritual pada umumnya. Bukan kesadaran manusia
yang menentukan keadaan mereka, tetapi sebaliknya keadaan sosial merekalah yang
menentukan kesadaran mereka. Marx membagi lingkup kehidupan manusia dalam dua
bagian besar yaitu “dasar nyata atau basis” dan “bangunan atas”. Dasar atau
basis adalah bidang “produksi kehidupan material”, sedangkan bangunan atas
adalah “proses kehidupan sosial, politik, dan spiritual”. Kehidupan bangunan
atas ditentukan oleh kehidupan dalam basis.
Basis ditentukan oleh dua faktor: tenaga produktif dan
hubungan produksi. Tenaga produktif adalah kekuatan yang dipakai oleh
masyarakat untuk mengerjakan dan mengubah alam. Hubungan produksi adalah
hubungan kerjasama atau pembagian kerja antara manusia yang terlibat dalam
proses produksi. Bangunan atas terdiri dari dua unsur: tatanan institusional
dan tatanan kesadaran kolektif. Tatanan institusioanal adalah segala macam
lembaga yang mengatur kehidupan bersama masyarakat di luar bidang produksi.
Jadi organisasi sebuah pasar, sistem pendidikan, sistem kesehatan masyarakat,
sistem lalu lintas, dan terutama sistem hukum dan negara. Tatanan kesadaran
kolektif memuat segala sistem kepercayaan, norma dan nilai yang memberikan
kerangka pengertian, makna, dan orientasi spiritual kepada kepada usaha
manusia.
Masalah keterasingan karena individu dalam masyarakat sosialis
sering dikebawahkan “demi kepentingan masyarakat” atau menjadi korban “sejarah” yang dikatakan
“memiliki hukum-hukumnya sendiri” itu. Pandangan semacam ini sering didasarkan
pada pandangan Marx yang seolah-olah mengutamakan hukum-hukum objektif sejarah
dan mengabaikkan individu, “Sejarah tidak membuat apa-apa: sejarah tidak
memiliki kekayaan-kekayaan yang agung; sejarah tidak pernah berperang melawan
apa-apa. Sebaliknya adalah manusia yang nyata dan hidup yang memiliki dan
berperang. ‘Sejarah’ tidak menggunakan manusia sebagai sarana untuk mencapai
tujuan-tujuannya seolah-olah seperti seorang pribadi yang terpisah. Yang benar
ialah bahwa aktivitas menusialah yang mencari tujuan-tujuannya sendiri.” (Wardaya,
2003:44-45).
Perkembangan sejarah bukanlah perkembangan yang semaunya,
melainkan berdasar hukum-hukum perkembangan yang objektif. Pandangan
materialistik ini merupakan “gertakan” bagi pandangan idealistik yang sekarang ini
banyak diserap oleh ilmu kemasyarakatan modern. Pemahaman kebebasan berarti memahami
bagaimana manusia yang secara sosial terkondisikan dan dikebawahkan oleh
proses sejarah yang objektif, mampu bertindak secara bebas dan terencana, serta
menentukan pilihan yang tepat dari berbagai kemungkinan (Wardaya,
2003:48).
Materialisme memiliki pengaruh historis modern terbesar
dalam bentuk materialisme mekanistis yang menyatakan bahwa kenyataan
tersusun atas partikel-partikel fisik yang bergerak sesuai dengan hukum-hukum
mekanis. Marx mengetahui materialis meterialisme Yunani kuno dan materialisme
mekanistis Eropa modern abad XVII dan XVIII, tidak memakai filsafat
materialisme karena mereka memberikan kesadaran dan kegiatan manusia merupakan
hasil pasif dari benda-benda bergerak.
Materialisme historis menjelaskan sejarah dengan memposisikan produksi
material manusia sebagai dasar sejarah dan memandang produksi mental,
intelektualitas seseorang dan kehidupan budaya sebagai efeknya. Marx menyatakan
bahwa “dalam keseluruhan konsepsi sejarah sampai pada basis nyata sejarah
sekarang” produksi material belumlah dipahami (Lavine, 2003:51-52).
Teori perubahan sejarah disusun berdasarkan model yang
diberikan filsafat sejarah Hegel. Sejarah merupakan suatu proses perkembangan tunggal
yang penuh arti; sejarah merupakan sebuah struktur rasional yang terungkap
dalam waktu menurut hukum dialektika. Dialektika materialisme sejarah Marx
adalah perubahan sejarah yang terjadi melalui konflik atau kontradiksi dalam
tiga pondasi masyarakat. Konflik ini muncul di antara kekuatan produksi
yang berkembang secara konstan (kemampuan, teknologi, penemuan) dan dari
hubungan produksi yang ada atau hubungan hak milik.
Dalam Lavine (2003:66-67), teori revolusi “dari
bentuk-bentuk perkembangan kekuatan produksi, hubungan-hubungan ini
berubah menjadi belenggu mereka. Kemudian tibalah periode revolusi sosial”.
Dalam tahapan awal mode produksi, hubungan produksi dan distribusi hak milik
mereka membantu perkembangan kemmapuan-kemampuan produktivitas baru. Tahapan
berikutnya, mode produksi, pertumbuhan kekuatan produksi baru terhalang oleh
konflik akibat hubungan antara produksi yang ada dengan distribusi hak milik
mereka. Kepentingan kelas yang berkuasa mendorong mereka untuk menolak
perubahan dan menjaga distribusi hak milik yang ada sehingga tidak berubah,
karena posisi dominan mereka dalam masyarakat tergantung pada hal tersebut.
Kelas penguasa yang telah lebih dahulu berperan mengembangkan teknologi baru
dan kekuatan produksi kini membelenggu dan merantai mereka agar tidak
berkembang lebih jauh untuk mencegah kelebihan produksi sehingga melindungi
keuntungan dan kepentingan mereka.
2.2.3 Tafsiran Sejarah Karl Marx
Dalam Materialisme Historis diungkapkan bahwa manusia hanya
dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Manusia pada
hakikatnya adalah insan bersejarah. Manusia sebagai pemangku sejarah tidak lain
hanyalah keseluruhan relasi-relasi masyarakat. Penafsiran sejarah sebelum Marx
adalah secara politis, yakni dengan mengatakan bahwa penggerak sejarah adalah
kaisar-kaisar, raja, para ksatria dan serdadu, pembuat undang-undang serta
politisi. Cara penafsiran sejarah sebelum Marx berikutnya adalah dengan
mengedepankan peranan ide-ide dan gagasan sebagai sebab utama timbulnya proses
sejarah. Marx dengan materialisme historisnya bertumpu pada dalil bahwa
produksi dan distribusi barang-barang serta jasa merupakan dasar untuk membantu
manusia mengembangkan eksistensinya. Masyarakat harus selalu dipahami dalam
kerangka struktur, yakni suprastruktur (lapisan atas) dan infrastruktur
(lapisan bawah).
Revolusi yang dilukiskan oleh Karl Marx dapat dijabarkan
dalam dua tahap. Pertama, revolusi yang dipelopori oleh orang borjuis yang
hendak menghancurkan golongan feodal. Kedua, revolusi yang dilakukan oleh kelas
pekerja dalam upaya meruntuhkan kelas borjuis. Dalam pemerintahan proletariat
setelah runtuhnya kaum kapitalis, kelas-kelas dalam masyarakat dengan
sendirinya turut hilang.
2.3 Dampak dan Kritik Ajaran Marx
Dampak dan kritik filsafat Karl Marx dapat diturunkan dari
berbagai segi, hal ini tergantung yang diprioritaskan atas sejumlah fenomena
yang mendukung daya hidup paham ini. Menurut tafsiran resmi, Marxisme meliputi
tiga komponen pokok yaitu filsafat, ekonomi politik dan teori ilmiah,
selanjutnya Hook menyebutkan bahwa hampir semua bentuk dan corak Marxisme tidak
pernah ditolak dan diserang kebenarannya. Namun seperti terlihat bahwa ajaran
Marx atas segala pokok soal yang dinisbahkan kepadanya memiliki vitalitas yang
mengesankan.
2.3.1 Dampak Terhadap Agama
Kecenderungan utama filsafat Marx yang materialistis betapa
pun diklaim sebagai paham yang ilmiah adalah ateistik. Dan Marx sendiri sejak
awal kehadiranya dalam dunia filsafat mengaku sudah menjadi ateis. Dalam
analisisnya tentang masyarakat Eropa, Marx memberi sorotan terhadap agama
sebagai bagian besar dari gejala sosial. Fungsi agama telah berubah citranya
dengan alat “meninabobokan” dengan janji penyelamatan atas kelaparan dan
penderitaan massa. Agama bukannya mendukung perubahan sosial yang akan
membahagiakan lapisan mayoritas, tapi sebaliknya menjadi alat pelegalisasi
kekuasaan pemerintah yang menguntungkan segelintir elit. Menurut Marx, manusia tidaklah diciptakan oleh
Tuhan, tapi manusialah yang menciptakan Tuhan.
2.3.2 Dampak Terhadap Komunisme
Salah satu ramalan Karl Marx tentang masa depan yang
dicita-citakan adalah masyarakat yang akan datang bersifat internasional. Cara
untuk mempertahankan hak adalah masyarakat komunis hendaknya melakukan
revolusi, yaitu revolusi dunia dengan kekerasan. Formulasi teori Marx tentang
perjuangan kelas dan perpektif menuju masyarakat tanpa kelas yaitu cita-cita
yang ingin mengangkat martabat kaum buruh dari eksploitasi kaum borjuis. Kaum
buruh harus terperangkap dalam sistem masyarakat di mana kemerdekaan dan hak
asasi menjadi barang mahal.
2.3.3 Dampak terhadap Filsafat Modern
Kritik yang disampaikan dalam materialisme historis adalah,
terdapatnya ketidaktegasan fundamental dalam teori ini. Dikatakan bahwa cara
produksi ekonomi mengkondisikan kehidupan sosial. Yang pertama merupakan teori
yang membuktikan diri sendiri, sedang yang kedua validitas kebenarannya juga
patut dipertanyakan karena tidak semua persoalan hidup ini tergantung pada
kehidupan ekonomi.
Kritik lebih lanjut adalah tumpulnya daya ramal Marx ikhwal
kehancuran kapitalisme di negara-negara industri. Karl Marx bahkan tidak pernah
membayangkan bahwa konsep diktator proletariat-nya kini menjelma menjadi
diktator partai di negara yang konon didirikan atas inspirasi teoritisnya.
Rusia, seperti juga negara sosialis lainnya dibangun tanpa menggunakan resep Das
Capital dan Manifesto Komunist. Revolusi bulan Oktober 1917 tidak
lebih dari kudeta yang mengatasnamakan gerakan proletar, selanjutnya analisis
tentang munculnya kelas baru yang represif dan totaliter merupakan bukti
konkrit jauhnya teori dan praktik. (Andi Muawiyah Ramly, 2004: 90-175).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Karl Marx merupakan seorang tokoh pemikiran yang sangat
Revolusioner pada masa itu. Ia banyak melakukan kritik-kritik yang tajam
berkaitan dengan masalah ekonomi dan agama. Menurut Marx dalam Materialisme
Historis diungkapkan bahwa manusia hanya dapat dipahami selama ia ditempatkan
dalam konteks sejarah. Manusia pada hakikatnya adalah insan bersejarah. Manusia
sebagai pemangku sejarah tidak lain hanyalah keseluruhan relasi-relasi
masyarakat. Cara produksi kehidupan material mengindikasikan proses kehidupan
sosial, politik, dan spiritual pada umumnya. Bukan kesadaran manusia yang
menentukan keadaan mereka, tetapi sebaliknya keadaan sosial merekalah yang
menentukan kesadaran mereka.
Saran
Banyak hasil-hasil pemikiran Marx yang bisa di ambil dan di
jadikan sebuah pijakan dalam melakukan suatu hal yang lebih baik dan bijak.
Selain itu pemikiran Marx yangberupa agama merupakan candu rakyat bukan berarti
Marx menentang agama, tetapi menurut Marx agama merupakan sebagai tempat
pelarian rakyat setelah menghadapi keadaan yang nyata yang sangat berat.
Daftar Rujukan
Bertens, K. 1979. Ringkasan
Sejarah Filsafat. Jakarta: LP3ES.
Darsono P. 2007. Karl Marx:
Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Jakarta Pusat: Diadit Media.
Hardiman, F. Budi. 2004. Filsafat Modern: Dari
Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Katsoff, Louis O. 1992. Pengantar
Filsafat, terj. Soerjono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lavine, T. Z. 2003. Marx: Konflik
dan Orang yang Terasing. Yogyakarta: Jendela.
Ramly, Andi Muawiyah. 2004. Peta
Pemikiran Karl Marx: Materialisme Dialekstis dan Materialisme Historis. Yogykarta: LKiS.
Santoso, Listyono. 2007. Epistemologi
Golongan Kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia.
Magnis-Suseno. Franz. 2006. Menalar Tuhan, Yogyakarta:
Kanisius.
Magnis-Suseno. Franz. 2003. Pemikiran Karl Marx: Dari
Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Titus, Harold H, dkk. 1984. Persoalan-persoalan
Filsafat, terj. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang.
Wardaya, Baskara T. 2003. Marx Muda:
Marxizme Berwajah Manusiawi. Yogyakarta: Buku Baik.
Posted 14th December 2012 by Rosi Dwi Fitri Aprilia
No comments:
Post a Comment