Monday, November 27, 2017

Sejarah Baru Pemikiran Karl Marx



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar  Belakang
Pemikiran Karl Marx merupakan adopsi antara filsafat Hegel, Feuerbach, dan tentunya pemikiran dari David Ricardo. Pandangan Karl Marx secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut. Manusia menurut Karl Marx adalah manusia kongkrit. Dalam Materialisme Historis diungkapkan bahwa manusia hanya dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Pada hakikatnya, manusia adalah insan bersejarah.
Marx hidup setelah dua revolusi besar pecah di daratan Eropa, yaitu Revolusi Politik Kaum Borjuis di Perancis dan Revolusi Industri di Inggris. Revolusi politik di Perancis mengantarkan kaum borjuis berkuasa dalam bidang politik dan ekonomi. Perkembangan ekonomi kapitalis sangat cepat sekali dan industri juga berkembang cepat. Namun akibatnya ialah jurang makin lebar antara kaum kapitalis yang kaya raya dengan rakyata jelata yang miskin. Di Inggris pun demikian juga. Setelah mesin-mesin modern ditemukan, kegiatan industri berubah total. Tenaga kerja manusia digeser oleh hadirnya mesin-mesin modern tersebut. Akibatnya, pengangguran merajalela, kemiskinan, kesengsaraan, dan penderitaan menimpa kaum buruh.
Dalam keadaan sosial yang demikian itu, Marx bangkit dengan pikiran-pikiran yang penuh kritik terhadap keadaan sosial yang semakin rumit. Rakyat jelata dihisap dan ditindas oleh dua pihak, yaitu di kota mereka dihisap dan ditindas oleh kaum kapitalis, sedang di desa mereka dihisap dan ditindas oleh kaum tuan tanah. Marx mendapat pengaruh dari pemikir-pemikir sebelumnya, yaitu dari kaum Sosialis Utopia, Hegel, dan Feuerbach. Marx menampilkan dua senjata untuk mengatasi keadaan sosial yaitu dengan kritik sosial melalui pemikiran filosofisnya dan dengan tindakan, yaitu melalui perjuangan kaum miskin. Hal ini tercermin dalam Theses on  Feuerbach  yang ke XI : “Kaum filsuf hingga saat ini hanyalah menafsirkan dunia ini dengan berbagai cara; yang penting ialah mengubah dunia”. Dengan demikian, Marx mengutamakan perubahan keadaan sosial melalui perjuangan atau revolusi untuk menyelamatkan rakyat jelata dari kemiskinan, kesengsaraan dan penderitaan, sehingga dapat dibangun suatu kerajaan dunia yang bebas dari penderitaan (Darsono, 2007:14-15).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut
a.    Bagaimana profil kehidupan Karl Marx sebagai seorang filsuf?
b.    Bagaimana pandangan Karl Marx mengenai materialisme?
c.    Bagaimana dampak dari ajaran-ajaran Karl Marx?
Tujuan
a.    Mengetahui profil kehidupan Karl Marx sebagai seorang filsuf.
b.    Mengetahui pandangan Karl Marx mengenai materialisme.
c.    Memahami dampak dari ajaran-ajaran Karl Marx.







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Kehidupan Karl Marx sebagai Filsuf
Karl Heinrich Marx lahir pada 5 Mei di Kota Trier (Traves) kawasan Rheiland Jerman. Ayah dan ibunya berbangsa Yahudi. Pada tahun 1824  ketika Marx berusia 6 tahun seluruh keluarganya mengalami converse (perpindahan) agama dari agama Yahudi ke agama Kristen Protestan. Bagaimanapun dengan perpindahan agama ini maka turut berubah pula keyakinan keluarga Marx dari bertuhan Yahova yang Esa kepada keyakinan Trinitas. Dia menikah dengan anak tetangganya yang bernama Jenny, putri Baron von Westphalen seorang bangsawan Prusia sekaligus adik dari Ferdinand von Westphalen yang pada waktu itu menjabat sebagai menteri dalam negeri Jerman.
Pada usia 17 tahun Marx menamatkan sekolah menengah di Treves pada 1835. Kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Bonn selama 1 tahun kemudian pindah ke Universitas Berlin untuk mempelajari filsafat dan sejarah. Di sinilah kelihatan bakatnya yang luar biasa dalam filsafat. Pada usia 23 tahun Karl Marx memperoleh gelar Doktor dalam ilmu filsafat dengan judul disertasi The Difference Between the Natural Philosophy of Democritos and Natural Philosophy of Epicurus (Ramly, 2004:34-37).
Maka dari sinilah karir Marx dimulai. Pemikiran Karl Marx merupakan adopsi antara filsafat Hegel, Feuerbach, dan tentunya pemikiran dari David Ricardo (pemikir teori ekonom klasik). Analisa Karl Marx tentang kapitalisme merupakan aplikasi dari teori yang dikembangkan oleh G.W.F Hegel dimana teorinya berpendapat juga sejarah berproses melalui serangkaian situasi dimana sebuah ide yang diterima akan eksis. Namun segera akan berkontradiksi dengan oposisinya. Yang kemudian melahirkanlah antithesis. Kejadian ini akan terus berulang sehingga konflik-konflik tersebut akan meniadakan segala hal yang berproses menjadi lebih baik.
Karl Marx beserta teman dekatnya yakni Friedrich Engels (1820-1895) menuliskan sebuah buku Das Capital yang isinya kurang lebih tentang bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan. Yang kemudian disusul buku The Communist Manifesto (1848) yang berisikan daftar singkat karakter alamiah komunis. Dimana suprastruktur yang berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang dipengaruhi oleh historis (seni, literatur, musik, filsafat, hukum, agama, dan bentuk budaya lain yang diterima oleh masyarakat). Prinsip-prinsip komunis modern dalam bukunya tersebut antara lain:
·         Pengahapusan kekayaan tanah dan menerapkan sewa tanah bagi tujuan-tujuan publik.
·         Pengenaan pajak pendapat (tax income) yang bertingkat.
·         Pengapusan seluruh hak-hak warisan.
·         Penarikan kekayaan seluruh emigran dan para penjahat atau pemberontak.
·         Sentralisasi kredit pada negara melalui bank nasional dengan modal negara dan monopoli yang bersifat eksklusif.
·         Sentralisasi alat-alat komunikasi dan transportasi di tangan negara.
Manusia menurut Karl Marx adalah manusia kongkrit, yaitu orang-orang yang hidup pada jaman tertentu dan sebagai anggota masyarakat tertentu. Manusia ditentukan oleh keadaan masyarakat dimana mereka hidup. Maka manusia disebut makhluk sosial, karena ia hanya bisa hidup dan dapat bekerja dalam suatu tata masyarakat yang ia jumpai waktu ia lahir dan dibesarkan.
2.2 Pandangan Karl Marx
Pandangan Karl Marx secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut. Manusia menurut Karl Marx adalah manusia kongkrit, yaitu orang-orang yang hidup pada jaman tertentu dan sebagai anggota masyarakat tertentu. Manusia ditentukan oleh keadaan masyarakat di mana mereka hidup. Maka manusia disebut makhluk sosial, karena ia hanya bisa hidup dan dapat bekerja dalam suatu tata masyarakat yang ia jumpai waktu ia lahir dan dibesarkan.
Karya-karya Marx telah menjadi acuan para cendekiawan untuk melihat pemikirannya dari berbagai perspektif. Munculnya madzab-madzab pasca Marx juga menandai bahwa pemikiran Marx tetap menarik dikaji sebagai ilmu pengetahuan dan juga sebagai ideolog yang banyak melakukan perubahan di berbagai bidang. Marx sejak pertama muncul dengan pemikiran Materialisme Historis dan Materialisme Dialektis selalu aktual di dataran pemikiran sejumlah besar manusia. Baik di dalam alam pemikiran filsafat maupun di dalam berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, agama, dan kebudayaan.
Karl Marx tampil dengan penunjukan diri menentang bahkan menolak sejumlah pemikiran filsafat yang sezaman dengannya. Gagasan Marx dapat dikaitkan dengan teori yang dilontarkan Darwin, Spencer, Hegel, Feuerbach, dan David Ricardo. Dari Hegel inilah Karl Marx banyak mengambil bahan untuk membangun teori filsafat yang dirumuskannya. Dari Jerman ia memperoleh tradisi pemikiran kefilsafatan dan terlihat saat ia tinggal di Inggris dengan semangat kemanusiaan (humanisme). Sebenarnya humanisme sudah tertanam dalam diri Karl Marx saat usia 20th, saat Marx di Universitas Berlin. Masa ini dalam sejarah kefilsafatan lazim dikenal periode Marx Muda.
Ada beberapa alasan pentingnya pemikiran Karl Marx perlu untuk dibahas lebih lanjut. Pertama, Karl Marx tampil sebagai filosof dalam dunia pemikiran dengan sejumlah gagasan-gagasan. Ajaran Karl Marx menawarkan janji penyelamatan sosial, dimana para penganutnya diberi nafas optimis untuk mencapai kedamaian dan keamanan serta pemecahan aneka macam masalah. Kedua, ajaran Marx dengan ironis lazim disebut sebagai Marxisme.  Ketiga, ajaran Karl Marx tidak pernah usang untuk dibicarakan, karena baik sistem filsafat maupun perangkat ideologi senantiasa dapat disesuaikan dengan keadaan zaman (Ramly, 2004:2-8).
Marx melihat bahwa kehancuran sosial yang ditimbulkan oleh keadaan perekonomian yang kacau dengan mekanisme sistem pemerintahan yang ada. Salah satu kaitan yang erat di dalamnya adalah keikutsertaan lembaga gereja. Gereja telah dipakai penguasa sebagai usaha untuk memeras dan memperbudak kaum buruh yang miskin. Marx sampai mengutuk agama sebagai candu yang meninabobokan masyarakat.Manusia sebagai individu yang lepas dari ikatan masyarakat haruslah dianggap sebagai pandangan yang menyalahi hakikat sejarah, manusia hanya dapat dipahami sejauh diletakkan dalam kaitannya dengan masyarakat sebab manusia tidak lain hanyalah keseluruhan relasi-relasi masyarakat, ringkasnya manusia mendapatkan posisinya dalam kolektivitas sosial.
Sesuai dengan kondisi masyarakat Eropa saat itu, revolusi yang dimaksud adalah perubahan sistem kemasyarakatan secara struktural. Dalam bidang politik terumuskan dalam perjuangan kaum proletar untuk merampas harta kaum borjuis lewat perjuangan kelas. Aktivitas revolusioner dibagi bertingkat sesuai dengan fase sejarah yang sedang dilalui dan berakhir dengan terwujudnya masyarakat yang tidak berkelas yaitu masyarakat komunis. Watak revolusioner Marx muncul dalam bentuk sosialisme ilmiah. Sosialisme yang akan menggantikan kapitalisme adalah hasil perkembangan masyarakat dalam sejarah dengan mengacu pada pengaruh dialektis. Susunan baru masyarakat tidak dibuat melainkan dilahirkan.
Menurut Marx, determinisme adalah setiap bentuk sosial terdiri dari tingkatan-tingkatan (struktur) objektif dan pada akhirnya hanya tinggal satu tingkat yang mempengaruhi dan mendominasi tingkat lain yang disebut dengan faktor ekonomi. Masyarakat berstruktur artinya masyarakat yang terdiri dari suprastruktur (lapisan atas) dan infrastruktur (lapisan bawah). Pada bagian ini relevan dengan menyebut determinasi sebagai salah satu watak filsafat Karl Marx. Menurut Marx pertentangan antara dua unsur dalam bidang ekonomi, kekuatan produksi dan hubungan produksi melahirkan perubahan mendasar dalam kehidupan masyarakat, yakni revolusi sosial. Materialisme historis dapat ditarik suatu corak watak determinisme filsafat Marx, yaitu ekonomi sebagai salah satu unsur terpenting dari hidup manusia (Ramly, 2004:46-84).
2.2.1 Kritik Agama Karl Marx
Karl Marx terkenal karena ucapannya bahwa “agama adalah candu rakyat”. Kalimat ini sering diartikan seakan-akan Marx menuduh agama, menyesatkan dan menipu rakyat. Dan memang dari retorika Marxis kemudian ucapan Marx itu sering dipakai dalam arti tuduhan bahwa agama dengan menjanjikan kebahagiaan di alam sesudah kehidupan membuat orang miskin dan tertindas menerima saja nasib daripada memberontak terhadapnya. Hal itu lebih lagi berlaku bagi Lenin yang menulis bahwa “agama adalah candu bagi rakyat”. Jadi agama dengan licik diciptakan kelas-kelas atas untuk menenangkan rakyat tertindas.
Akan tetapi bukan itulah yang dimaksud Marx. Ia tidak membicarakan apakah fungsi agama dalam masyarakat adalah positif atau negatif. Melainkan ucapannya itu menanggapi kritik agama Feuerbach. Marx setuju dengan kritik itu. Tetapi menurut Marx, Feuerbach berhenti di tengah jalan. Betul agama adalah dunia khayalan di mana manusia mencari dirinya sendiri. Tetapi Feuerbach tidak bertanya mengapa manusia melarikan diri ke khayalan daripada mewujudkan diri dalam kehidupan nyata. Jawaban yang diberikan Marx adalah karena kehidupan nyata dan itu berarti struktur kekuasaan dalam tidak mengizinkan manusia untuk mewujudkan kekayaan hakekatnya. Manusia melarikan diri ke dunia khayalan karena dunia nyata menindasnya.
Jadi agama sebenarnya merupakan protes manusia terhadap keadaan yang terhina dan tertindas. Agama adalah realisasi hakekat manusia dalam angan-angan karena hakekat manusia tidak mempunyai realitas yang sebenarnya. Penderitaan religius adalah ekspresi penderitaan nyata dan sekaligus protes terhadap penderitaan nyata. Agama adalah keluhan makhluk terdesak hati dunia tanpa hati sebagaimana dia adalah roh keadaan yang tanpa roh. Tuntutan kritik agama untuk melepaskan ilusi tentang keadaannya adalah tuntutan untuk melepaskan keadaan yang membutuhkan ilusi. Maka kritik tidak boleh berhenti pada agama melainkan harus diarahkan pada keadaan sosial-politik yang mendorong manusia ke dalam agama.  
Perjuangan melawan agama secara tidak langsung adalah perjuangan melawan dunia yang bau harumnya adalah agama. Marx menarik kesimpulan kritik surga berubah menjadi kritik dunia, kritik agama menjadi kritik hukum, kritik teologi menjadi kritik politik. Yang diperlukan bukan kritik agama melainkan revolusi. Agama menurut Marx akan menghilang dengan sendirinya apabila manusia dapat membangun dunia yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan hakekatnya secara nyata dan positif (Franz Magnis Suseno, 2006:72-73).
2.2.2 Pengertian dan Perkembangan Materialisme
Karl Marx mengartikan Dialektika Materialisme sebagai keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus-menerus tanpa ada yang mengantarai. Dari proses itu kemudian timbul kesadaran melalui proses pertentangan. Dua gagasan pokok yang diambil oleh Karl Marx dari Hegel, yiatu terjadinya pertentangan antara segi-segi yang berlawanan dan gagasan bahwa sesuatu berkembang terus. Menurut Marx segala sesuatu yang bersifat rohani merupakan buah hasil dari materi dan tidak sebaliknya.
Marx  melihat manusia dan alam dari sudut pandang materialisme dialektis, bahwa seluruh kenyataan berkembang secara kualitatif dalam loncatan yang menuju pada perpektif realitas baru. Perkembangan bahasa dengan diiringi pikiran yang meningkat mengandaikan perlunya disiplin dan pembagian kerja, dan dari pembagian kerja inilah kemudian tingkat perkembangan sosial secara dialektis menuju kepada masyarakat yang bahagia.
Materialisme dialektis memberi arti penting bagi kemajuan materialisme lama. Terlebih setelah Marx menyebut materialismenya berdasarkan ilmu pengetahuan. Namun dari segi lain, materialisme dialektis menunjukkan kenyataan yang berat sebelah, yaitu penekanan terhadap kehidupan yang semata-mata materi. Karl Marx memahami manusia sebagai makhluk alamiah dan menolak setiap konsep tentang manusia sebagai makhluk tak alamiah yang adikodrati. Sebagai makhluk alamiah manusia adalah bagian dari alam (Baskara, 2003:24).
Materialisme pada dasarnya merupakan bentuk yang paling radikal dari paham naturalisme. Menurut William R.Dennes, seorang penganut naturalisme modern berpendirian bahwa apa yang dinamakan kenyataan pasti bersifat kealaman, maka kategori pokok untuk memberikan keterangan mengenai kenyataan adalah kejadian. Menurut Harold H. Titus, dkk (1984:39), istilah meterialisme dapat diberi definisi dengan beberapa cara. Pertama, materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi sendiri dan yang bergerak merupakan unsur-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal serta kesadaran termasuk di dalamnya segala proses psikikal merupakan model materi tersebut dan dapat disederhanakan menjadi unsur-unsur fisik. Kedua, bahwa doktrin alam semesta dapat ditafsirkan seluruhnya dengan sains fisik (Listyono Santoso, 2007:38-39).
Sebagaimana diketahui, Hegel dan kaum idealisme lainnya, mengkonstatir suatu pemahaman bahwa alam merupakan hasil roh (absolut), sehingga dialektika yang muncul adalah dialektika ide. Artinya dialektika hanya terjadi dan dapat diterapkan dalam dunia abstrak, yaitu ide atau pikiran manusia. Prinsip dialektika Hegel dan kaum idealis ini ditolak oleh Marx. Bagi Marx segala sesuatu yang bersifat rohani merupakan hasil materi. Karena itulah filsafat Karl Marx disebut dengan “materialisme dialektik” (K. Bertens, 1981:80).
Secara implisit, sesungguhnya paradigma dialektis yang dikembangkan Marx tentang keabsahan pengetahuan dan cara memperolehnya jauh berbeda dengan para filosof pendahulunya yang beraliran materialisme (Ramly, 2000:19). Bagi Marx, hanya bendalah satu-satunya kenyataan yang dapat diamati, tetapi tidak sekadar diamati saja, melainkan kenyataan itu merupakan suatu aktivitas kesadaran manusia dan sekaligus perbuatan manusia. Menurut Katsoff (1992:221), Marx berusaha untuk memberikan suatu pemahaman bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan manusia terhadap dunia nyata atau kenyataan obyektif, karena kebenaran pengetahuan hanya ada pada dunia nyata, bukan dalam dunia ide (pikiran) manusia.
Cara produksi kehidupan material mengindikasikan proses kehidupan sosial, politik, dan spiritual pada umumnya. Bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi sebaliknya keadaan sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka. Marx membagi lingkup kehidupan manusia dalam dua bagian besar yaitu “dasar nyata atau basis” dan “bangunan atas”. Dasar atau basis adalah bidang “produksi kehidupan material”, sedangkan bangunan atas adalah “proses kehidupan sosial, politik, dan spiritual”. Kehidupan bangunan atas ditentukan oleh kehidupan dalam basis.
Basis ditentukan oleh dua faktor: tenaga produktif dan hubungan produksi. Tenaga produktif adalah kekuatan yang dipakai oleh masyarakat untuk mengerjakan dan mengubah alam. Hubungan produksi adalah hubungan kerjasama atau pembagian kerja antara manusia yang terlibat dalam proses produksi. Bangunan atas terdiri dari dua unsur: tatanan institusional dan tatanan kesadaran kolektif. Tatanan institusioanal adalah segala macam lembaga yang mengatur kehidupan bersama masyarakat di luar bidang produksi. Jadi organisasi sebuah pasar, sistem pendidikan, sistem kesehatan masyarakat, sistem lalu lintas, dan terutama sistem hukum dan negara. Tatanan kesadaran kolektif memuat segala sistem kepercayaan, norma dan nilai yang memberikan kerangka pengertian, makna, dan orientasi spiritual kepada kepada usaha manusia.
Masalah keterasingan karena individu dalam masyarakat sosialis sering dikebawahkan “demi kepentingan masyarakat” atau menjadi korban “sejarah” yang dikatakan “memiliki hukum-hukumnya sendiri” itu. Pandangan semacam ini sering didasarkan pada pandangan Marx yang seolah-olah mengutamakan hukum-hukum objektif sejarah dan mengabaikkan individu, “Sejarah tidak membuat apa-apa: sejarah tidak memiliki kekayaan-kekayaan yang agung; sejarah tidak pernah berperang melawan apa-apa. Sebaliknya adalah manusia yang nyata dan hidup yang memiliki dan berperang. ‘Sejarah’ tidak menggunakan manusia sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuannya seolah-olah seperti seorang pribadi yang terpisah. Yang benar ialah bahwa aktivitas menusialah yang mencari tujuan-tujuannya sendiri.” (Wardaya, 2003:44-45).
Perkembangan sejarah bukanlah perkembangan yang semaunya, melainkan berdasar hukum-hukum perkembangan yang objektif. Pandangan materialistik ini merupakan “gertakan” bagi pandangan idealistik yang sekarang ini banyak diserap oleh ilmu kemasyarakatan modern. Pemahaman kebebasan berarti memahami bagaimana manusia yang secara sosial  terkondisikan dan dikebawahkan oleh proses sejarah yang objektif, mampu bertindak secara bebas dan terencana, serta menentukan pilihan yang tepat dari berbagai kemungkinan (Wardaya, 2003:48).
Materialisme memiliki pengaruh historis modern terbesar dalam bentuk materialisme mekanistis yang menyatakan bahwa kenyataan tersusun atas partikel-partikel fisik yang bergerak sesuai dengan hukum-hukum mekanis. Marx mengetahui materialis meterialisme Yunani kuno dan materialisme mekanistis Eropa modern abad XVII dan XVIII, tidak memakai filsafat materialisme karena mereka memberikan kesadaran dan kegiatan manusia merupakan hasil pasif dari benda-benda bergerak.
Materialisme historis menjelaskan sejarah dengan memposisikan produksi material manusia sebagai dasar sejarah dan memandang produksi mental, intelektualitas seseorang dan kehidupan budaya sebagai efeknya. Marx menyatakan bahwa “dalam keseluruhan konsepsi sejarah sampai pada basis nyata sejarah sekarang” produksi material belumlah dipahami (Lavine, 2003:51-52).
Teori perubahan sejarah disusun berdasarkan model yang diberikan filsafat sejarah Hegel. Sejarah merupakan suatu proses perkembangan tunggal yang penuh arti; sejarah merupakan sebuah struktur rasional yang terungkap dalam waktu menurut hukum dialektika. Dialektika materialisme sejarah Marx adalah perubahan sejarah yang terjadi melalui konflik atau kontradiksi dalam tiga pondasi masyarakat. Konflik ini muncul  di antara kekuatan produksi yang berkembang secara konstan (kemampuan, teknologi, penemuan) dan dari hubungan produksi yang ada atau hubungan hak milik.
Dalam Lavine (2003:66-67), teori revolusi “dari bentuk-bentuk  perkembangan kekuatan produksi, hubungan-hubungan ini berubah menjadi belenggu mereka. Kemudian tibalah periode revolusi sosial”. Dalam tahapan awal mode produksi, hubungan produksi dan distribusi hak milik mereka membantu perkembangan kemmapuan-kemampuan produktivitas baru. Tahapan berikutnya, mode produksi, pertumbuhan kekuatan produksi baru terhalang oleh konflik akibat hubungan antara produksi yang ada dengan distribusi hak milik mereka. Kepentingan kelas yang berkuasa mendorong mereka untuk menolak perubahan dan menjaga distribusi hak milik yang ada sehingga tidak berubah, karena posisi dominan mereka dalam masyarakat tergantung pada hal tersebut. Kelas penguasa yang telah lebih dahulu berperan mengembangkan teknologi baru dan kekuatan produksi kini membelenggu dan merantai mereka agar tidak berkembang lebih jauh untuk mencegah kelebihan produksi sehingga melindungi keuntungan dan kepentingan mereka.
2.2.3 Tafsiran Sejarah Karl Marx
Dalam Materialisme Historis diungkapkan bahwa manusia hanya dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Manusia pada hakikatnya adalah insan bersejarah. Manusia sebagai pemangku sejarah tidak lain hanyalah keseluruhan relasi-relasi masyarakat. Penafsiran sejarah sebelum Marx adalah secara politis, yakni dengan mengatakan bahwa penggerak sejarah adalah kaisar-kaisar, raja, para ksatria dan serdadu, pembuat undang-undang serta politisi. Cara penafsiran sejarah sebelum Marx berikutnya adalah dengan mengedepankan peranan ide-ide dan gagasan sebagai sebab utama timbulnya proses sejarah. Marx dengan materialisme historisnya bertumpu pada dalil bahwa produksi dan distribusi barang-barang serta jasa merupakan dasar untuk membantu manusia mengembangkan eksistensinya. Masyarakat harus selalu dipahami dalam kerangka struktur, yakni suprastruktur (lapisan atas) dan infrastruktur (lapisan bawah).
Revolusi yang dilukiskan oleh Karl Marx dapat dijabarkan dalam dua tahap. Pertama, revolusi yang dipelopori oleh orang borjuis yang hendak menghancurkan golongan feodal. Kedua, revolusi yang dilakukan oleh kelas pekerja dalam upaya meruntuhkan kelas borjuis. Dalam pemerintahan proletariat setelah runtuhnya kaum kapitalis, kelas-kelas dalam masyarakat dengan sendirinya turut hilang.
2.3 Dampak dan Kritik Ajaran Marx
Dampak dan kritik filsafat Karl Marx dapat diturunkan dari berbagai segi, hal ini tergantung yang diprioritaskan atas sejumlah fenomena yang mendukung daya hidup paham ini. Menurut tafsiran resmi, Marxisme meliputi tiga komponen pokok yaitu filsafat, ekonomi politik dan teori ilmiah, selanjutnya Hook menyebutkan bahwa hampir semua bentuk dan corak Marxisme tidak pernah ditolak dan diserang kebenarannya. Namun seperti terlihat bahwa ajaran Marx atas segala pokok soal yang dinisbahkan kepadanya memiliki vitalitas yang mengesankan.


2.3.1 Dampak Terhadap Agama
Kecenderungan utama filsafat Marx yang materialistis betapa pun diklaim sebagai paham yang ilmiah adalah ateistik. Dan Marx sendiri sejak awal kehadiranya dalam dunia filsafat mengaku sudah menjadi ateis. Dalam analisisnya tentang masyarakat Eropa, Marx memberi sorotan terhadap agama sebagai bagian besar dari gejala sosial. Fungsi agama telah berubah citranya dengan alat “meninabobokan” dengan janji penyelamatan atas kelaparan dan penderitaan massa. Agama bukannya mendukung perubahan sosial yang akan membahagiakan lapisan mayoritas, tapi sebaliknya menjadi alat pelegalisasi kekuasaan pemerintah yang menguntungkan segelintir elit.  Menurut Marx, manusia tidaklah diciptakan oleh Tuhan, tapi manusialah yang menciptakan Tuhan.
2.3.2 Dampak Terhadap Komunisme
Salah satu ramalan Karl Marx tentang masa depan yang dicita-citakan adalah masyarakat yang akan datang bersifat internasional. Cara untuk mempertahankan hak adalah masyarakat komunis hendaknya melakukan revolusi, yaitu revolusi dunia dengan kekerasan. Formulasi teori Marx tentang perjuangan kelas dan perpektif menuju masyarakat tanpa kelas yaitu cita-cita yang ingin mengangkat martabat kaum buruh dari eksploitasi kaum borjuis. Kaum buruh harus terperangkap dalam sistem masyarakat di mana kemerdekaan dan hak asasi menjadi barang mahal.
2.3.3 Dampak terhadap Filsafat Modern
Kritik yang disampaikan dalam materialisme historis adalah, terdapatnya ketidaktegasan fundamental dalam teori ini. Dikatakan bahwa cara produksi ekonomi mengkondisikan kehidupan sosial. Yang pertama merupakan teori yang membuktikan diri sendiri, sedang yang kedua validitas kebenarannya juga patut dipertanyakan karena tidak semua persoalan hidup ini tergantung pada kehidupan ekonomi.
Kritik lebih lanjut adalah tumpulnya daya ramal Marx ikhwal kehancuran kapitalisme di negara-negara industri. Karl Marx bahkan tidak pernah membayangkan bahwa konsep diktator proletariat-nya kini menjelma menjadi diktator partai di negara yang konon didirikan atas inspirasi teoritisnya. Rusia, seperti juga negara sosialis lainnya dibangun tanpa menggunakan resep Das Capital dan Manifesto Komunist. Revolusi bulan Oktober 1917 tidak lebih dari kudeta yang mengatasnamakan gerakan proletar, selanjutnya analisis tentang munculnya kelas baru yang represif dan totaliter merupakan bukti konkrit jauhnya teori dan praktik. (Andi Muawiyah Ramly, 2004: 90-175).













BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Karl Marx merupakan seorang tokoh pemikiran yang sangat Revolusioner pada masa itu. Ia banyak melakukan kritik-kritik yang tajam berkaitan dengan masalah ekonomi dan agama. Menurut Marx dalam Materialisme Historis diungkapkan bahwa manusia hanya dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Manusia pada hakikatnya adalah insan bersejarah. Manusia sebagai pemangku sejarah tidak lain hanyalah keseluruhan relasi-relasi masyarakat. Cara produksi kehidupan material mengindikasikan proses kehidupan sosial, politik, dan spiritual pada umumnya. Bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi sebaliknya keadaan sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka.
Saran
Banyak hasil-hasil pemikiran Marx yang bisa di ambil dan di jadikan sebuah pijakan dalam melakukan suatu hal yang lebih baik dan bijak. Selain itu pemikiran Marx yangberupa agama merupakan candu rakyat bukan berarti Marx menentang agama, tetapi menurut Marx agama merupakan sebagai tempat pelarian rakyat setelah menghadapi keadaan yang nyata yang sangat berat.




Daftar Rujukan
Bertens, K. 1979. Ringkasan Sejarah Filsafat. Jakarta: LP3ES.
Darsono P. 2007. Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Jakarta Pusat: Diadit Media.
Hardiman, F. Budi. 2004.  Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Katsoff, Louis O. 1992. Pengantar Filsafat, terj. Soerjono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lavine, T. Z. 2003. Marx: Konflik dan Orang yang Terasing. Yogyakarta: Jendela.
Ramly, Andi Muawiyah. 2004. Peta Pemikiran Karl Marx: Materialisme Dialekstis dan Materialisme Historis. Yogykarta: LKiS.
Santoso, Listyono. 2007. Epistemologi Golongan Kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia.
Magnis-Suseno. Franz. 2006. Menalar Tuhan, Yogyakarta: Kanisius.
Magnis-Suseno. Franz. 2003. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Titus, Harold H, dkk. 1984. Persoalan-persoalan Filsafat, terj. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang.
Wardaya, Baskara T. 2003. Marx Muda: Marxizme Berwajah Manusiawi. Yogyakarta: Buku Baik.
Posted 14th December 2012 by Rosi Dwi Fitri Aprilia

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...