seorang komandan
pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya mantan
Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani Umayyah, dan di masa Dinasti Abbasiyah
menjadi da’i yang kritis.
1)
Kelahiran
Beliau
Beliau dilahirkan di
kota Baghdad pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 Hijriyah. Beliau tumbuh besar
di bawah asuhan kasih sayang ibunya, karena bapaknya meninggal dunia saat
beliau masih berumur belia, tiga tahun. Meski beliau anak yatim, namun ibunya
dengan sabar dan ulet memperhatian pendidikannya hingga beliau menjadi anak
yang sangat cinta kepada ilmu dan ulama karena itulah beliau kerap menghadiri
majlis ilmu di kota kelahirannya.
2)
Awal
mula Menuntut Ilmu
Ilmu yang pertama
kali dikuasai adalah Al Qur’an hingga beliau hafal pada usia 15 tahun, beliau
juga mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai orang yang
terindah tulisannya. Lalu beliau mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal
umur 15 tahun itu pula.
3)
Keadaan
fisik beliau
Muhammad bin ‘Abbas
An-Nahwi bercerita, Saya pernah melihat Imam Ahmad bin Hambal, ternyata Badan
beliau tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di
jenggotnya masih ada yang hitam. Beliau senang berpakaian tebal, berwarna putih
dan bersorban serta memakai kain. Yang lain mengatakan, “Kulitnya berwarna
coklat (sawo matang)”
4)
Keluarga
beliau
Beliau menikah pada
umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Beliau melahirkan dari
istri-istrinya anak-anak yang shalih, yang mewarisi ilmunya, seperti Abdullah
dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.
5)
Kecerdasan
beliau
Putranya yang bernama
Shalih mengatakan, Ayahku pernah bercerita, “Husyaim meninggal dunia saat saya
berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya”.
Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang matan nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya”.
Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang matan nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya”.
Abu Zur’ah pernah
ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih kuat hafalannya? Anda atau Imam
Ahmad bin Hambal?” Beliau menjawab, “Ahmad”. Beliau masih ditanya, “Bagaimana
Anda tahu?” beliau menjawab, “Saya mendapati di bagian depan kitabnya tidak
tercantum nama-nama perawi, karena beliau hafal nama-nama perawi tersebut,
sedangkan saya tidak mampu melakukannya”. Abu Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad
bin Hambal hafal satu juta hadits”.
6)
Pujian
Ulama terhadap beliau
Abu Ja’far
mengatakan, “Ahmad bin Hambal manusia yang sangat pemalu, sangat mulia dan
sangat baik pergaulannya serta adabnya, banyak berfikir, tidak terdengar
darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih dengan penuh
hormat dan tenang serta dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa dengan
manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan wajahnya kepadanya. Beliau
sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta menghormatinya”.
Imam Asy-Syafi’i
berkata, “Ahmad bin Hambal imam dalam delapan hal, Imam dalam hadits, Imam
dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran,
Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam Sunnah”.
Ibrahim Al Harbi
memujinya, “Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin Hambal seolah Allah gabungkan
padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari berbagai
disiplin ilmu”.
7)
Kezuhudannya
Beliau memakai peci
yang dijahit sendiri. Dan kadang beliau keluar ke tempat kerja membawa kampak
untuk bekerja dengan tangannya. Kadang juga beliau pergi ke warung membeli
seikat kayu bakar dan barang lainnya lalu membawa dengan tangannya sendiri. Al
Maimuni pernah berujar, “Rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil”.
8)
Tekunnya
dalam ibadah
Abdullah bin Ahmad
berkata, “Bapakku mengerjakan shalat dalam sehari-semalam tiga ratus raka’at,
setelah beliau sakit dan tidak mampu mengerjakan shalat seperti itu, beliau
mengerjakan shalat seratus lima puluh raka’at.
9)
Wara’
dan menjaga harga diri
Abu Isma’il
At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang lelaki membawa uang sebanyak sepuluh
ribu (dirham) untuk beliau, namun beliau menolaknya”. Ada juga yang mengatakan,
“Ada seseorang memberikan lima ratus dinar kepada Imam Ahmad namun beliau tidak
mau menerimanya”. Juga pernah ada yang memberi tiga ribu dinar, namun beliau
juga tidak mau menerimanya.
10)
Tawadhu’
dengan kebaikannya
Yahya bin Ma’in
berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin Hambal,
saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia
membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami”.
Beliau (Imam Ahmad)
mengatakan, “Saya ingin bersembunyi di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal,
saya diuji dengan popularitas”.
Al Marrudzi berkata,
“Saya belum pernah melihat orang fakir di suatu majlis yang lebih mulia kecuali
di majlis Imam Ahmad, beliau perhatian terhadap orang fakir dan agak kurang
perhatiannya terhadap ahli dunia (orang kaya), beliau bijak dan tidak
tergesa-gesa terhadap orang fakir. Beliau sangat rendah hati, begitu tinggi
ketenangannya dan sangat memuka kharismanya”.
Beliau pernah bermuka
masam karena ada seseorang yang memujinya dengan mengatakan, “Semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan atas jasamu kepada Islam?” beliau mengatakan,
“Jangan begitu tetapi katakanlah, semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam
atas jasanya kepadaku, siapa saya dan apa (jasa) saya?!”
11)
Sabar
dalam menuntut ilmu
Tatkala beliau pulang
dari tempat Abdurrazzaq yang berada di Yaman, ada seseorang yang melihatnya di
Makkah dalam keadaan sangat letih dan capai. Lalu ia mengajak bicara, maka Imam
Ahmad mengatakan, “Ini lebih ringan dibandingkan faidah yang saya dapatkan dari
Abdirrazzak”.
12)
Hati-hati
dalam berfatwa
Zakariya bin Yahya
pernah bertanya kepada beliau, “Berapa hadits yang harus dikuasai oleh
seseorang hingga bisa menjadi mufti? Apakah cukup seratus ribu hadits? Beliau
menjawab, “Tidak cukup”. Hingga akhirnya ia berkata, “Apakah cukup lima ratus
ribu hadits?” beliau menjawab. “Saya harap demikian”.
13)
Kelurusan
aqidahnya sebagai standar kebenaran
Ahmad bin Ibrahim
Ad-Dauruqi mengatakan, “Siapa saja yang kamu ketahui mencela Imam Ahmad maka
ragukanlah agamanya”. Sufyan bin Waki’ juga berkata, “Ahmad di sisi kami adalah
cobaan, barangsiapa mencela beliau maka dia adalah orang fasik”.
14)
Masa
Fitnah
Pemahaman Jahmiyyah
belum berani terang-terangan pada masa khilafah Al Mahdi, Ar-Rasyid dan Al
Amin, bahkan Ar-Rasyid pernah mengancam akan membunuh Bisyr bin Ghiyats Al
Marisi yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Namun dia terus
bersembunyi di masa khilafah Ar-Rasyid, baru setelah beliau wafat, dia
menampakkan kebid’ahannya dan menyeru manusia kepada kesesatan ini.
Di masa khilafah Al
Ma’mun, orang-orang jahmiyyah berhasil menjadikan paham jahmiyyah sebagai
ajaran resmi negara, di antara ajarannya adalah menyatakan bahwa Al Qur’an
makhluk. Lalu penguasa pun memaksa seluruh rakyatnya untuk mengatakan bahwa Al
Qur’an makhluk, terutama para ulamanya.
Barangsiapa mau menuruti dan tunduk kepada ajaran ini, maka dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh dengan mengatakan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan mencicipi cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.
Barangsiapa mau menuruti dan tunduk kepada ajaran ini, maka dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh dengan mengatakan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan mencicipi cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.
Karena beratnya
siksaan dan parahnya penderitaan banyak ulama yang tidak kuat menahannya yang
akhirnya mengucapkan apa yang dituntut oleh penguasa zhalim meski cuma dalam
lisan saja. Banyak yang membisiki Imam Ahmad bin Hambal untuk menyembunyikan
keyakinannya agar selamat dari segala siksaan dan penderitaan, namun beliau menjawab,
“Bagaimana kalian menyikapi hadits “Sesungguhnya orang-orang sebelum Khabbab,
yaitu sabda Nabi Muhammad ada yang digergaji kepalanyarkalian namun tidak
membuatnya berpaling dari agamanya”. HR. Bukhari 12/281. lalu beliau
menegaskan, “Saya tidak peduli dengan kurungan penjara, penjara dan rumahku
sama saja”.
Ketegaran dan
ketabahan beliau dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh Ishaq
bin Ibrahim, “Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa lebih
tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami saat itu di mata penguasa hanya seperti
lalat”.
Di saat menghadapi
terpaan fitnah yang sangat dahsyat dan deraan siksaan yang luar biasa, beliau
masih berpikir jernih dan tidak emosi, tetap mengambil pelajaran meski datang
dari orang yang lebih rendah ilmunya. Beliau mengatakan, “Semenjak terjadinya
fitnah saya belum pernah mendengar suatu kalimat yang lebih mengesankan dari
kalimat yang diucapkan oleh seorang Arab Badui kepadaku, “Wahai Ahmad, jika
anda terbunuh karena kebenaran maka anda mati syahid, dan jika anda selamat
maka anda hidup mulia”. Maka hatiku bertambah kuat”.
15)
Ahli
hadits sekaligus juga Ahli Fiqih
Ibnu ‘Aqil berkata,
“Saya pernah mendengar hal yang sangat aneh dari orang-orang bodoh yang
mengatakan, “Ahmad bukan ahli fiqih, tetapi hanya ahli hadits saja. Ini adalah
puncaknya kebodohan, karena Imam Ahmad memiliki pendapat-pendapat yang
didasarkan pada hadits yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, bahkan
beliau lebih unggul dari seniornya”.
Bahkan Imam
Adz-Dzahabi berkata, “Demi Allah, beliau dalam fiqih sampai derajat Laits,
Malik dan Asy-Syafi’i serta Abu Yusuf. Dalam zuhud dan wara’ beliau menyamai
Fudhail dan Ibrahim bin Adham, dalam hafalan beliau setara dengan Syu’bah,
Yahya Al Qaththan dan Ibnul Madini. Tetapi orang bodoh tidak mengetahui kadar
dirinya, bagaimana mungkin dia mengetahui kadar orang lain!!
16)
Guru-guru
Beliau
Imam Ahmad bin Hambal
berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang
tersebar di berbagai negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman
dan negeri lainnya.
Di antara mereka
adalah:
a. Ismail bin Ja’far
b. Abbad bin Abbad Al-Ataky
c. Umari bin Abdillah bin Khalid
d. Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar
As-Sulami
e. Imam Asy-Syafi’i.
f. Waki’ bin Jarrah.
g. Ismail bin Ulayyah.
h. Sufyan bin ‘Uyainah
i. Abdurrazaq
j. Ibrahim bin Ma’qil.
17)
Murid-murid
Beliau
Umumnya ahli hadits
pernah belajar kepada imam Ahmad bin Hambal, dan belajar kepadanya juga ulama
yang pernah menjadi gurunya, yang paling menonjol adalah:
a.
Imam
Bukhari.
b.
Muslim
c.
Abu
Daud
d.
Nasai
e.
Tirmidzi
f.
Ibnu
Majah
g.
Imam
Asy-Syafi’i. Imam Ahmad juga pernah berguru kepadanya.
h.
Putranya,
Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal
i.
Putranya,
Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal
j.
Keponakannya,
Hambal bin Ishaq
k.
dan
lain-lainnya.
18)
Wafat
beliau
Setelah sakit
sembilan hari, beliau Rahimahullah menghembuskan nafas terakhirnya di pagi hari
Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77
tahun. Jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh
ribu pelayat perempuan.
19)
Karya
beliau sangat banyak, di antaranya
a. Kitab Al Musnad, karya yang paling
menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.
b. Kitab At-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan,
“Kitab ini hilang”.
c. Kitab Az-Zuhud
d. Kitab Fadhail Ahlil Bait
e. Kitab Jawabatul Qur’an
f. Kitab Al Imaan
g. Kitab Ar-Radd ‘alal Jahmiyyah
h. Kitab Al Asyribah
i. Kitab Al FaraidhTerlalu
sempit lembaran kertas untuk menampung indahnya kehidupan sang Imam. Sungguh
sangat terbatas ungkapan dan uraian untuk bisa memaparkan kilauan cahaya yang
memancar dari kemulian jiwanya. Perjalanan hidup orang yang meneladai panutan
manusia dengan sempurna, cukuplah itu sebagai cermin bagi kita, yang sering
membanggakannya namun jauh darinya.
No comments:
Post a Comment