PEMBELAJARAN
BAHASA INGGRIS
PADA
SEKOLAH-SEKOLAH DI INDONESIA
(HARAPAN,
KENYATAAN DAN TANTANGAN)
Nama : Eril
NIM : 80200216065
Kelompok : 7 (Tujuh)
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : II (Dua)
Dosen Pemandu : 1. Dr.
Abd. Muin, M.Hum
2. Nur Akbar Rasyid, M.Ed., Ph.D

I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seiring dengan terus bergulirnya arus globalisasi, segalanya
hampir tidak punya batas lagi. Begitu pula dengan bahasa antar negara.
Seluruh negara di dunia sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan bahasanya
sendiri untuk hidup berdampingan dengan negara-negara lain. Berasal dari
sini lah akhirnya harus ada satu bahasa yang menjadi bahasa internasional
sebagai alat komunikasi yang bisa digunakan di seluruh belahan dunia.
Bahasa Inggris pun dipilih menjadi bahasa internasional itu.
Keahlian berbahasa internasional (bahasa Inggris) ini
diperlukan untuk menguasai ilmu pengetahuan, memiliki pergaulan luas dan karir
yang baik. Hal ini membuat semua orang dari berbagai kalangan termotivasi untuk
mengusai bahasa Inggris.
Meningkatnya kebutuhan akan berbahasa Inggris di dunia
rupanya juga terjadi di Indonesia. Bahasa Inggris menjadi penting untuk
dipelajari jika tidak ingin tertinggal dengan negara lain. Maka
tidak heran, beberapa tahun belakangan ini pembelajaran bahasa Inggris begitu
masif dilakukan di semua tingkat satuan pendidikan, tidak terkecuali pendidikan
pra-sekolah yang notabene siswanya dikategorikan sebagai anak usia dini. Banyak
institusi pendidikan pra-sekolah, baik yang bertaraf internasional maupun
lokal, yang menerapkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam
pembelajaran. Bahkan tidak hanya itu, bahasa Inggris juga digunakan oleh para
siswa dan guru sebagai bahasa komunikasi sehari-hari di lingkungan sekolah.
Tidak hanya sekolah pada tataran atau tingkat SMP dan SMA,
pada tingkat SD pun pelajaran bahasa Inggris sudah didiajarkan untuk melatih
dasar-dasarnya. Bagi sebagian besar murid di Sekolah Dasar, mata pelajaran bahasa
Inggris bisa jadi merupakan mata pelajaran baru dan sulit. Hal ini dikarenakan
kebiasaan berbahasa mereka di rumah tidak menggunakan bahasa Inggris.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka adapun
yang menjadi rumusan masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah
bagaimana pembelajaran bahasa inggris di Sekolah Dasar (SD)?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan
penulisan yang diharapkan penulis mengetahui bagaimana pembelajaran bahasa
inggris di Sekolah Dasar (SD)!
II.
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan
Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di SD
Menurut Bohannon dan Warren-Leubecker dalam dalam Cahyono
(1997: 136-137) terdapat empat pendekatan penguasaan bahasa Inggris. Keempat
pendekatan itu adalah pendekatan behavioristik (behavioristic approach),
pendekatan linguistic (linguistic approach), pendekatan
interaksionis-kognitif (cognitive-interactionist approach) dan
pendekatan interaksi sosial (social interaction approach).
1. Pendekatan Behavioristik
Pendekatan behavioristik memfokuskan pada belajar yang
didasarkan pada hubungan stimulus-respons. Inti pandangan model ini ialah Language
is a function of reinfoercement. Menurut teori ini anak-anak
mula-mula merupakan tabula rasa. Kata-kata yang didengarnya disimpan di dalam
ingatan melalui asosiasi. Kemudian dalam observasinya sehari-hari terhadap
lingkungan, ia melihat adanya suatu hubungan antara entry (kombinasi antara
objek dengan person) dengan suatu aksi tertentu. Lama-lama terjadi asosiasi
yang kuat antara keduanya dan asosiasi tersebut disimpannya dalam ingatan (memory).
Makin banyak asosiasi yang terjadi dan disimpan dalam ingatannya.
2. Pendekatan Linguistik
Menurut pendekatan linguistik, anak memiliki struktur bahasa
atau gramatika yang independen. Pendekatan ini juga mempercayai adanya
mekanisme alamiah (innate machanism) yang memadu penguasaan bahasa
anak. Anak-anak dipandang memiliki piranti pemerolehan bahasa yang
dikenal dengan sebutan LAD (Language Acquisition Device). Piranti
pemerolehan bahasa ini membantu anak memperoleh struktur gramatikal bahasa
orang dewasa yang sangat kompleks. Secara alamiah piranti ini membantu
memperkenalkan anak-anak pada semesta bahasa, membantu pemahaman, dan
menghasilkan kalimat-kalimat yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya.
3. Pendekatan Interaksi Kognitif
Menurut pendekatan ini, bahasa merupakan suatu pengungkapan
seperangkat kemampuan kognitif yang lebih umum. Perkembangan sistem
kognitif yang memadai merupakan dasar pengungkapan bahasa. Tugas utama
para penganut pedekatan interaksi kognitif ini adalah mengidentifikasikan
urutan kematangan kognitif dan menjelaskan bagaimana perkembangan
kognitif itu dapat menghasilkan pemerolehan bahasa.
4. Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa perkembangan bahasa
merupakan hasil pemerolehan kaidah-kaidah gramatikal. Lingkungan
dipandang sebagai sumber masukan pengalaman bahasa yang diperlukan untuk
perkembangan. Hubungan interaksi sosial dan pemerolehan bahasa itu
sendiri merupakan hubungan yang saling menguntungkan. Interaksi sosial
membantu pemerolehan bahasa dan pemerolehan bahasa itu juga mematangkan
interaksi sosial.
Pengajaran bahasa Inggris untuk anak dengan mengambil
sisi-sisi baik dari masing-masing pendekatan ini amat disarankan.
Misalnya saja, anak-anak tetap perlu diberi stimulus bahasa Inggris maupun
penguatan terhadap stimulus itu. Mereka juga perlu diberi
kesempatan untuk berkomunikasi dan mengungkapkan kemampuan berbahasanya secara
kreatif dan bukan imitatif. Pemberian kesempatan berbahasa Inggris kepada
anak-anak dalam suasana interaktif dan bermakna akan menambah keberhasilan
pengajaran itu.
B.
Karakteristik
Anak Usia SD sebagai Pembelajar Bahasa
Pembelajaran
bahasa Inggris yang melibatkan anak usia SD sebagai pembelajar mengharuskan
guru selaku pengajar untuk memahami kalakteristiknya. Hal ini dilakukan
agar guru dapat menentukan metode apa yang tepat untuk dapat diterapkan kepada
siswanya. Karakteristik itu antara lain :
1.
Mereka
suka belajar sambil bermain
2. Mereka dapat menceritakan apa yang mereka lakukan dan
dengarkan
3. Mereka memiliki perhatian dan konsentrasi yang singkat
(tidak tahan lama)
4. Mereka mempelajari bahasa Inggris dengan cara menyimak,
menirukan dan mengucapkan
5. Mereka sebenarnya belum menyadari untuk apa belajar bahasa
asing walaupun mereka senang dan bersemangat
6. Anak belajar dengan baik ketika mereka diberi motivasi untuk
terlibat secara langsung dalam kegiatan yang berhubungan dengannya.
C.
Metode
Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak SD
Metode
pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran bahasa Inggris. Oleh karena itu, guru harus memilki metode
yang menarik bagi anak (terutama usia SD) dengan memperhatikan
karakteristiknya. Berikut beberapa metode pembelajaran bahasa Inggris
bagi untuk anak usia SD yang dapat diterapkan:
1.
Listen and Repeat, Dalam
teknik pembelajaran ini, pengajar mengucapkan sesuatu dan anak hanya
mendengarkan. Kemudian pengajar mengucapkan lagi dan anak diminta mengulang apa
yang diucapkan oleh guru.
2.
Listen and Do, Dalam
kegiatan ini pengajar mengucapkan suatu ungkapan atau perintah, anak
mendengarkan baik-baik kemudian anak melakuakn apa yang dikatakan pengajar.
3.
Question and Answer,
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan anak mulai bertanya dan
memberi contoh jawabanya. Kemudian siswa menirukan, setelah itu pengajar
bertanya, dan meminta anak menjawab.
4.
Subtitution,
Dalam teknik ini pengajar menghilangkan salah satu bagian kalimat dan
meminta anak untuk mengganti dengan kata lain yang sejenis. Salah satu teknik
yang sangat luwes adalah menggunakan ungkapan ”Let’s……..” yang merupakan ajakan
kepada anak untuk melakuakan sesuatu.
4.
Draw and Colour, Pembelajaran
bahasa Inggris dapat ditambah dengan kegiatan menggambar dan mewarnai setelah
mereka mengenal beberapa kata, benda, atau warna.
5.
See
differences, Kegiatan ini melatih anak melakukan observasi untuk menmukan
persamaan atau perbedaan dua benda atau gambar. Hal ini melatih ketelitian dan
dapat menyenangkan anak.
6.
Kegiatan
berpasangan, Kegiatan yang dilakuakan oleh siswa secara berpasangan atau berdua
dapat melatih anak berintarksi dan berkomunikasi. Kegiatan ini bisa juga bisa
berupa kegiatan question-answer.
7.
Pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning), Anak dapat belajar dari temannya
melalui cooperative learning. Kelompok dapat bekerja sama untuk membuat laporan
atau tugas yang diberikan pengajar, seperti puzzle, teka-teki, dll.
8.
Pemodelan
dan demonstrasi, Pemodelan merupakan strategi untuk memberi contoh kepada anak
bagaiman mereka melakukan, belajar, dan membuat sesuatu. Pemodelan di umumnya
dapat berupa pronunciation drill (latihan pengucapan).
9.
Concept
Mapping, Biasanya digunakan untuk melatih anak mengaitkan suatu konsep atau
sesuatu yang sudah diketahui dengan konsep lain atau hal-hal lain yang erat
hubungannya.
D.
Kegiatan
Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak Usia SD
Menurut Kasihani K.E. Suyanto (2008: 23), kegiatan anak
(termasuk anak usia SD) dalam pembelajaran mencakup semua kompetensi bahasa
yang berupa keterampilan menyimak (listening), berbicara (speaking),
membaca (reading), dan menulis (writing). Keterampilan bahasa ini
disajikan secara terpadu, seperti apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
1. Keterampilan menyimak (listening)
Bagi anak,
menyimak adalah suatu kegiatan yang sulit karena kosa kata mereka masih sangat
terbatas. Kesulitan mereka akan terbantu jika apa yang disampaikan diiringi
dengan gerakan tangan, ekspresi wajah dan gerakan tubuh. Hal ini akan membuat
mereka termotivasi dari pada jika mereka diminta mendengar.
2. Keterampilan berbicara (speaking)
Dari semua insting yang dimiliki anak sebagai pembelajar
muda bahasa Inggris, insting untuk berinteraksi dan berbicara adalah yang
paling penting untuk pembelajaran bahasa Inggris. Anak-anak biasanya ingin
segera menggunakan bahasa yang mereka pelajari untuk berkomunikasi.
3. Keterampilan membaca (reading)
Dalam melaksanakan kegiatan membaca, anak hendaknya paham
tujuan dari kegiatan tersebut, apakah mereka membaca untuk mengerti dari bacaan
itu atau mereka harus membaca untuk mendapatkan informasi tertentu saja. Anak
tidak harus mengerti arti kata perkata, yang penting mereka bisa mengerti
konteks dari suatu bacaan. Sebaiknya untuk kegiatan membaca dipilih topik yang
berhubungan dengan minat anak, sesuatu yang berhubungan dengan lingkungannya,
sesuatu yang menarik serta berhubungan dengan topik yang dibahas saat itu.
Pengetahuan umum dan perbendaharaan kata yang telah dimiliki serta penggunaan
gambar dapat membantu anak dalam mengerti suatu bacaan.
4. Keterampilan Menulis (writing)
Keterampilan menulis merupakan kelanjutan dari kegiatan
terdahulu. Kegiatan itu hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan
siswa dalam menggunakan bahasa Inggris. Writing merupakan keterampilan
yang kompleks karena memerlukan kemampuan mengeja, struktur, dan penggunaan
kosakata.
Kegiatan belajar bahasa Inggris pada anak usia dini
(khususnya usia SD) lebih dititik beratkan pada kegiatan listening dan speaking.
Hal ini dikarenakan untuk kemampuan-kemampuan seperti reading maupun writing
belum bisa dikuasai secara baik oleh anak, mengingat adanya perbedaan antara
tulisan dan pengucapan bahasa inggris, sehingga anak akan mengalami kesulitan,
karena belum sesuai dengan tahapan tugas perkembangannya.
E.
Tantangan
Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
Dalam mempelajari Bahasa Inggris
tidaklah mudah, kadang-kadang siswa mengalami kesulitan dalam mempelajarinya
dan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal (lingkungan
keluarga, masyarakat dan bahkan teman sebaya) dan faktor internal (diri pribadi
itu sendiri). Dalam melakukan praktek lapangan ada beberapa masalah yang saya
temukan dalam proses belajar mengajar (PBM) Bahasa Inggris sehingga siswa
kurang tertarik dengan pelajaran Bahasa Inggris, diantaranya:
1. Kurangnya
pemahaman siswa tentang pelajaran Bahasa Inggris
2. Sebagian
siswa menganggap Bahasa Inggris itu sukar dan sulit
3. Lingkungan
yang kurang menunjang siswa untuk menggunakan Bahasa Inggris
4. Kurangnya
kosa kata yang dimiliki siswa
5. Tidak
tahunya penggunaan grammar
6. Kurangnya
media yang digunakan guru
Dari
masalah-masalah yang ditemukan tersebut, ada beberapa alternative / jalan
keluar yang mungkin bisa mengatasi masalah-masalah tersebut, diantaranya:
1. Bagi
siswa yang kurang pemahamannya tentang Bahasa Inggris, hendaknya guru berusaha
untuk menanamkan akan pentingnya pelajaran Bahasa Inggris itu, baik untuk
kehidupan sehari-hari maupun untuk menghadapi perkembangan zaman yang terus
berkembang dengan pesat dan semakin canggih, apabila kita tidak mempelajari
Bahasa Inggris maka kita akan tertinggal karena kebodohan kita.
2. Apabila
siswa menganggap Bahasa Inggris itu sukar dan sulit, maka hendaknya guru
menjelaskan bahwa Bahasa Inggris itu tidak sukar dan sulit. Jika siswa mau
belajar dengan sungguh-ungguh, mengerjakan latihan / tuga-tugas, maka dengan
sendirinya mereka akan terbiasa dengan soal-soal yang diberikan, mulai dari
yang mudah ke yang sulit, dan dengan sendirinya mereka akan memahami Bahasa
Inggris itu.
3. Lingkungan
yang kurang menunjang siswa dalam menggunakan Bahasa Inggris. Oleh sebab itu,
tanamkanlah pada siswa untuk selalu beruhasa berbahasa Inggris, mulai dari yang
mudah-mudah. Kalau ada saja teman, orang tua / keluarga yang diajak untuk
berbahasa Inggris, maka siswa akan lebih mudah memprakatekannya, sehingga
terbiasa menggunakan Bahasa Inggris, mulai dari hal yang kecil seperti
benda-benda yang ada dilingkungan sekolah ataupun di rumah.
4. Kurangnya
kosa kata yang dimiliki siswa, mungkin karena kurangnya pengetahuan dan kurang
membaca buku tentang Bahasa Inggris, sehingga mereka kesulitan untuk memahami
apa yang disampaikan guru dan sulit dalam memahami bacaan. Jadi hendaknya siswa
dibimbing untuk rajin membaca.
5. Tidak
tahunya penggunaan grammar. Kebiasaan guru dalam menjelaskan grammar, guru
menerangkan dan mencatatkan rumus-rumus yang akan digunakan, sehingga siswa
malas untuk menghafalnya. Seharusnya guru memberikan pola-pola / bentuk- bentuk
yang akan digunakan, baik bentuk waktu kemarin, hari ini ataupun masa yang akan
datang.
6. Kurangnya
media yang digunakan. Biasanya guru hanya menjelaskan / memberi gambaran secara
lisan tentang suatu keadaan / bentuk / tempat. Jadi siswa hanya bisa
membayangkan tanpa melihat secara langsung bentuk / keadaannya, sehingga mereka
sulit untuk mengerti dan memahami maksud yang disampaikan guru. Hendaknya dalam
menjelaskan sesuatu, sebaiknya guru menggunakan media dan menunjukannya. Apakah
itu berupa gambar / benda-benda nyata, sehingga siswa melihat dan mengetahui
secara langsung, dan mengerti dengan apa yang disampaikan guru, apalagi dengan
adanya warna-warna yang menarik.
Dari
beberapa alternative diatas, diharapkan dapat membangkitkan minat siswa dalam
belajar, sehingga mereka tidak akan merasa takut / malas mempelajari Bahasa
Inggris. Dan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif, guru harus
bias membuat suasana yang menarik, bahasa yang menarik dan menggunakan berbagai
alat peraga sehingga dapat menarik dan membangkitkan perhatian siswa dengan
demikian tujuan dari pembelajaran itu sendiri akan tercapai.
F.
Implikasi
Positif Pembelajaran Bahasa Inggris pada Anak Usia SD
Pembelajaran bahasa Ingrris pada anak usia SD memiliki
implikasi positif bagi kehidupan sehari-hari. Menurut Marcoz dalam Mulyadin
(2012), terdapat tiga implikasi positif pembelajaran bahasa Inggris yaitu
meliputi aspek kognitif (cognitive), kepribadian (personality),
dan sosial (societal).
1. Aspek Kognitif
Melalui pembelajaran dan penguasaan bahasa asing (bahasa
Inggris), anak cenderung lebih kreatif dan mampu berpikir kompleks sehingga
mereka dapat memecahkan permasalahan yang rumit. Selain itu, kemampuan berbahasa
mereka yang makin terasah akan meningkatkan potensi kemampuan otak kiri. Tentu
saja, kemampuan lainnya yang berada di otak kiri, seperti matematik dan
rasional, akan ikut meningkat. Oleh karena itu, dengan kata lain kemampuan anak
berbahasa asing memberikan pengaruh positif pada pelajaran lainnya.
2. Aspek kepribadian
Anak yang mampu berbahasa asing memiliki rasa percaya diri
yang tinggi karena mereka lebih berani untuk mengekspresikan dirinya. Disamping
rasa percaya diri, melalui pengajaran bahasa asing yang mencakup berbagai topik
di dalamnnya, rasa ingin tahu mereka terbentuk dan mereka akan lebih
termotivasi untuk mempelajari hal-hal yang baru. Rasa percaya diri dan motivasi
belajar menjadi hal yang lebih menonjol pada mereka dibandingkan dengan anak
yang tidak memiliki kemampuan bahasa asing.
3. Aspek sosial
Anak yang terbiasa dengan bahasa asing akan lebih terbuka
dengan perbedaan dan memiliki kesempatan lebih banyak untuk berkomunikasi
khususnya dengan orang asing. Oleh karena itu, mereka akan mudah untuk
bersosialisasi terlebih dengan perkembangan teknologi komunikasi dan jejaring
sosial yang makin pesat anak dapat membuat pertemanan mereka lebih luas.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran bahasa Inggris sekarang ini sudah bukan hal
asing lagi jika diajarkan pada anak usia dini, khususnya anak usia SD (6-12)
tahun. Penguasaan bahasa Inggris rupanya sudah menjadi kebutuhan bagi
pelajar bahkan di hampir semua jenjang pendidikan. Pembelajaran bahasa Inggris
dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan teoritis seperti pendekatan
behavioristik, pendekatan linguistik, pendekatan interaksi kognitif, dan
pendekatan interaksi sosial.
Dalam mengajarkan bahasa Inggris pada anak usia SD, pengajar
harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik anak yang diajarnya. Hal
ini diperlukan agar pengajar dapat menentukan metode belajar seperti apa yang
sesuai jika diterapkan pada anak usia SD, karena setiap jenjang usia memiliki
karakteristik yang berbeda-beda terlebih dalam aspek kognitifnya. Selain itu
pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia SD juga harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa Inggris seperti bahasa ibu,
bahan ajar, interaksi sosial, latar belakang keluarga dan media pembelajaran.
Kegiatan belajar bahasa Inggris meliputi menyimak (listening),
berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).
Namun, untuk anak usia SD pembelajaran lebih ditekankan pada listening
dan speaking. Tentunya pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia
SD ini memiliki implikasi positif, di antaranya dapat dilihat dari aspek
kognitif, kepribadian dan sosial.
B.
Saran
Pembelajaran bahasa Inggris yang sudah menjadi kebutuhan
hendaknya tidak dijadikan beban. Sudah sepatutnya anak sudah dikenalkan
dengan bahasa Inggris sejak dini sebagai persiapan dalam menghadapi tantangan
arus globalisasi yang mengharuskan adanya penguasaan bahasa Inggris sebagai
penunjang. Namun, kita tidak boleh melupakan begitu saja bahasa bangsa sendiri
yaitu bahasa Indonesia.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Cahyono,
Bambang Yudi. 1997. Pengajaran Bahasa Inggris. Malang: Penerit IKIP
Malang
Suhartono.
2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Diknas.
Suyanto, Kasihani K.E. 2008. English For Young Learners.
Jakarta: Bumi Aksara.
Milafaila.
2011. “Pemanfaatan Media Audio Visual sebagai Upaya untuk Meningkatkan
Penguasaan Bahasa Inggris Anak Usia Dini”. (Online) http://failashofagmail.wordpress.com/2011/05/05/21/. Diakses 22 November 2017.
Mulyadin,
Taufik. 2012. “Bahasa Inggris dan Pembentukan Karakter Anak Sejak Dini”.
(Online) http://pojokkangadin.blogspot.com/2012/02/bahasa-inggris-dan-pembentukan-karakter.html.
Diakses 22 November 2017.
http://lisa2608.blogspot.co.id/2009/08/beberapa-masalah-yang-dihadapi-siswa_23.html
Diakses
22 November 2017.
No comments:
Post a Comment