Sunday, November 26, 2017

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SEKOLAH-SEKOLAH DI INDONESIA (HARAPAN, KENYATAAN DAN TANTANGAN)



PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
PADA SEKOLAH-SEKOLAH DI INDONESIA
(HARAPAN, KENYATAAN DAN TANTANGAN)


Nama                                : Asrul Rahman
NIM                                  : 80200216064
Kelompok                         : 7 (Tujuh)
Jurusan                             : Pendidikan Agama Islam
Semester                           : II (Dua)
Dosen Pemandu               :    1.  Dr. Abd. Muin, M.Hum
                                               2.  Nur Akbar Rasyid, M.Ed., Ph.D

I.         PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Petikan naskah sumpah pemuda alinea ketiga berbunyi "Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia", merupakan rumusan para pemuda yang kemudian menjadi founding father bangsa Indonesia. Petikan naskah sumpah pemuda tersebut tampak jelas bahwa bangsa Indonesia mendaulat bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di kawasan republik Indonesia.[1] Menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, berarti kita telah menjunjung tinggi bahasa persatuan seperti yang telah diikrarkan dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Terbuka dan menerima bahasa asing yang telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat suatu negara bukan hal yang perlu ditutup-tutupi lagi, sebab seiring dengan perkembangan zaman dewasa ini dibutuhkan perkembangan dan pengembangan manusia, khususnya dalam melakukan interaksi sosial terhadap orang lain (orang asing) yang telah banyak masuk ke Indonesia, baik itu melalui sektor ekonomi, kebudayaan, pariwisata dan lain sebagainya.
Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing yang telah menjadi bahasa dunia internasional sulit untuk dibendung, sebab telah menjadi sebuah kebutuhan  dalam berinteraksi dengan masyarakat dunia.
 Komunikasi akan lebih mudah dilakukan dengan masyarakat dunia ketika menggunakan bahasa Inggris dibanding bahasa lain, sebab masyarakat dunia lebih familiar menggunakan bahasa Inggris sebagai alat untuk melakukan komunikasi lintas negara. 
Negara-negara di dunia, tidak sedikit yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua setelah bahasanya. Singapura misalnya, dalam melakukan komunikasi mereka kerap menggabungkan bahasa melayu sebagai bahasa nomor satunya dengan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.
Bahasa Inggris penting untuk dipelajari dan digunakan dalam berkomunikasi khususnya ketika melakukan interaksi dengan masyarakat asing yang masukdi negara Indonesia. Masyarakat asing akan lebih mudah memahami maksud yang ingin diutarakan dengan menggunakan bahasa Inggris daripada menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nomor satu di negara Republik Indonesia.
Di Indonesia, bahasa Inggris dimasukkan dalam muatan kurikulum,bahkan menjadi penentu kelulusan bagi siswa sekolah menengah pertama (SMP). Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia, bahasa Inggris menjadi hal penting untuk dipelajaridan diajarkan kepada siswa.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui lebih jauh Pembelajaran Bahasa Inggris pada Sekolah-Sekolah di Indonesia akan penulis uraikan lebih jauh pada pembahasan selanjutnya. 

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan sebagai rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimanakah sejarah pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia?
2.    Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah?
3.    Bagaimana tantangan dalam melakukan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah?

II.      PEMBAHASAN
A.    Sejarah Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia
Bahasa Inggris di Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan belanda, bahasa Inggris diajarkan di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang setara dengan SMP dan AMS (Algemeene Middlebare School) yang setara dengan SMA.[2] Pengajaran bahasa Inggris ini dilakukan sebab mayoritas peserta didik yang belajar adalah keturunan Belanda, namun juga diberikan kesempatan bagi masyarakat pribumi secara khusus untukbelajar di MULO dan AMS.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, bahasa Inggris dan Belanda dilarang di Indonesia sebagai wilayah jajahan Jepang. Bahasa Inggris kembali digunakan pada tahun 1945 setelah Indonesia telah diproklamirkan kemerdekaannya.[3] Bahasa Inggris secara resmi diajarkan sebagai bahasa asing di sekolah-sekolah Indonesia seiring dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1967.[4] Sejak saat itu, perubahan menteri, kurikulum, keadaan politik, ekonomi dan perkembangan ilmu pendidikan, terus mewarnai perkembangan pengajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia.
Mulai dari sistem pengajaran di mana siswa diwajibkan menghapal sekian ratus kata dan artinya dalam waktu tertentu, menguasai grammar, lalu berubah ke orientasi bahasa Inggris untuk komunikasi, sampai ke isu pengajaran bahasa Inggris untuk anak-anak saat ini.
Pada tahun 1960-an, ada dua kementrian yang mengurusi masalah pendidikan di Indonesia, yaitu Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan serta Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan.[5]
Kondisi politik 1960-an di mana faham komunis berjaya, membuat sebagian besar tenaga pengajar asing (khususnya dari negara barat) meninggalkan Indonesia, dan menciptakan kesenjangan proses perkembangan pendidikan.[6]
Kontroversi pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Sebagian pihak berpendapat mengajarkan bahasa Inggris pada siswa SD akan sangat bagus bagi perkembangan anak ke depannya. Namun di sisi lain, perbedaan kondisi sosial, ekonomi dan geo-politik daerah-daerah di Indonesia, menciptakan perbedaan kualitas sekolah dan latar belakang siswa, sehingga ada siswa-siswa yang jangankan berbahasa Inggris, bahasa Indonesia dasar saja mereka belum menguasai secara baik.
Keadaan dan kebijakan tersebut menandai kian mantap dan kokohnya bahasa Inggris sebagai bahasa asing dalam dunia pengajaran dan pendidikan di Indonesi. Sejalan dengan perkembangan zaman, pemerintah dan masyarakat Indonesia kian menyadari akan pentingnya bahasa Inggris dalam dunia pendidikan.
Sebagai bahasa internasional utama, bahasa Inggris penting untuk dikuasai oleh masyarakat Indonesia agar bangsa Indonesia tetap mampu mengikuti perkembangan kehidupan dunia. Dan cara yang paling baik dan sistematis agar bahasa Inggris dikuasai masyarakat, terutama generasi muda, adalah dengan mengajarkannya di sekolah sejak dini.
Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa bahasa Inggris telah ada di Indonesia sejak zaman penjajahan belanda sekitar tahun 1800-an, dimana bahasa Inggris dimasukkan dalam dunia pendidikan yang didirikan Belanda seperti MULO (setingkat SMP) dan AMS (setingkat SMA). 

B.     Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah-Sekolah
Bahasa Inggris secara resmi dimasukkan di sekolah-sekolah sebagai salah satu muatan kurikulum sesuai dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1967, dimasukkannya bahasa Inggris di sekolah-sekolah sebagai salah satu mata pelajaran yang dianggap penting dalam pembentukan sumber daya manusia Indonesia.
Dengan dimasukkannya bahasa Inggris sebagai salah satu muatan kurikulum di Indonesia,diharapkan manusia Indonesia setidaknya mampu melakukan komunikasi atau berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris yang telah menjadi lingua franca secara tersirat.
Diberbagai lini, baik itu ekonomi, pariwisata atau lainnya, bahasa Inggris kerap digunakan sebagai bahasa bisnis sehingga ketika melakukan transaksi bisnis seyogianya diperlukan bahasa Inggris sebagai penghubung dalam melakukan transaksi tersebut.
Bahasa Inggris di tingkat SMP dan SMA menjadi salah satu mata pelajaran penentu kelulusan. Siswa yang rendah bahasa Inggrisnya ketika diadakan Ujian Nasional berpotensi untuk tidak lulus.
 Olehnya itu, pentingnya pembelajaran bahasa Inggris bagi pelajar, maka sedini mungkin diberlakukan secara nasional pembelajaran bahasa Inggris sejak SD. Dengan harapan, bahwa siswa yang telah berada di tingkat SMP dan SMA tidak lagi kewalahan dalam belajar bahasa Inggris disebabkan karena telah memiliki dasar dari SD.[7]
Pengembangan pengajaran Bahasa Inggris tampak jelas setelah Mr. Wachendorf, orang pertama yang menjabat Kepala Inspektorat Pusat Pengajaran Bahasa Inggris di Departemen Pendidikan, menyatakan bahwa Bahasa Inggris berkedudukan sebagai bahasa asing pertama yang harus diajarkan di sekolah-sekolah menengah di Indonesia.[8]
Adapun tujuan pengajaran Bahasa Inggris, menurut Wachendorf ialah untuk membekali siswa dengan "working knowledge of English".[9] Pengajaran Bahasa Inggris tersebut diperkuat dengan Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, No. 096/1967, yang masih berlaku sampai sekarang.
Tujuan akhir dari pengajaran Bahasa Inggris di dalam kurikulum 1946, 1953, 1962,1968, 1975, 1984, 1994 untuk SMP/SLTP, dan 1950, 1962, 1968, 1975, 1984, 1994 untuk SMA/SMU, pada prinsipnya sama, yaitu membekali siswa dengan kemahiran Bahasa Inggris dengan penguasaan kecakapan: membaca, mendengar, menulis, dan berbicara. Akan tetapi, di dalam kurikulum 1984 dan 1994 disebutkan prioritasnya berubah menjadi: membaca, menyimak, berbicara, dan menulis.[10]
Program-program pengajaran bahasa Inggris berubah sesuai dengan perubahan kurikulum dalam rangka menjawab tuntutan perkembangan pendidikan khususnya dan masyarakat pada umumnya, tetapi tetap mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan di dalam kurikulum.
Dalam kaitan perubahan kurikulum itu, materi pengajaran yang diberikan untuk siswa SMP dan SMA dari kurikulum yang satu ke yang lain pada hakekatnya sama, hanya penyajiannya (kemasannya) yang berbeda. Selain itu, metode pengajaran yang digunakan disebutkan bahwa perubahan metode dimulai dari metode Gramatika-Terjemahan (Grammar-Translation Method), metode Langsung (Direct Method), pendekatan Aural-Oral (Aural Oral Approach), menjadi pendekatan komunikatif (Communicative Approach).[11]
Semua program pengajaran bahasa Inggris yang telah diatur di dalam kurikulum tidak akan tercapai tanpa adanya guru-guru yang berkualitas. Untuk itu, keberadaan dan perkembangan Lembaga Pendidikan Guru (LPG) perlu ditelusuri untuk mengetahui seberapa jauh lembaga-lembaga ini telah berperan. LPG yang pada awalnya berbentuk in-service training, seperti B-1, PGSLP dan PGSLA, Balai Pendidikan Guru, Pusat Bahasa Inggris, berubah menjadi pre-service training, seperti STC, dan Program Pendidikan Guru untuk tingkat perguruan tinggi (PTPG, FKIP, IKIP, STKIP, Universitas Terbuka).[12]
Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris yang dilakukan di sekolah-sekolah pada hakikatnya sama dengan tujuan membekali keterampilan bagi siswa untuk menulis, membaca, berbicara, dan mendengar. Sehingga terdapat ketimpangan dalam pelaksanaannya yang bersifat sangat dasar yaitu berputar pada empat aspek menulis, membaca, berbicara, dan mendengar. Padahal seharusnya dibuthkan pengembangan yang lebih dalam lagi terkait dengan pengajaran bahasa Inggris sehingga dalam pelaksanaannya melahirkan output yang berkualitas. 

C.    Tantangan dalam Melakukan Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah-Sekolah
Adapun tantangan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah di Indonesia terkait dengan pengajaran bahasa Inggris adalah :
1.    Guru
Kata guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia diartikan dengan orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Sedangkan profesionalitas berasal dari kata profesi yang dapat diartikan sebagai jenis pekerjaan yang khas atas pekerjaan yang memerlukan pengetahuan atau dapat  juga berarti beberapa  keahlian  dengan  orang lain, instansi, atau sebuah lembaga. Profesional adalah seseorang yang memiliki saperangkat pengetahuan atau keahlian yang khas dari profesinya.
Profesionalitas merupakan kepemilikan seperangkat keahlian atau kepakaran  di bidang tertentu yang dilegalkan berhak dengan sertifikat oleh sebuah lembaga. Seorang yang profesional berhak memperoleh  reward yang layak dan wajar yang menjadi pendukung utama dalam merintis kariernya kedepan.[13]
Salah satu tokoh pendidikan Islam mengartikan guru secara umum memiliki tanggung jawab mendidik. Secara khusus, guru adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan murid dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi murid, baik potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik. Sedangkan Syaiful Sagala mengartikan profesional adalah seseorang yang ahli dalam pekerjaannya.[14]
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah seseorang yang mempunyai keahlian atau kemampuan khusus membimbing membina peserta didik, baik dari segi intelektual, spiritual, maupun emosional dan profesional dalam Islam khususnya dibidang pendidikan, seseorang harus benar-benar mempunyai kualitas keilmuan kependidikan dan keinginan yang memadai guna menunjang tugas jabatan profesinya, serta tidak semua orang bisa melakukan tugas dengan baik.
Guru menjadi penentu utama keberhasil proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah, sebab guru adalah ujung tombak transfer pengetahuan kepada siswanya. Guru yang mengajarkan bahasa Inggris dengan menggunakan metode pengajaran yang menarik akan memberikan kesan yang positif kepada siswa sehingga siswa tertarik untuk serius dalam belajar.
Olehnya itu, guru yang kaya akan metode pengajaran dalam mengajarkan bahasa Inggris di sekolah-sekolah memiliki peluang keberhasilan yang lebih besar. Sebaliknya, guru yang miskin metode dalam melakukan pengajaran bahasa Inggris di sekolah akan sulit untuk diterima dengan baik oleh siswa disebabkan karena teknik penyuguhan materi yang kurang diminati oleh siswa.
Dengan demikian,maka dapat disimpulkan bahwa, guru menjadi hal inti dalam pengajaran bahasa Inggris di sekolah, dimana guru yang profesional dalam tugasnya, kaya akan penggunaan metode mengajar akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berhasil dalam mengajarkan bahasa Inggris terhadap siswa.
2.    Level Pengajaran
Pengajaran bahasa Inggris sebaiknya diajarkan sedini mungkin di sekolah-sekolah, seperti di SD. Hal ini bertujuan agar siswa tidak menganggap bahasa Inggris sebagai sesuatu yang baru dan sulit untuk diterima oleh akalnya.
Seiring dengan perkembangan zaman dewasa ini, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam berbahasa asing khususnya bahasa Inggris yang telah menjadi bahasa internasional.
Sekolah saat ini, kaitannya dengan pengajaran bahasa Inggris hanya dikhususkan untuk SMP dan SMA semata, sedangkan di SD masih diperdebatkan. Sebab kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan sehingga dipandang belum siap untukmengajarkan bahasa Inggris sejak dini, selain keterbatasan guru juga dipengaruhi oleh bahasa lokal yang masih kental sehingga menggunakan bahasa Indonesia sendirisebagai bahasa ibu masih sulit untuk diucapkan oleh sebagian wilayah yang ada di Indonesia.
Kesulitan seperti inilah sehingga pemerintah mengambil kebijakan bahwa pengajaran bahasa Inggris tidak diwajibkan di sekolah dasar (SD), pengajaran bahasa Inggris diwajibkan hanya bagi sekolah menengah pertama dan tingkat atas (SMP / SMA), akibatnya siswa menganggap bahasa Inggris sebagai sesuatu yang baru dan berat untukmereka cerna.
Pentingnya pengajaran bahasa Inggris sejak dini dapat membantu siswa setelah naik kejenjang yang lebih tinggi dalam belajar bahasa Inggris. Padahal untuknegara-negara yang berada dalamtahapan berkembang seperti negara tetangga Malaysia telah mengajarkan bahasa Inggris sejak dasar, sehingga hasilnya setelah siswa naik ke jenjang kelas yang lebih tinggi tidak takut dan merasa asing lagi dengan bahasa Inggris, sebab telah memiliki dasar dari level sebelumnya.
Untuk itu, dapat dipahami bahwa tantangan yang dihadapi dalam melakukan proses pembelajaran bahasa Inggris adalah dasar pengajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah tidak dini diberikan kepada siswa, siswa disuguhkan bahasa Inggris pada level SMP dan SMA sehingga mereka menganggap bahasa Inggris sebagai sesuatu yang baru dan rumit untuk dipahami. Selain itu, siswa di sebagian besar wilayah Indonesia masih banyak yang menggunakan bahasa lokal, sehingga untuk menggunakan bahasa ibu atau bahasa Indonesia sendiri sulit diucapkan oleh siswa akibat kentalnya pengaruh bahasa daerah.  
3.    Penerapan aturan yang tidak merata
Penggunaan bahasa Inggris di jenjang dasar hanya diberlakukan bagi sekolah-sekolah tertentu saja dalam memasukkan bahasa Inggris dalam muatan kurikulum yang disusun di sekolah sebagai muatan lokal. Akibatnya proses pengajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah yang berada di Indonesia tidak merata, sehingga untuk menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan masih sangat jauh dari apa yang diharapkan.
Padahal pengajaran bahasa Inggris yang dilakukan dari level dasar memberikan efek positif yang sangat besar dalam kemajuan pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional di lingkup dunia pendidikan.
Sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa Inggris di Indonesia sebagai bahasa pengantar hanya sekolah tertentu semata,bahkan tidak sedikit sekolah tersebut adalah milik asing.
Untuk itu, diperlukan satu aturan yang mengikat dari pemerintah untuk menetapkan bahasa Inggris diberlakukan bagi seluruh sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, tidak hanya jenjang menengah saja, tetapi mulai diterapkan dijenjang dasar. 

III.   PENUTUP
Sebagai kesimpulan dalampenulisan ini adalah :
1.      Pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia telah ada pada zaman penjajahan Belanda, dimana bahasa Inggris menjadi salah satu pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah-sekolah Belanda yang ada di Indonesia seperti Mulo dan AMS.
2.      Bahasa Inggris dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia secara resmi pada tahun 1967 berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan.
3.      Tantangan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah berasal dari 3 hal yaitu guru, level pengajaran dan penerapan aturan yang tidak merata menjadi penghambat keberhasilan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad. 1997. Pengembangan Kurikulum. Bandung : Pustaka Setia
Alwi et.al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Ed. III; Jakarta : Balai Pustaka
Degeng, Nyoman S. 2004. Paradigma Baru Sistem Pembelajaran. Malang : Universitas Negeri Malang
Sadtono, Eugenius. 1992. A Concise History of Teaching English as a Foreign Language in Indonesia. Surabaya: Widya Mandala Catholic University
Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2006.  Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Syaodih, Nana dan Sukmadinata. 2004. Pengembangan Kurikulum Treori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya
Yamin, Martinis. 2008. Profesionalisme Guru & Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press



[1] Alwi et.al, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Ed. III; Jakarta : Balai Pustaka, 2003), h. 1
[2] Eugenius Sadtono, A Concise History of Teaching English as a Foreign Language in Indonesia (Surabaya: Widya Mandala Catholic University, 1992), h. 1
[3] Eugenius Sadtono, A Concise History of Teaching English as a Foreign Language in Indonesia, h. 2
[4] Eugenius Sadtono, A Concise History of Teaching English as a Foreign Language in Indonesia, h. 4
[5] Nyoman S Degeng, Paradigma Baru Sistem Pembelajaran (Malang : Universitas Negeri Malang, 2004),h. 24
[6] Nyoman S Degeng, Paradigma Baru Sistem Pembelajaran, h. 25
[7] Wina Sanjaya,  Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 17
[8] Nyoman S Degeng, Paradigma Baru Sistem Pembelajaran, h. 30
[9] Nyoman S Degeng, Paradigma Baru Sistem Pembelajaran, h. 30
[10] Nana Syaodih dan Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Treori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 29
[11] Muhammad Ahmad, Pengembangan Kurikulum (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 174
[12] Muhammad Ahmad, Pengembangan Kurikulum, h. 174
[13] Martinis Yamin, Profesionalisme Guru & Implementasi KTSP (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 6
[14] Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h.1

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...