Monday, November 20, 2017

Bangsa Arab Pra Islam



ABSTRAK
Pembahasan sejarah peradaban sejarah dan Kebudayaan Islam oleh ahli-ahli sejarah diawali dengan uraian tentang sejarah bangsa Arab sebelum Islam. Hal ini tentu relevan, mengingat negeri dan bangsa Arab adalah yang pertama kali mengenal dan menerima Islam. Adalah suatu fakta bahwa agama Islam diturunkan di jazirah Arab; karena itu sudah barang tentu bangsa Arablah yang pertama kali mendengar dan menghayati dan mengenal Islam.

Sejarah perkembangan masyarakat Arab dalam kenyataan tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa Arab adalah suatu bangsa yang diasuh dan dibesarkan Islam; dan juga Islam didukung dan berkembang luaskan oleh bangsa arab. Dengan jelas sejarah menunjukan bahwa kemajuan bangsa Arab sampai menjadi bangsa besar, Demikian pula, islam cepat tersiar dan tersear luas ke penjuru dunia, berkat peranan islam.

Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang Sejarah Bangsa Arab pra Islam ditinjau dari letak peradaban bangsa arab Pra-Islam, kehidupan keagamaan bangsa arab, situasi politik dan masyarakat.

A.        Pendahuluan 
Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk dalam ras atau rumpun causasoid, meliputi wilayah mediteranean. Bangsa Arab hidup berpindah-pindah, nomad karena tanahnya sendiri dari Gurun pasir dan jarang sekali turun hujan dan hidup dalam budaya kesukuan.[1]
Masyarakat Arab hidup dalam organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku (trible) dan dipimpin oleh Shaikh.[2]
Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di atas segalanya. Ciri-ciri ini merupakan fenomena universal yang berlaku pada hampir di setiap tempat dan waktu. Bila sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda dengan antar kabilah. Interaksi antar kabilah tidak menganut konsep kesetaraan; yang kuat di atas dan yang lemah di bawah. Ini tercermin, misalnya, dari tatanan rumah di Mekah kala itu.
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan berbagai hal. Letak geografis yang cukup strategis, terutama kawasan pesisir yang pada waktu itu ramai dilalui kapal-kapal pedagang Eropa yang hendak menuju India, Asia Tenggara, Cina dan sekitarnya, telah membuat kawasan ini lebih maju.
Masyarakat umumnya berwatak berani, keras, dan bebas. Mereka telah lama mengenal agama. Nenek moyang mereka pada mulanya memeluk agama Nabi Ibrahim. Akan tetapi, untuk menampilkan keberadaan Tuhan mereka membuat patung berhala dari batu, yang menurut perasaan mereka patung itu dapat dijadikan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan.
Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama sekali tidak memiliki peradaban. Kebudayaan mereka yang paling menonjol adalah bidang sastra, khususnya syair Arab. Perekonomian penduduk negeri Mekah umumnya baik karena mereka menguasai jalur darat di seluruh Jazirah.
B.     Pembahasan
Jazirah Arab menjelang kelahiran Islam diapit oleh dua kerajaan besar yaitu Romawi Timur di sebelah barat sampai ke laut Adriatik dan Persia di sebelah timur sampai ke sungai Dijlah. Kedua kerajaan besar itu disebut hegemoni di wilayah sekitar Timur Tengah.
Bangsa Arab mempunyai rentang panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Caucasoid. Masih bagian Subras Mediteranian yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabiyah dan Irania.
Bangsa arab hidup berpindah-pindah, karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti tumbuhnya stepa (padang rumput) yang tumbuh secara sporadic di tanah Arab di sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan.
Bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk jazirah arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: Qathaniyun (keturunan Qathan) dan ‘Adaniyun (keturuan Ismail ibn Ibrahim As)

1.      Asal-Usul Bangsa Arab
Menurut para sejarawan asal mula bangsa arab terbagi menjadi 3 kaum/suku yang berada di jazira arab, Adapun suku itu, yaitu :
-          Arab Ba’idah
     Yaitu bangsa Arab yang telah musnah yaitu, orang-orang Arab yang telah lenyap jejaknya. Jejak mereka tidak dapat diketahui kecuali hanya terdapat dalam catatan kitab-kitab suci. Arab Ba'idah ini termaksud suku bangsa arab yang dulu pernah mendiami Mesopotamia akan tetapi, karena serangan raja namrud dan kaum yang berkuasa di Babylonia, sampai Mesopotamia selatan pada tahun 2000 SM suku bangsa ini berpencar dan berpisah ke berbagai daerah, di antara kabilah mereka yang termaksud adalah: 'Aad, Tsamud, Ghasan, Jad.


-          Arab Aribah
Yaitu cikal bakal dari rumpun bangsa Arab yang ada sekarang ini. Mereka berasal dari keturunan Qhattan yang menetap di tepian sungai Eufrat kemudian pindah ke Yaman. Suku bangsa arab yang terkenal adalah: Kahlan dan Himyar. Kerajaan yang terkenal adalah kerajaan Saba' yang berdiri abad ke-8 SM dan kerajaan Himyar berdiri abad ke-2 SM.

-          Arab Musta'ribah
Yaitu menjadi arab atau peranakan disebut demikian karena waktu Jurhum dari suku bangsa Qathan mendiami Mekkah, mereka tinggal bersama nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar. Nabi Ismail yang bukan keturunan Arab, mengawini wanita suku Jurhum. Arab Musta'ribah sering juga disebut Bani Ismail bin Ibrahim ismail (Adnaniyyun).[3]

2.      Geografis Arabiyah
Wilayah Arab merupakan wilayah padang pasir yang terletak di bagian barat daya Asia. Arabia adalah padang pasir terluas dan tergersang di dunia. Luas wilayahnya 120.000 mil persegi. Wilayah Arab merupakan wilayah strategis dalam peta dunia zaman kuno, ketika benua Australia dan Amerika belum dikenal orang, karena letaknya berada pada posisi pertemuan tiga benua yaitu Asia, Eropa, dan Afrika. Wilayah bagian utara, Arabia berbatasan dengan lembah gurun Syria, sebelah timur berbatasan dengan dataran tinggi Persia, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan laut Merah. Karena dikelilingi laut pada ketiga sisinya maka disebut “Jazirah Arabia” (kepulauan Arabia).

Istilah jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau. Jadi “Jazirah Arab” berarti “pulau Arab”. Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu dengan “Shibhul Jazirah” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Semenanjung”. Dilihat dari peta, Jazirah Arab berbentuk persegi panjang yang sisi-sisinya tidak sejajar. Batasan-batasan alam yang membatasi Jazirah Arab adalah :
- Di bagian barat:berbatasan dengan Laut Merah.
- Di bagian timur:berbatasan dengan Teluk Arab.
- Di bagian utara:berbatasan dengan Gurun Irak dan Gurun Syam.
- Di bagian selatan:berbatasan dengan Samudra Hindia.

Jazirah Arab terbagi atas dua bahagian yaitu bagian tengah dan bagian tepi.  Setiap bagian memiliki bentangan alam tersendiri. Bagian tengah terdiri dari daerah pegunungan yang amat jarang dituruni hujan. Di bagian tengah inilah orang Badui tinggal. Bagian tengah dari Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian yang lebih kecil yaitu: Bagian utara yang disebut Najed dan bagian selatan yang disebut Al-Ahqaf. Bagian selatan penduduknya amat sedikit.

3.      Peradaban Bangsa Arab Pra-Islam
Arab sebagai lalu lintas perdagangan penting terutama Mekah yang merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, baik karena meluasnya pengaruh perdagangannya ke Persia dan Bizantium di sebelah selatan dan Yaman di sebelah utara atau karena pasar-pasar perdagangannya yang merupakan wilayah terpenting di Jazirah Arab, menjadikannya kaya dan tempat bertemunya aliran-aliran kebudayaan. Mekah merupakan pusat peradaban kecil. Bahkan masa Jahiliah bukan masa kebodohan dan kemunduran seperti ilustrasi para sejarahwan, tetapi bisa saja merupakan masa-masa peradaban tinggi. Kebudayaan sebelah utara sudah ada sejak seribu tahun sebelum masehi. [4]

Fakta di atas menunjukkan bahwa pengertian Jahiliah yang tersebar luas di antara kita perlu diluruskan agar tidak terulang kembali salah pengertian. Pengertian yang tepat untuk masa Jahiliah bukanlah masa kebodohan yang masih membutuhkan banyak kajian.

Pencapaian mereka membuktikan luasnya interaksi dan wawasan mereka kala itu, seperti bendungan Ma’rib yang dibangun oleh kerajaan Saba`, bangunan-bangunan megah kerajaan Ḥimyar, ilmu politik dan ekonomi yang terwujud dalam eksistensi kerajaan dan perdagangan, dan syi’ir-syi’ir Arab yang menggugah. Sebagian syi’ir terbaik mereka dipajang di Ka’bah. Memang persoalan apakah orang Arab bisa menulis atau membaca masih diperdebatkan.

Tetapi fakta tersebut menunjukkan adanya orang yang bisa mambaca dan menulis, meski tidak semuanya. Mereka mengadu ketangkasan dalam berpuisi, bahkan hingga Islam datang tradisi ini tetap ada. Bahkan al-Quran diturunkan untuk menantang mereka membuat seindah mungkin kalimat Arab yang menunjukkan bahwa kelebihan mereka dalam bidang sastra bukan main-main, karena tidak mungkin suautu mukjizat ada kecuali untuk membungkam hal-hal yang dianggap luar biasa.

4.      Kehidupan Keagamaan Bangsa Arab
Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebagian bangsa Arab di Hijaz (Mekah, Yatsrib, Thaif, dan sekitarnya) sudah memiliki kepercayaan, tradisi, dan pengaruh 3 agama besar saat itu ; Yahudi (pembawa agamanya dinisbahkan kepada Nabi Musa), Kristen (pembawa agamanya dinisbahkan kepada Nabi Isa Al-Masih/Yesus Kristus), Zoroaster/Majusi (pembawa agamanya dinisbahkan kepada Zaratustra).

Agama Yahudi sampai ke Jazirah Arab oleh bangsa Israel dari negeri Asyur. Mereka diusir oleh kerajaan Romawi yang beragama Masehi dan bangsa Asyur ini berangsur-angsur mendiami Yastrib (Madinah) dan sekitarnya dan mereka menyebarkan agama Yahudi tersebut.
Sebelum Islam penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam, dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideologi, keyakinan keagamaan. Bangsa Arab sebelum Islam telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi turun temurun sejak nabi Ibrahim as dan Ismail as.al-Qur’an menyebut agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan mematikan, Tuhan yang memberi rezeki dan sebagainya.

Kepercayaan yang menyimpang dari agama yang Hanif disebut dengan Watsniyah, yaitu agama yang mempersyarikatkan Allah dengan mengadakan penyembahan kepada, Anshab, batu yang memiliki bentuk, Autsa, patung yang terbuat dari batu Ashnam, patung yang terbuat dari kayu, emas, perak, logam dan semua patung yang tidak terbuat dari batu.

Berhala atau patung yang pertama yang mereka sembah adalah : Hubal. Dan kemudian mereka membuat patung-patung seperti Lata, Uzza, Manata, dll. Tidak semua orang arab jahiliyah menyembah Watsaniyah ada beberapa kabilah yang menganut agama Yahudi dan Masehi. Agama Yahudi dianut oleh bangsa Yahudi yang termaksud rumpun bangsa Samiah (semit).

5.      Situasi Politik
Kondisi politik saat itu, didominasi oleh dua kerajaan besar yaitu; Persia/ Sasaniah di belahan timur dunia, berpusat di Isfahan (Iran) di bawah kekuasaan Khusraw II, dan Bizantium/Romawi Timur di belahan barat dunia, berpusat di konstantinopel (Turki), dibawah kekuasan Kaisar Maurice yang bergelar Augustus,  keturunan Augustus1, dengan Kristen sebagai agama resmi Negara.

Kerajaan Persia/Sasaniah adalah kerajaan turun temurun dari penguasa beberapa belahan dunia yang sangat terkenal yaitu; Iskandar Zulkarnain (The Great Alexander/Alexander yang Agung), yang setelah kematiannya, kerajaan Persia / Sasaniah terpecah belah menjadi beberapa kerajaan kecil karena berbagai faktor diantaranya; Perebutan kekuasaan, Ketidakstabilan politik, Disintegrasi bangsa,  Kelemahan ekonomi, dan lain-lain.

Sedangkan kerajaan Romawi yang sudah berabad-abad menguasai beberapa belahan dunia, terutama dunia bagian barat/ sebagian Eropa, menjadi negara super power bersaing ketat dengan kerajaan Persia / Sasania di belahan timur dunia / sebagian Asia dan Afrika.

Romawi menalami pembaian kerajaan menjadi 2 negara itu adalah; Romawi Barat,  dengan ibukota Roma (di Italia), dan Romawi Timur/Bizantium, dengan ibukota Konstantinopel ( di Turki). Pada tahun 410 M kerajaan Romawi Barat runtuh, dihancurkan oleh serbuan bangsa Gothia (dari wilayah Jerman dan Perancis). Sedangkan kerajaan Romawi Timur dapat terus bertahan hingga beberapa abad berikutnya.

Antara kedua kerajaan super power dunia saat itu (Bizantium/Romawi Timur dan Persia/Sasaniah) selalu terjadi peperangan yang berkepanjangan. Diantara penyebabnya adalah memperebutkan perluasan daerah kekuasaan, dalam hal ini terutama pesisir laut tengah, Mesir, dan Siria, untuk dijadikan basis militer dan armada angkatan laut masing-masing kerajaan.Sebagaimana tergambar dalam surat  Ar-Rum, Q.S. 30; 1-4.

6.      Sosial Budaya
Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah. Mereka termasuk ras atau rumpun bangsa kaukasoid, sebagaimana ras-ras yang mendiami daerah Mediteranian, dan kawasan sekitarnya.[5]

Bangsa Arab hidup berpindah-pindah (nomad). Demikian ini karena kondisi tanah tempat mereka hidup terdiri dari gurun pasir kering dan minim turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat lain mengikuti tumbuhnya stepa (padang rumput) yang muncul secara sporadis di sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan. Padang rumput diperlukan badui Arab untuk kebutuhan makan binatang ternak seperti kuda, onta dan domba.

Kondisi politik saat itu, didominasi oleh dua kerajaan besar yaitu; Persia/ Sasaniah di belahan timur dunia, berpusat di Isfahan (Iran) di bawah kekuasaan Khusraw II, dan Bizantium/Romawi Timur di belahan barat dunia, berpusat di konstantinopel (Turki), dibawah kekuasan Kaisar Maurice yang bergelar Augustus,  keturunan Augustus1, dengan Kristen sebagai agama resmi Negara






















C.     Kesimpulan
Masyarakat Arab, baik nomaden maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku (trible) dan dipimpin oleh Shaikh.[6]

Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di atas segalanya. Ciri-ciri ini merupakan fenomena universal yang berlaku di setiap tempat dan waktu. Bila sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda dengan antar kabilah. Interaksi antar kabilah tidak menganut konsep kesetaraan; yang kuat di atas dan yang lemah di bawah.[7]

Arab sebagai lalu lintas perdagangan penting terutama Mekah yang merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, baik karena meluasnya pengaruh perdagangannya ke Persia dan Bizantium di sebelah selatan dan Yaman di sebelah utara atau karena pasar-pasar perdagangannya yang merupakan wilayah terpenting di Jazirah Arab.










DAFTAR PUSTAKA
Ali Mufrrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, 1997, Jakarta: Logos, hal. 5.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2010)
Dr Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta : Logos, 1987)
Tim Penyusun, Kurikulum KMI Pondok Modern Darussalam Gontor; Tarikh Islam Untuk Kelas Satu, KMI Gontor, Ponorogo H,)
Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, M.A. ; Masyarakat Arab Pra Islam, dalam Akar  dan Awal, pada Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jil. 1, Pt. Ichtiar Baru Van  Hoeve, th. 2005, Jakarta).



[1] Dr Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta : Logos, 1987),  h 5
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2010) , h 11.
[3] Tim Penyusun Kurikulum KMI Pondok Modern Darussalam Gontor; Tarikh Islam Untuk Kelas Satu, KMI Gontor, Ponorogo. 1425) .

[4] (Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, M.A. Masyarakat Arab Pra Islam, dalam 
Akar  dan Awal, pada Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jil. 1, Pt. Ichtiar Baru Van  Hoeve, th. 2005, Jakarta).

[5] Ali Mufrrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, 1997, Jakarta: Logos, hal. 5.
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2010, Jakarta: Rajawali Press, hal. 11.

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...