ABSTRAK
Pembahasan sejarah peradaban sejarah
dan Kebudayaan Islam oleh ahli-ahli sejarah diawali dengan uraian tentang
sejarah bangsa Arab sebelum Islam. Hal ini tentu relevan, mengingat negeri dan
bangsa Arab adalah yang pertama kali mengenal dan menerima Islam. Adalah suatu
fakta bahwa agama Islam diturunkan di jazirah Arab; karena itu sudah barang
tentu bangsa Arablah yang pertama kali mendengar dan menghayati dan mengenal Islam.
Sejarah perkembangan masyarakat Arab
dalam kenyataan tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa Arab
adalah suatu bangsa yang diasuh dan dibesarkan Islam; dan juga Islam didukung
dan berkembang luaskan oleh bangsa arab. Dengan jelas sejarah menunjukan bahwa
kemajuan bangsa Arab sampai menjadi bangsa besar, Demikian pula, islam cepat
tersiar dan tersear luas ke penjuru dunia, berkat peranan islam.
Dalam makalah ini akan menjelaskan
tentang Sejarah Bangsa Arab pra Islam ditinjau dari letak peradaban bangsa arab
Pra-Islam, kehidupan keagamaan bangsa arab, situasi politik dan masyarakat.
A.
Pendahuluan
Bangsa Arab mempunyai akar
panjang dalam sejarah, mereka termasuk dalam ras atau rumpun causasoid, meliputi
wilayah mediteranean. Bangsa Arab hidup berpindah-pindah, nomad karena
tanahnya sendiri dari Gurun pasir dan jarang sekali turun hujan dan hidup dalam
budaya kesukuan.[1]
Masyarakat Arab hidup dalam organisasi
dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas
yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku (trible) dan dipimpin oleh Shaikh.[2]
Keadaan itu menjadikan loyalitas
mereka terhadap kabilah di atas segalanya. Ciri-ciri ini merupakan fenomena
universal yang berlaku pada hampir di setiap tempat dan waktu. Bila sesama
kabilah mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda dengan antar
kabilah. Interaksi antar kabilah tidak menganut konsep kesetaraan; yang kuat di
atas dan yang lemah di bawah. Ini tercermin, misalnya, dari tatanan rumah di
Mekah kala itu.
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam
dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan berbagai hal. Letak
geografis yang cukup strategis, terutama kawasan pesisir yang pada waktu itu
ramai dilalui kapal-kapal pedagang Eropa yang hendak menuju India, Asia
Tenggara, Cina dan sekitarnya, telah membuat kawasan ini lebih maju.
Masyarakat umumnya berwatak
berani, keras, dan bebas. Mereka telah lama mengenal agama. Nenek moyang mereka
pada mulanya memeluk agama Nabi Ibrahim. Akan tetapi, untuk menampilkan
keberadaan Tuhan mereka membuat patung berhala dari batu, yang menurut perasaan
mereka patung itu dapat dijadikan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan.
Namun demikian, bukan berarti
masyarakat Arab pada waktu itu sama sekali tidak memiliki peradaban. Kebudayaan mereka
yang paling menonjol adalah bidang sastra, khususnya syair Arab. Perekonomian
penduduk negeri Mekah umumnya baik karena mereka menguasai jalur darat di
seluruh Jazirah.
B. Pembahasan
Jazirah Arab menjelang kelahiran Islam
diapit oleh dua kerajaan besar yaitu Romawi Timur di sebelah barat sampai ke
laut Adriatik dan Persia di sebelah timur sampai ke sungai Dijlah. Kedua
kerajaan besar itu disebut hegemoni di wilayah sekitar Timur Tengah.
Bangsa Arab mempunyai rentang panjang
dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Caucasoid. Masih bagian Subras
Mediteranian yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika
Utara, Armenia, Arabiyah dan Irania.
Bangsa arab hidup berpindah-pindah,
karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun
hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti
tumbuhnya stepa (padang rumput) yang tumbuh secara sporadic di tanah Arab
di sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan.
Bila dilihat dari asal-usul
keturunan, penduduk jazirah arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
Qathaniyun (keturunan Qathan) dan ‘Adaniyun (keturuan Ismail ibn
Ibrahim As)
1.
Asal-Usul Bangsa Arab
Menurut para sejarawan asal mula
bangsa arab terbagi menjadi 3 kaum/suku yang berada di jazira
arab, Adapun suku itu, yaitu :
-
Arab
Ba’idah
Yaitu
bangsa Arab yang telah musnah yaitu, orang-orang Arab yang telah lenyap
jejaknya. Jejak mereka tidak dapat diketahui kecuali hanya terdapat dalam
catatan kitab-kitab suci. Arab Ba'idah ini termaksud suku bangsa arab yang dulu
pernah mendiami Mesopotamia akan tetapi, karena serangan raja namrud dan kaum yang
berkuasa di Babylonia, sampai Mesopotamia selatan pada tahun 2000 SM suku
bangsa ini berpencar dan berpisah ke berbagai daerah, di antara kabilah mereka
yang termaksud adalah: 'Aad, Tsamud, Ghasan, Jad.
-
Arab
Aribah
Yaitu cikal bakal dari rumpun bangsa
Arab yang ada sekarang ini. Mereka berasal dari keturunan Qhattan yang menetap
di tepian sungai Eufrat kemudian pindah ke Yaman. Suku bangsa arab yang
terkenal adalah: Kahlan dan Himyar. Kerajaan yang terkenal adalah kerajaan
Saba' yang berdiri abad ke-8 SM dan kerajaan Himyar berdiri abad ke-2 SM.
-
Arab
Musta'ribah
Yaitu menjadi arab atau peranakan
disebut demikian karena waktu Jurhum dari suku bangsa Qathan mendiami Mekkah,
mereka tinggal bersama nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar. Nabi Ismail yang bukan
keturunan Arab, mengawini wanita suku Jurhum. Arab Musta'ribah sering juga
disebut Bani Ismail bin Ibrahim ismail (Adnaniyyun).[3]
2.
Geografis Arabiyah
Wilayah
Arab merupakan wilayah padang pasir yang terletak di bagian barat daya Asia.
Arabia adalah padang pasir terluas dan tergersang di dunia. Luas wilayahnya
120.000 mil persegi. Wilayah Arab merupakan wilayah strategis dalam peta dunia
zaman kuno, ketika benua Australia dan Amerika belum dikenal orang, karena
letaknya berada pada posisi pertemuan tiga benua yaitu Asia, Eropa, dan Afrika.
Wilayah bagian utara, Arabia berbatasan dengan lembah gurun Syria, sebelah
timur berbatasan dengan dataran tinggi Persia, sedangkan sebelah barat
berbatasan dengan laut Merah. Karena dikelilingi laut pada ketiga sisinya maka
disebut “Jazirah Arabia” (kepulauan Arabia).
Istilah jazirah dalam bahasa Arab
berarti pulau. Jadi “Jazirah Arab” berarti “pulau Arab”. Sebagian ahli sejarah
menamai tanah Arab itu dengan “Shibhul Jazirah” yang dalam bahasa Indonesia
berarti “Semenanjung”. Dilihat dari peta, Jazirah Arab berbentuk persegi
panjang yang sisi-sisinya tidak sejajar. Batasan-batasan
alam yang membatasi Jazirah Arab adalah :
- Di bagian barat:berbatasan dengan
Laut Merah.
- Di bagian timur:berbatasan dengan
Teluk Arab.
- Di bagian utara:berbatasan dengan
Gurun Irak dan Gurun Syam.
- Di bagian selatan:berbatasan
dengan Samudra Hindia.
Jazirah Arab terbagi atas dua
bahagian yaitu bagian tengah dan bagian tepi. Setiap bagian memiliki bentangan alam tersendiri.
Bagian tengah terdiri dari daerah pegunungan yang amat jarang dituruni hujan.
Di bagian tengah inilah orang Badui tinggal. Bagian tengah dari Jazirah Arab
terbagi menjadi dua bagian yang lebih kecil yaitu: Bagian utara yang disebut
Najed dan bagian selatan yang disebut Al-Ahqaf. Bagian selatan penduduknya amat
sedikit.
3. Peradaban Bangsa Arab Pra-Islam
Arab sebagai lalu lintas perdagangan
penting terutama Mekah yang merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, baik
karena meluasnya pengaruh perdagangannya ke Persia dan Bizantium di sebelah
selatan dan Yaman di sebelah utara atau karena pasar-pasar perdagangannya yang
merupakan wilayah terpenting di Jazirah Arab, menjadikannya kaya dan tempat
bertemunya aliran-aliran kebudayaan. Mekah merupakan pusat peradaban kecil.
Bahkan masa Jahiliah bukan masa kebodohan dan kemunduran seperti ilustrasi para
sejarahwan, tetapi bisa saja merupakan masa-masa peradaban tinggi. Kebudayaan
sebelah utara sudah ada sejak seribu tahun sebelum masehi. [4]
Fakta di atas menunjukkan bahwa
pengertian Jahiliah yang tersebar luas di antara kita perlu diluruskan agar
tidak terulang kembali salah pengertian. Pengertian yang tepat untuk masa
Jahiliah bukanlah masa kebodohan yang masih membutuhkan banyak kajian.
Pencapaian mereka membuktikan
luasnya interaksi dan wawasan mereka kala itu, seperti bendungan Ma’rib yang
dibangun oleh kerajaan Saba`, bangunan-bangunan megah kerajaan Ḥimyar, ilmu
politik dan ekonomi yang terwujud dalam eksistensi kerajaan dan perdagangan,
dan syi’ir-syi’ir Arab yang menggugah. Sebagian syi’ir terbaik mereka dipajang
di Ka’bah. Memang persoalan apakah orang Arab bisa menulis atau membaca masih
diperdebatkan.
Tetapi fakta tersebut menunjukkan
adanya orang yang bisa mambaca dan menulis, meski tidak semuanya. Mereka
mengadu ketangkasan dalam berpuisi, bahkan hingga Islam datang tradisi ini
tetap ada. Bahkan al-Quran diturunkan untuk menantang mereka membuat seindah
mungkin kalimat Arab yang menunjukkan bahwa kelebihan mereka dalam bidang
sastra bukan main-main, karena tidak mungkin suautu mukjizat ada kecuali untuk
membungkam hal-hal yang dianggap luar biasa.
4. Kehidupan
Keagamaan Bangsa Arab
Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebagian bangsa Arab di
Hijaz (Mekah, Yatsrib, Thaif, dan sekitarnya) sudah memiliki kepercayaan,
tradisi, dan pengaruh 3 agama besar saat itu ; Yahudi (pembawa agamanya
dinisbahkan kepada Nabi Musa), Kristen (pembawa agamanya dinisbahkan kepada
Nabi Isa Al-Masih/Yesus Kristus), Zoroaster/Majusi (pembawa agamanya
dinisbahkan kepada Zaratustra).
Agama Yahudi sampai ke Jazirah Arab
oleh bangsa Israel dari negeri Asyur. Mereka diusir oleh kerajaan Romawi yang
beragama Masehi dan bangsa Asyur ini berangsur-angsur mendiami Yastrib
(Madinah) dan sekitarnya dan mereka menyebarkan agama Yahudi tersebut.
Sebelum Islam penduduk Arab menganut
agama yang bermacam-macam, dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideologi,
keyakinan keagamaan. Bangsa Arab sebelum Islam
telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Kepercayaan ini
diwarisi turun temurun sejak nabi Ibrahim as dan Ismail as.al-Qur’an menyebut
agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui keesaan
Allah sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan mematikan, Tuhan yang
memberi rezeki dan sebagainya.
Kepercayaan yang menyimpang dari
agama yang Hanif disebut dengan
Watsniyah, yaitu agama yang mempersyarikatkan Allah dengan mengadakan
penyembahan kepada, Anshab, batu yang
memiliki bentuk, Autsa, patung yang
terbuat dari batu Ashnam, patung yang
terbuat dari kayu, emas, perak, logam dan semua patung yang tidak terbuat dari
batu.
Berhala atau patung yang pertama
yang mereka sembah adalah : Hubal. Dan kemudian mereka membuat patung-patung
seperti Lata, Uzza, Manata, dll. Tidak semua orang arab jahiliyah menyembah
Watsaniyah ada beberapa kabilah yang menganut agama Yahudi dan Masehi. Agama
Yahudi dianut oleh bangsa Yahudi yang termaksud rumpun bangsa Samiah (semit).
5. Situasi
Politik
Kondisi politik saat itu, didominasi oleh dua kerajaan besar
yaitu; Persia/ Sasaniah di belahan timur dunia, berpusat di Isfahan (Iran) di
bawah kekuasaan Khusraw II, dan Bizantium/Romawi Timur di belahan barat dunia,
berpusat di konstantinopel (Turki), dibawah kekuasan Kaisar Maurice yang
bergelar Augustus, keturunan Augustus1, dengan Kristen sebagai agama
resmi Negara.
Kerajaan Persia/Sasaniah adalah kerajaan turun temurun dari
penguasa beberapa belahan dunia yang sangat terkenal yaitu; Iskandar Zulkarnain
(The Great Alexander/Alexander yang Agung), yang setelah kematiannya, kerajaan
Persia / Sasaniah terpecah belah menjadi beberapa kerajaan kecil karena
berbagai faktor diantaranya; Perebutan kekuasaan, Ketidakstabilan politik,
Disintegrasi bangsa, Kelemahan ekonomi, dan lain-lain.
Sedangkan kerajaan Romawi yang sudah berabad-abad menguasai
beberapa belahan dunia, terutama dunia bagian barat/ sebagian Eropa, menjadi
negara super power bersaing ketat dengan kerajaan Persia / Sasania di belahan
timur dunia / sebagian Asia dan Afrika.
Romawi menalami pembaian kerajaan menjadi 2 negara itu
adalah; Romawi Barat, dengan ibukota Roma (di Italia), dan Romawi Timur/Bizantium,
dengan ibukota Konstantinopel ( di Turki). Pada tahun 410 M kerajaan Romawi
Barat runtuh, dihancurkan oleh serbuan bangsa Gothia (dari wilayah Jerman dan Perancis).
Sedangkan kerajaan Romawi Timur dapat terus bertahan hingga beberapa abad
berikutnya.
Antara kedua kerajaan super power dunia saat itu (Bizantium/Romawi
Timur dan Persia/Sasaniah) selalu terjadi peperangan yang berkepanjangan.
Diantara penyebabnya adalah memperebutkan perluasan daerah kekuasaan, dalam hal
ini terutama pesisir laut tengah, Mesir, dan Siria, untuk dijadikan basis
militer dan armada angkatan laut masing-masing kerajaan.Sebagaimana tergambar
dalam surat Ar-Rum, Q.S. 30; 1-4.
6. Sosial
Budaya
Bangsa Arab mempunyai akar
panjang dalam sejarah. Mereka termasuk ras atau rumpun bangsa kaukasoid,
sebagaimana ras-ras yang mendiami daerah Mediteranian, dan kawasan sekitarnya.[5]
Bangsa Arab hidup
berpindah-pindah (nomad). Demikian ini karena kondisi tanah tempat mereka hidup
terdiri dari gurun pasir kering dan minim turun hujan. Perpindahan mereka dari
satu tempat ke tempat lain mengikuti tumbuhnya stepa (padang rumput) yang
muncul secara sporadis di sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan.
Padang rumput diperlukan badui Arab untuk kebutuhan makan binatang ternak
seperti kuda, onta dan domba.
Kondisi politik saat itu, didominasi oleh dua kerajaan besar
yaitu; Persia/ Sasaniah di belahan timur dunia, berpusat di Isfahan (Iran) di
bawah kekuasaan Khusraw II, dan Bizantium/Romawi Timur di belahan barat dunia,
berpusat di konstantinopel (Turki), dibawah kekuasan Kaisar Maurice yang
bergelar Augustus, keturunan Augustus1, dengan Kristen sebagai agama
resmi Negara
C. Kesimpulan
Masyarakat
Arab, baik nomaden maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan. Organisasi
dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas
yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku (trible) dan dipimpin oleh Shaikh.[6]
Keadaan
itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di atas segalanya. Ciri-ciri
ini merupakan fenomena universal yang berlaku di setiap tempat dan waktu. Bila
sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda dengan
antar kabilah. Interaksi antar kabilah tidak menganut konsep kesetaraan; yang
kuat di atas dan yang lemah di bawah.[7]
Arab sebagai lalu lintas perdagangan
penting terutama Mekah yang merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, baik
karena meluasnya pengaruh perdagangannya ke Persia dan Bizantium di sebelah
selatan dan Yaman di sebelah utara atau karena pasar-pasar perdagangannya yang
merupakan wilayah terpenting di Jazirah Arab.
DAFTAR PUSTAKA
Ali
Mufrrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan
Arab, 1997, Jakarta: Logos, hal. 5.
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta: Rajawali Press, 2010)
Dr
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan
Arab, (Jakarta : Logos, 1987)
Tim Penyusun, Kurikulum KMI Pondok
Modern Darussalam Gontor; Tarikh Islam
Untuk Kelas Satu, KMI Gontor, Ponorogo H,)
Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, M.A. ;
Masyarakat Arab Pra Islam, dalam Akar dan Awal, pada Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, Jil. 1, Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve, th. 2005,
Jakarta).
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/masa-nabi-muhammad-saw-pada-periode.html,
diunduh 24 Maret 2017.
[1]
Dr Ali Mufrodi, Islam di Kawasan
Kebudayaan Arab, (Jakarta : Logos, 1987),
h 5
[2]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta: Rajawali Press, 2010) , h 11.
[3]
Tim
Penyusun Kurikulum KMI Pondok Modern Darussalam Gontor; Tarikh Islam Untuk Kelas Satu, KMI Gontor, Ponorogo. 1425) .
Akar dan Awal, pada Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,
Jil. 1, Pt. Ichtiar Baru Van
Hoeve, th. 2005, Jakarta).
[7] http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/masa-nabi-muhammad-saw-pada-periode.html,
diunduh 24 Maret 2017.
No comments:
Post a Comment