Monday, November 20, 2017

Bani Umayyah



ABSTRAK
Berakhirnya kekhalifaan Kulafaurrasyidin yang dipimpin oleh empat orang sahabat Nabi Muhammad Saw, yakni Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan terakhir Ali bin Abi Thalib. Tampuk kepemimpinan Umat Islam di Pegang oleh Klan Umayyah yang dipimpin Umayyah bin abi Sufyan setelah secara dramatis merebutnya dari Kulafaurrasyidin terakhir sepupu sekaligus menantu nabi Muhammad Saw yaitu Ali bin Abi Thalib.
Muawiyah dengan segala kekurangan dan kelebihannya tetap tercatat dalam sejarah sebagai seorang Khlifah yang mengantarkan imperium baru Islam. Muawiyah menjadi sosok kontroversional selain karena proses peralihan kekuasaan juga karena keluarganya semasa Nabi masih berdakwah di Mekkah merupakan penentang terbesar ajaran Islam terutama ayahnya Abu Sofyan dan Ibunya Hindun. Sehingga sampai sekarang ke Khalifaannya masih di pertentangkan Golongan Ahlul Sunnah Wal Jamaah tetap mengakuinya sedangkan yang paling keras menolak adalah Golongan Syiah, Muawiyah dinilai telah merebut kekhalifaan secara tidak sah dari tangan Ali bin Abi Thalib.
Bagaimanapun Juga sejarah harus tetap dilihat sebagai sejarah yang merupakan sumber pengajaran bagi kita yang hidup sekarang. Mungkin Muawiyah telah kafir sebagaimana yang di tuding Golongan Khawarij, Mungkin juga Muawiyah dianggap manusia serakah yang haus kekuasaan sebagaimana sangkaan Golongan Syiah, tapi tak dapat juga dimungkiri dari tangannyalah Imperium Islam menemukan jalannya melalui Dinasti yang Ia bangun.

A.     Proses Berdirinya Dinasti Umayyah
  1. Biografi Muawiyah bin Abi Sufyan
Nama lengkap Muawiyah bin Abi Sufyan adalah Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayah bin Harb bin Abdi Syams bin Abd Manaf al-Quraisy al-Amawi.. Muawiyah yang dijuluki Abu Abd Al-Rahman, dilahirkan kira-kira pada tahun ke-5 sebelum kenabian (606 M). Muawiyah masuk Islam pada perisrtiwa penaklukan kota Mekkah, ketika ia berusia lebih kurang 23 tahun.
Secara trah biologis Muawiyah merupakan cicit dari salah seorang yang cukup berpengaruh pada masa Arab Jahiliyah (Pra Islam) yakni Umaiyah bin Abudul Syams, dia hidup segenerasi dengan Hasyim bin Abdul Manaf yang merupakan Buyut dari Nabi Muhammad Saw, kedua Tokoh ini saling berebut pengaruh di kalangan Masyarakat Mekkah saat itu, Ayahnya bernama Abu Sofyan, ia adalah Tokoh Antogonis yang cukup berpengeruh pada awal dakwah Nabi Muhammad Saw, ia menolak segala dakwah nabi Muhmmad Saw untuk memeluk agama Islam, Bahkan terlibat dalam beberapa peperangan antara Kaum Muslimin dan orang yang menentang dan menolak Dakwah Nabi Muhammad Saw. Ibunya Bernam Hindun juga tak kalah gencarnya memusuhi Nabi Saw dan Ajarannya, yang paling fenomenal adalah saat Hindun memakan Jantung Hamzah Paman Nabi Saw Mentah-mentah setelah Sahid. Namun Keduanya Akhirnya memeluk Islam setelah ketundukan Mekkah pada Tahun 6 Hijriah[1].  Karena pada saat itu, sedikit sekali orang Arab yang memiliki kemampuan membaca dan menulis. Dari sinilah kemudian posisi Muawiyah menjadi semakin penting di dalam kehidupan sosial keagamaan dan politik ketika itu.
Sejak saat itulah tampaknya Muawiyah meniti kariernya, sehingga memiliki karier politik yang cukup baik di dalam pemerintahan pada masa khulafaur rasyidin, terutama sejak masa khalifah Umar bin Al-Khattab (13-24 H/634-644 M)[2].
  1. Peran  Siffin
Perang Shiffin(Mei-Juli 657 Masehi) merupakan agenda paling krusial bagi Muawiyah dalam karier politiknya yang  terjadi semasa zaman fitnah besar atau perang saudara pertama orang Islam dengan pertempuran utama terjadi dari tanggal 26-28 Juli. Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ali bin Abi Talib di tebing Sungai Furat yang kini terletak di Syria (Syam)[3].
Pada 1 Shafar tahun 37 Hijriah, Perang Shiffin meletus. Perang ini terjadi antara pasukan Imam Ali bin Abi Thalib melawan pasukan Muawiyah bin Abi Sufyan. Setelah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan, rakyat Madinah membaiat Imam Ali bin Abi Thalib dan mengangkat beliau sebagai khalifah. Namun, Muawiyah, seorang Gubernur di Damaskus, menolak menerima kepemimpinan Imam Ali dan melakukan perlawanan bersenjata. Akibatnya, kekhalifahan kaum muslimin direbut dari tangan Imam Ali bin Abi Thalib dan jatuh ke tangan Muawiyah.[4]
  1. Muawiyah menjadi Khalifah
Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari kemenangan pada peran Siffin dan atau  Kematian Ali bin Abi Thalib melainkan Muawiyah secara Individu memiliki kecakapan dan basic rasional yang kuat untuk membangun karir politiknya. Ada beberapa faktor lain, Pertama Dorongan kuat dari rakyat Suriah dan keluarga besar klan Umayyah, Kedua sebagai seorang administrator, muawiyah sangat kompetebel menempatkan para pembantunya  pada posisi yang tepat sesuai kapasitasnya. Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati bahkan telah mencapai tingkat “Hilm” sifat dikalangan pembesar Mekkah Zaman itu[5].
Perpindahan kekuasaan tersebut sekaligus menantai berakhirnya sistem Kulafaurrasyidin menjadi monarki yang diwariskan secara turun temurun. Secara singkat proses peralihan kekuasaan dari masa kulafaurrsyidin bermula dari sikap Hasan bin Ali menuntut kekhalifaan atas kematian Ayahnya. Tetapi keraguan selalu menyertai Hasan dan memang kelihatanya ia tidak memiliki keberanian dan dengan pertimbangan persatuan umat meskipun ia telah dinobatkan sebagai Khalifah selama lima bulan.  
Muawiyah di Bay’at pada bulan Rabi’ul Awal 41 H (661). Ketika itu, ia mengucapkan sumpah setia dihadapan dua putra Aliasan dan Husain serta seluruh Masyarakat, sehingga tahun dengan sebagai tahun al-Jamaah. Pemerintahannya, berpusat di Damaskus, sebuah kota yang pernah di duduki oleh Romawi.
B.     Perkembangan Islam Selama Periode Dinasti  Muawiyah
  1. Wilayah Kekuasaan
Selama kekuasaan dinasti bani umayyah, terdapat banyak perkembangan dan kemajuan yang dialami umat islam. Daerah kekuasaan semakin luas dan persoalan pemerintahan dan persoalan hidup pun semakin kompleks. Muawiyyah sangat berambisi untuk menakhlukkan Bizantium dengan symbol kekuatannya terdapat di kota konstatinopel. Ada tiga hal yang mendorong muawiyyah malakukan hal tersebut, yaitu sebagai berikut
  1. Byzantium merupakan basis kekuatan Kristen ortodoks yang di anggap akan berbahaya bagi perkembangan islam.
  2. Orang-orang bizantium suka mengadakan penyerangan terhadap kaum muslimin.
  3. Bizantium memiliki kekayaan yang amat melimpah ruah. [6]
Di laut Tengah armada laut Islam berhadapan dengan armda Byzantium. Dalam suatu baku tembak diperairan Lychia pasukan Islam berhasil menghancurkan armada Byzantium.
Didaratan Afrikan Utara pasukan Islam yang telah berhasil menduduki Mesir di zaman Umar, dilanjutkan terus ole Khalifah Al-Walid (705-715 M) dari Bani Umayah. Dibawah Amir Maghribi, Musa berhasil menaklukan kota lama Kartago, untuk seterusnya memasuki daerah suku-suku bangsa Berber di Maghribi.
Setelah menguasai Afrika Utara pada tahun 710 M Amir Musa memerintahkan Thariq bin  Zihad untuk menyeberang ke Tanjung Iberia didaratan Spanyol sebelah barat. Begitu seluruh pasukan mendarat didaratan Iberia Spanyol Thariq membakar semu perahu yang telah menyeberangkan mereka ke tujuan. Tindakan itu dimaksudkan agar tidak ada pilihan bagi pasukan Islam, kecuali maju untuk menyongsong hari baru, yaitu kemenangan.[7]. Secara umum perluasan wilayah kekuasaan islam dapat dipolarisasi dalam tiga Gerakan Yakni
1.      Gerakan ke Timur
Kearah timur sampai ke sungai Ammu Darya dari sana gerakan mereka sampai kedaerah-daerah degan berbahasa Turki, dan bahasa Persia. Pada tahun 723 M pasukan muslim berhasil pula memasuki kawasan India.
2.      Gerakan ke utara
Gerakan keutara terutama dalam menundukkan konstantinopel ibu kota Romawi Timur.
3.      Gerakan ke Eropa
Di daratan Afrika Utara pasukan Islam yang telah berhasil menduduki Mesir di zaman Umar, dilanjutkan terus oleh Khalifah Al Walid dari bani Umayah. Di bawah Amir Maghribi, Musa berhasil menaklukan kota lama Kartago, untuk seterusnya memasuki daerah suku bangsa Berber di Maghribi. Kartago merupakan bekas kota indah di zaman Romawi dengan bangunan indah diperbukitan pantai Libia menghadap ke Laut Tengah[8].
Kemajuan-kemajuan yang dicapai Bani Umayyah tidak hanya bidan perluasan wilayah namun ada beberapa yang terbilang revolusioner dari berbagai aspek seperti berikut:Pada masa kekuasaan Abdul Malik ibn Marwan, banyak terjadi perubahan dan perkembangan, baik dibidang kenegaraan, ekonomi, ilmu pengetahuan dan bidang-bidang lainnya. Seperti kenegaraan, dibentuk organisasi-organisasi yang diatur secara rapi. Organisasi-organisasi kenegaraan tersebut meliputi :
a.       An-Nizham Asy-Siyasiy, yaitu organisasi politik yang diubah dari sistem demokrasi menjadi sistem monarki, terdiri atas Al-Kitabah (sekretaris) dan Al-Hijabah (pengawal khalifah).
b.      An-Nizham Al-Idariy, yaitu organisasi yang mengurus bidang tata usaha kenegaraan.
c.       An-Nizham Al-Maliy, yaitu organisasi yang mengurusi bidang keungan negara.
d.      An-Nizham Al-Harbiy, yaitu organisasi pertahanan dengan tugas mempertahankan negara atau wilayah dan mengadakan ekspansi daerah kekuasaan Islam.
e.       An-Nizham Al-Qadhiy, yaitu organisasi yang bergerak dibidang kehakiman dan pengadilan.
Munculnya istilah-istilah administrasi kenegaraan tersebut setelah mengalami perubahan bahasa dari bahasa Yunani dan Pahlawi menjadi bahasa Arab yang masuk Islam untuk menyempurnakan pengetahuan mereka tentang keislaman, dituntut untuk pandai berbahasa Arab[9]. Ada Prestasi-prestasi yang di capai.
a.      Bidang administrator pemerintahan
Prestasi pertama yang diperoleh bani umayah terdapat dalam bidang demokrasi pemerintahan. Tradisi melakuakn pencacahan jiwa penduduk dan system pengiriman surat meyurat yang teratur. Sistem perpajakan di organisasikan dengan sangat baik, karena merupakan sumberpendanaan paing besar dari kekhalifahan yang makin rumit.
b.      Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan
Pada masa kekuasaan bani umayah, ilmu pengetahuan berkembang pesat, baik bersumber Al-Qur’an maupun yang bersumber dari akal manusia. Ilmu-ilmu yang berkembang itu diantaranya:
  1. Ilmu Tafsir Al-Qur’an
  2. Ilmu Hadits Aatau Ulumul Hadits
  3. Ilmu Qiraatil Qur’a
  4. Ilmu Tata Bahasa
  5. Ilmu Kimia yang berasal dari orang Yunani
  6. Ilmu kedokteran
  7. Ilmu seni, bauk arsitektur maupun yang lainnya
  8. Ilmu Sejarah

c.       Kemajuan dibidang pemerintahan
Dibidang pemerintahan, bani umayah telah membentuk berbagai lembaga Negara beserta peraturan perundangannya,seperti pencatatan korp pegawai pemerintah, pembentukan pemerintah pusat dan daerah yang tidak hanya smpai tingkat provinsi melainkan sampai kedistrik-distrik, pembentukan lembaga pengadilan lembaga pertahanan dan keamanan Negara.
d.      Kemajuan dibidang ekonomi
Dibidang ekonomi mereka menggalinya dari berbagai sector, seperti pertanian, perdagangan, dan industri. Karena itu, pemerintah mampu membiayai pembangunan gedung-gedung nan megah, pembangunan sarana dan prasarana untuk umum secara lengkap.
e.       Kemajuan dibidang dakwah
Dakwah umat islam tidak hanya berkembang di jazirah Arabia saja, mereka telah sampai ke Tiongkok, India, denua Afrika dan Eropa. Mereka berdakwah melalui berbagai jalur seperti jalur pendidikan, sosial budaya, dan dengan menulis buku-buku agama. Khalifah Umar bin Abdul Aziz membangun mesjid Nabawi menjadi lebih indah, megah, dan luas, berkat bantuan arsitek yang dikirim dari Romawi. Begitu pula Khalifah Walid bin Abul Malik sempat membangun mesjid Damaskus menjadi indah dan megah. Mesjid itu dibangunnya bersamaan dengan pembangunan kota Damaskus. Mesjid Agung Damaskus bukti kemegahan Dinasti Umayah.
f.        Kemajuan dibidang seni budaya
Berbagai bidang ilmu seni juga turut berkembang pada masa itu, seperti seni arsitektur, seni lukis, seni sastra, dan sebagainya.
C.     Proses Keruntuhan Dan Berakhirnya Dinasti Muawiyah.
Selama hampir 90 tahun Dinasti Umayyah memimpin peradaban Islam mengalami pasang surut, ada masa dimana Dinasti ini berada di puncak kejayaannya ada juga masa dimana Dinasti ini lemah dan pada akhirnya runtuh. berikut adalah perjalanan Dinasti Umayyah dengan segala kelebihan dan kekurangannya di bawah masing-masing kekuasaan Khalifah yang memimpin.
  1. Muawiyah I bin Abi Sufyan      
Para kalifah dinasti umayyah, Dinasti umayyah didirikan oleh muawiyah bin abu sufyan bin harb. Muawiyah disamping sebagai pendiri daulah bani abbasiyah juga sekaligus menjadi kholifah pertama. Ia memindahkan ibu kota kekuasaan islam dari kufah ke damaskus.
Muawiyah dipandang sebagai pembangun Dinasti yang oleh sebagian sejarawan awalnya dipandang negative. Keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di siffin dicapai melalui cara yang curang. Lebih dari itu, muawiyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah yang mula- mula mengubah pemimpin Negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi menjadi kekuasaan raja yang diwariskan turun-temurun (monarchy heredity)
2.      Yazid bin Muawiyah
Para kalifah dinasti umayyah, Kholifah yazid merupakan putra dari muawiyah. Beliau lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M, muawiyah mencalonkan anaknnya, yazid untuk mengantikan dirinya. Yazid menjabat sebagai kholifah dalam usia 34 tahun. Ketika Yazid naik tahta , sejumlah tokoh di madinah tidak mau mengangkat  baiat kepadanya. Kholifah yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah dan memintanya untuk mengangkat baiat kepada yazid beserta warga hijaz secara keseluruhan. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk kecuali Husain bin Ali dan Abdullah bin zubair.
Bersamaan dengan itu, pengikut Ali melakukan rekonsidasi kekuatan. Perlawanan terhadap bani Umayyah dimulai oleh Husain bin Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari Makkah ke Kufah atas permintaan pengikut Ali yang ada disekitar kufah dan mengangkat Husein sebagai kholifah. Akan tetapi, rombongan Husein yang tidak didukung oleh milisi atau tentara kemudian dihadang oleh pasukan kholifah Yazid.
Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbala, sebuah daerah yang sekarang masuk ke wilayah Irak. Tentara Husein yang tidak bersenjata lengkap kalah dan husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirm ke damaskus, sedang tubuhnya dikubur dikarbala. 
Lain halnya dengan dengan penduduk makkah, sebagian dari mereka membaiat Abdulloh bin zubair sebagai kholifah. Maka pasukan yazid yang telah menundukkan madinah meneruskan perjalanannya ke Makkah untuk menguasainya. Abdulloh bin Zubair selamat dari gempuran pasukan yazid karena ada berita bahwa yazid telah wafat sehingga ditariklah pasukannya kesuriah. Akan tetapi, kota mekkah menjadi porak poranda akibat perlakuan Yazid tersebut. Yazid meninggal pada tahun 64 H setelah memerintah 4 tahun dan digantikan oleh anaknya, Muawiyah II.
3.      Muawiyah bin Yazid (Muawiyah II)
Para kalifah dinasti umayyah, Muawiyah bin yazid menjabat sebagai kholifah pada usia 23 tahun, berbeda denganayahnya, ia bukan seorang yang berwatak keras atau menyukai peperangan. Tak banyak literatur yang membahas tentang kholifah ini secara lengkap. Ia memerintah hanya selama enam bulan. Sumber lain mengatakan bahwa ia hanya memerintah kurang dari 40 hari dan meletakkan jabatannya sebagai kholifah. Ia mengalami tekanan  jiwa berat karena tidak sanggup memikul tanggung jawab jabatan kholifah yang sangat besar tersebut.
4.      Marwan bin hakam
Para kalifah dinasti umayyah, Ketika muawiyah II wafat dan tidak menunjuk siapa penggantinya, maka keluarga besar Uamayyah mengangkatnya sebagai kholifah. Ia dianggap orang yang dapat mengendalikan kekuasaan karena pengalamannya. dan sebagian besar penduduk yaman yang berada di wilayah Syam menyatakan berada di pihak Bani Umayyah termasuk diantara mereka Husein bin Al Namir, panglima perang yang pernah memimpin pasukan untuk menyerang Adulloh bin zubair di Makkah. Dengan demikian, kendati tak mendapat dukungan dari wilayah Hijaz, Irak, Iran da bahkan mesir, namun dukungan sebagian penduduk Yaman itu, pihak bani Umayyah tak bisa diabaikan.
5.      Abdul Malik Bin Marwan
Abdullah bin Marwan dilantik sebagai kholifah setelah kematian ayahnya. Dibawah kekuasaannya pemerintahan Umayyah mencapai kejayaannya. Hal yang terlebih dahulu dilakukan oleh Abdul Malik adalah menyatukan kembali kekuasaan politik bani Umayyah yang sempat terpecah diera sebelumnya. Kholifah Abdul Malik kemudian mengorganisasi kekuatan militer untuk menghadapi kelompok Abdulloh bin Zubair yang menguasai Hijaz.
6.      Al Walid bin abdul Malik
Kholifah Abdul malik adalah orang kedua yang terbesar dalam deretan para kholifah Bani Umayyah yang disebut sebut sebagai “pendiri kedua “ bagi kedaulatan Umayyah.pada masa pemerintahannya, terjadi kemapanan politik yang mengakhiri periode transisi. Gerakan-gerakan oposisi dan kelompok penekan telah dipadamkan sehingga kekuatan kholifah Walid cukup kuat. Dengan adanya kemapanan ini, kebijakan kholifah Walid lebih berkonsentrasi pada konsolidasi politik dan pelaksanaan politik luar negeri dengan menyebarkan islam kedaerah lain dengan kekuatan dan sumber daya yang dimiliki.
7.      Sulaiman bin abdul Malik
Para kalifah dinasti umayyah, Sulaiman bin  Abdul Malik menjadi kholifah pada usia 42 tahun. Masa pemerintahnnya berlangsung selama 2 tahun 8 bulan. Menjelang saat terakhir pemerintahannya beliau memanggil Guberrnur Wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul Aziz yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya. Umar bin Abdul Aziz pada dasarnya adalah seorang ulama. Hal inilah yang menyebabkan posisinya cukup kuat di kalangan ulama Mekkah, di samping faktor nasab beliau yang juga merupakan cucu dari kholifah Umar bin Khattab.
Pada era pemerintahannya, penaklukan Romawi menemui kendala. Satu-satunya jasa yang dapat di kenangnya dari masa pemerintahannya ialah menyelesaikan pembangunan masjid yang diberi nama Jamiul Umawi yang terkenal megah dan Agung di Damaskus
8.      Umar Bin Abdul Aziz
Para kalifah dinasti umayyah, Nama lengkapnya adalah Umar bin abdul Azizi bin Marwan bin Hakam bin Harb bin Umayyah. Ayahnya Abdul Aziz pernah menjadi gubernur di mesir selama beberapa tahun. Ia masih merupakan keturunan Umar bin Al-Khottob melalui ibunya. Ia menghabiskan waktunya di Madinah untuk mendalami ilmu agama Islam, khususnya ilmu hadits dan ketika menjadi kholifah ia memerintahkan kaum muslimin untuk menulis hadits dan inilah perintah resmi pertama dari penguasa islam. Umar adalah orang rapi dalam berpakaian.
Umar meghabiskan sebagian besar hidupnya di madinah. Ketika ayahnya Abdul Aziz wafat, kholifah Adul Malik bin Marwan menyuruhnya ke damaskus dan menikahkan dengan putrinya Fathimah. Pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi gubernur Hijaz. Ketika itu usianya baru 24 tahun. Saat Masjid Nabawi di bongkar untuk direnovasi, Umar bin Abdul Aziz dipercaya sebagai pengawas pelaksana.
Langkah yang bisa dicontoh oleh para pemimpin saat ini adalah membentuk sebuah Dewan Penasihat yang beranggotakan sekitar 10 ulama terkemuka saat itu. Bersama merekalah Umar mendiskusikan berbagai masalh yang dihadapi masyarakat selama dalam pemerintahannya.
Karena beberapa tindakan beraninya memberantas kedhaliman atas hasutan Hajjaj bin Yusuf dan orang –orangnya. Umar di berhentikan dari jabatan gubernur. Namun ketika khalifah Sulaiman bin Abdul Malik berkuasa. Ia kembali diangkat sebagai katib.
9.      Yazid bin Abdul Malik
Yazid bin Abdul Malik menjabat kholifah kesembilan Daulah Bani Umayyah pada usia 36 tahun. Kholifah yang sering di panggil dengan sebutan Abu kholid ini lahir pada 71 H. Ia menjabat kholifah atas wasiat saudaranaya, Sulaiman bin  Abdul Malik.ia dilantik pada bulan rajab 101 H.
Diantara tindakan yang dilakukan kholifah Yazid bin Abdul Malik adalah menumpas gerakan Yazid bin Muthallib. Sebelumnya, Yazid bin Muthollib menjabat sebagai gubernur wilayah Khurasan. Ia juga pernah menjabat gubernur Irak di Kufah dan Iran Bashrah. Jabatan itu di pangkunya sejak kholifah Sulaiman bin Abdul Malik hingga masa Umar bin Abdul Aziz. Karena dianggap melakukan gerakan-gerakan mencurigakan, kholifah Umar bin Abdul Aziz memintanya datang ke Damaskus dan menjatuhi tahanan  kota.
Ketika Kholifah Umar bin Abdul Aziz wafat, Yazid bin Mutholib segera melarikan diri. Ia khawatir kholifah terpilih ,Yazid bin Malik akan mengambil tindakan tegas atas dirinya. Sejak awal memang sering terjadi pertentangan antara dua orang yang senama itu.Yazid bin Muhallib melarikan diri ke Irak. Karena pernah menjabat di wilayah itu, ia pun diteima oleh masyarakat.
10.  Hisyam bin Abdul Malik
Para kalifah dinasti umayyah, Kholifah Hisyam bin Abdul Malik perlu dicatat juga sebagai kholifah yang sukses. Ia memerintahkan dalam waktu yang panjang yakni 20 tahun . ia dapat pula dikategorikan sebagai kholifah Umayyah yang terbaik karena kebersihan pribadinya, pemurah, gemar kepada keindahan, berakhlak mulia dan tergolong teliti terutama dalam hal keuangan, di samping bertakwa dan berbuat adil. Para ahli sejarah menyebutnya negarawan yang ahli dalam strategi militer. Pada masa pemerintahannya, selain memadamkan kemelut internal, ia juga meluaskan wilayahnya keluar. Ketika Imperium Romawi Timur berada di bawah kekuasaan kaisar Leo III. Ia berhasil memulihkan wewenang pemerintahan pusatnya di daerah balkan. Kini kaisar leo III kembali ingin merebut wilayah Asia kecil dari kekuasaan daulah Umayyah yang sedang dipimpin Hisyam bi Abdul Malik.
11.  Walid bi Yazid
Walid bin abdul Aziz bin Abdul Malik dilahirkan pada 90 hijriyah. Ketika ayahnya Yazid bin Abdul Malik diangkat sebagai kholifah, Walid baru berusia 11 tahun. Seperti yang dituturka At Tabari dalam tarikh Al Umam wa Al Muluk, ketika diangkat menjadi kholifah, Yazid bi Abdul Malik ingin mengangkat putranya, walid sebagai putra mahkota, namun saat itu Walid masih belum cukup usia. Yazid terpaksa mengangkat saudaranya, Hisyam bin Abdul Malik sebagai cikal penggantinya. Sedangkan walid sebagai putra mahkota kedua.
Begitu Yazid meninggal Hisyam naik menjadi kholifah kesepuluh Daulah bani Umayyah. Sudah bisa ditebak terjadi pertentangan antara kholifah hisyam dan keponakannya, Walid bin yazid. Apalagi beberapa ahli sejarah menyebutkan, akhlak Walid tidak terlalu baik. Ia sering minum-minuman keras dan berfoya-foya.
12.  Yazid bin Walid
Para kalifah dinasti umayyah, Disamping gemar membaca Al Quran dan tekun beribadah. Kholifah yang satu ini memiliki budi pekerti seperti Umar bin Abdul Aziz dalam kezuhudannya terhadap dunia. Dialah satu-satunya kholifah yang dilahirkan didekat ka’bah. Masa pemerintahnnya tidak lama yaitu kurang dari dua tahun . tidak banyak literatur yang mengambarkan situasi politik dan pemerintahan ketika beliau memerintah.
13.  Ibrahim bin Walid bin Abdul malik
Para kalifah dinasti umayyah, Ia menjabat sebagai kholifah ketiga belas Daulah bani Umayyah mengantikan saudaranya, yazid bin Walid. Karena kondisi saat itu mengalami guncangan. Naiknya ibrahim sebagai kholifah tidak disetujui oleh sebagian kalangan keluarga Bani Umayyah. Bahkan sebagian ahli sejarah menyebutkan dikalangan sebagian bagian Umayyah ada yang menganggap hanya sebagai gubernur, bukan kholifah.
Diantara mereka yang menolak kekholifahan Ibrahim bin Walid adalah Marwan bin Muhammad . saat itu ia menjabat gubernur empat wilayah yaitu Armenia, Kaukasus, Azerbaijan dan Mosul. Marwan tak hanya menolak baiat atas Ibrahim bin Walid, namun juga mengerahkan 80.000 dari Armenia menuju Suriah. Itulah gerakan terbesar yang dihadapi pemerintahan Ibrahim bi Walid. untuk menghadapi pasukan besar itu, ia meminta bantuan saudara sepupunya. Sulaiman bin Hisyam dan mengangkatnya sebagai panglima besar. Untuk menghadang kekuatan pasukan Marwan bin Muhammad, panglima Sulaiman segera mengadakan kunjungan keberbagai daerah dekat Syiria dan Palestina serta beberapa daerah lainnya. Akhirnya, dari Mesir, Irak dan Hijaz datang bala bantuan yang mencapai 120.000 orang . pasukan besar itu berangkat dari damaskus menuju utara untuk menghadang Marwan bin Muhammad,
14.  Marwan bin Muhammad
Para kalifah dinasti umayyah, Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan seorang pahlwan. Pada awalnya, beliau adalah seorang gubernur di salah satu wilayah yang dikuasai oleh bani Umayyah. Delegetimasi politik yang dialami oleh kholifah Ibrahim serta keadaan yang sudah cukup mengkhawatirkan menyebabkan beliau dibaiat sebagai kholifah.[10]
Pemberontakan dapat ditumpas oleh beliau,tetapi kholifah marwan tidak mampu menghadapi gerakan perlawanan gerakan bani Abbasiyah yang pendukungnya telah menguat. Gerakan Abbasiyah kemudian  mengonsolidasi diri mulai melancarkan serangkaian serangan ke damaskus yang telah lemah. Marwan bin Muhammad akhirnya berhasil dikudeta oleh kelompok Abbasiyah.
Beliau melarikan diri ke Hurah, dan akhirnya sampai ke Mesir. Kholifah Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzul hijjah 132 H. Dengan kudeta ini berakhirlah kedaulatan bani Umayyah dan terjadi transformasi kepemimpinan ke Bani Hasyim yang dipimpin oleh Abul Abbas As-Saffah, keturunan dari Abbas bin Abdul Muthalib paman  Nabi Muhammad Saw.
Secara umum keruntuhan Dinasti Umayyah di pengaruhi oleh hal-hal berikut:
  1. Pergantian khalifah mengalami penyelewengan dari system musyawarah Islam diganti dengan system kerajaan.
  2. Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak lepas dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali.
  3. Adanya pertentangan antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang makin meruncing.
  4. Menyalahi perjanjian Madain antara Muawiyyah dan Hasan bin Ali.
  5. Pengangkatan putra mahkota lebih dari satu.
  6. Pemerintahan yang korup, boros dan bermewah-mewah dikalangan istana.
  7. Memecat dan mengganti orang-orang dalam jabatannya dengan orang-orang yang disukai saja padahal pengganti itu tidak ahli.
  8. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan agama sehingga menimbulkan pergolakan dari golongan agama.
  9. Munculnya kekuasan baru yang dipelopori oleh Al-Abbas ibn Abdul Munthalib kekuasaan Dinasti bani Abbasiyyah[11]





BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
1.      Muawiyah bin Abi Sufyan adalah Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayah bin Harb bin Abdi Syams bin Abd Manaf al-Quraisy al-Amawi.. Muawiyah yang dijuluki Abu Abd Al-Rahman, dilahirkan kira-kira pada tahun ke-5 sebelum kenabian (606 M). Muawiyah masuk Islam pada perisrtiwa penaklukan kota Mekkah, ketika ia berusia lebih kurang 23 tahun. Secara trah biologis Muawiyah merupakan cicit dari salah seorang yang cukup berpengaruh pada masa Arab Jahiliyah (Pra Islam) yakni Umaiyah bin Abudul Syams,
2.      Perkembangan Islam masa Muawiya meliputi, Bidang administrator pemerintahan, Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan, Kemajuan dibidang pemerintahan, Kemajuan dibidang ekonomi, Kemajuan dibidang dakwah, Kemajuan dibidang seni budaya
3.      Secara umum keruntuhan Dinasti Umayyah di pengaruhi oleh hal-hal yaitu Pergantian khalifah mengalami penyelewengan dari system musyawarah Islam diganti dengan system kerajaan.
B.     Saran
Sejarah harus di tempatkan sebagaimana kondisi saat sebuah kejadian itu terjadi, benar salahnya sebuah tidak dapat di justifikasi secara objektif dan propordional olehnya itu kita perlu membuka persfektif yang lebih luas dalam memahami sejarah

14

 

DAFTAR PUSTAKA


Agung Media Utomo Bani Umayyah (https://aleyelay.wordpress.com/2012/10/15/makalah-spi-bani-umayyah/) diakses pada 12 Mei 2017.

Cerita Islam “Biografi Muawiyah bin Abu Sofyan”( https://story-of-muslim.blogspot.co.id/2013/07/biografi-muawiyah-bin-abi-sufyan.html) Diakses 12 Mei 2017

Dahlan,H. M. Sejarah Perdaban Islam (SPI). Makassar; Alauddin Uversity Press, 2013

Esposito, John L. Islam dan politik. Jakarta: Bulan Bintang,1990.

Kumpulan Tugas Kuliah Perkembangan Islam Masa Bani Umayyah (http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2015/01/perkembangan-islam-pada-masa-bani.html) Diakses pada 12 Mei 2017.

Nasution, Harun.Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jlid I; Cet. Ke V: UI Press, 1985

Salma.Kartika Perang Jamal dan Perang Siffin (http://salma-kartika.blogspot.co.id/p/perang-jamal.html) diakses 12 Mei 2017.

Syalabi, A.Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jilid2; Jakarta: Pustaka Alhusna,1982

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.
15
 


[1]Dr. H. M. Dahlan M, Ag. Sejarah Perdaban Islam (SPI). Makassar; Alauddin Uversity Press. 2013 Halaman46
[2].Cerita Islam “Biografi Muawiyah bin Abu Sofyan”( https://story-of-muslim.blogspot.co.id/2013/07/biografi-muawiyah-bin-abi-sufyan.html) Diakses 12 Mei 2017
[3]DR. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2003)
[4]Salma Kartika Perang Jamal dan Perang Siffin (http://salma-kartika.blogspot.co.id/p/perang-jamal.html) diakses 12 Mei 2017.
[5]Dr. H. M. Dahlan M, Ag. Sejarah Perdaban Islam (SPI). Makassar; Alauddin Uversity Press. 2013 Halaman49
[6]Prof. DR. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid2, (Jakarta: Pustaka Alhusna,1982)
[7]Kumpulan Tugas Kuliah Perkembangan Islam Masa Bani Umayyah (http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2015/01/perkembangan-islam-pada-masa-bani.html) Diakses pada 12 Mei 2017.
[8]Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid 1, Cet. Ke 5, UI Press, 1985
[9]John L. Esposito, Islam dan politik, (Jakarta: Bulan Bintang,1990)
[10]Agung Media Utomo Bani Umayyah (https://aleyelay.wordpress.com/2012/10/15/makalah-spi-bani-umayyah/) diakses pada 12 Mei 2017.
[11]Agung Media Utomo Bani Umayyah (https://aleyelay.wordpress.com/2012/10/15/makalah-spi-bani-umayyah/) diakses pada 12 Mei 2017.

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...