ABSTRAK
Berakhirnya kekhalifaan
Kulafaurrasyidin yang dipimpin oleh empat orang sahabat Nabi Muhammad Saw,
yakni Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan terakhir Ali
bin Abi Thalib. Tampuk kepemimpinan Umat Islam di Pegang oleh Klan Umayyah yang
dipimpin Umayyah bin abi Sufyan setelah secara dramatis merebutnya dari
Kulafaurrasyidin terakhir sepupu sekaligus menantu nabi Muhammad Saw yaitu Ali
bin Abi Thalib.
Muawiyah dengan segala kekurangan dan
kelebihannya tetap tercatat dalam sejarah sebagai seorang Khlifah yang mengantarkan
imperium baru Islam. Muawiyah menjadi sosok kontroversional selain karena
proses peralihan kekuasaan juga karena keluarganya semasa Nabi masih berdakwah
di Mekkah merupakan penentang terbesar ajaran Islam terutama ayahnya Abu Sofyan
dan Ibunya Hindun. Sehingga sampai sekarang ke Khalifaannya masih di
pertentangkan Golongan Ahlul Sunnah Wal Jamaah tetap mengakuinya sedangkan yang
paling keras menolak adalah Golongan Syiah, Muawiyah dinilai telah merebut
kekhalifaan secara tidak sah dari tangan Ali bin Abi Thalib.
Bagaimanapun Juga sejarah harus tetap
dilihat sebagai sejarah yang merupakan sumber pengajaran bagi kita yang hidup
sekarang. Mungkin Muawiyah telah kafir sebagaimana yang di tuding Golongan
Khawarij, Mungkin juga Muawiyah dianggap manusia serakah yang haus kekuasaan
sebagaimana sangkaan Golongan Syiah, tapi tak dapat juga dimungkiri dari
tangannyalah Imperium Islam menemukan jalannya melalui Dinasti yang Ia bangun.
A. Proses
Berdirinya Dinasti Umayyah
- Biografi Muawiyah bin Abi Sufyan
Nama lengkap Muawiyah bin Abi Sufyan
adalah Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayah bin Harb bin Abdi Syams bin
Abd Manaf al-Quraisy al-Amawi.. Muawiyah yang dijuluki Abu Abd Al-Rahman,
dilahirkan kira-kira pada tahun ke-5 sebelum kenabian (606 M). Muawiyah masuk
Islam pada perisrtiwa penaklukan kota Mekkah, ketika ia berusia lebih kurang 23
tahun.
Secara trah biologis Muawiyah
merupakan cicit dari salah seorang yang cukup berpengaruh pada masa Arab
Jahiliyah (Pra Islam) yakni Umaiyah bin Abudul Syams, dia hidup segenerasi
dengan Hasyim bin Abdul Manaf yang merupakan Buyut dari Nabi Muhammad Saw,
kedua Tokoh ini saling berebut pengaruh di kalangan Masyarakat Mekkah saat itu,
Ayahnya bernama Abu Sofyan, ia adalah Tokoh Antogonis yang cukup berpengeruh
pada awal dakwah Nabi Muhammad Saw, ia menolak segala dakwah nabi Muhmmad Saw
untuk memeluk agama Islam, Bahkan terlibat dalam beberapa peperangan antara
Kaum Muslimin dan orang yang menentang dan menolak Dakwah Nabi Muhammad Saw. Ibunya
Bernam Hindun juga tak kalah gencarnya memusuhi Nabi Saw dan Ajarannya, yang
paling fenomenal adalah saat Hindun memakan Jantung Hamzah Paman Nabi Saw
Mentah-mentah setelah Sahid. Namun Keduanya Akhirnya memeluk Islam setelah
ketundukan Mekkah pada Tahun 6 Hijriah[1]. Karena pada saat itu, sedikit sekali orang
Arab yang memiliki kemampuan membaca dan menulis. Dari sinilah kemudian posisi
Muawiyah menjadi semakin penting di dalam kehidupan sosial keagamaan dan
politik ketika itu.
Sejak saat itulah tampaknya Muawiyah
meniti kariernya, sehingga memiliki karier politik yang cukup baik di dalam
pemerintahan pada masa khulafaur rasyidin, terutama sejak masa khalifah Umar
bin Al-Khattab (13-24 H/634-644 M)[2].
- Peran Siffin
Perang Shiffin(Mei-Juli 657 Masehi)
merupakan agenda paling krusial bagi Muawiyah dalam karier politiknya yang terjadi semasa zaman fitnah besar atau perang
saudara pertama orang Islam dengan pertempuran utama terjadi dari tanggal 26-28
Juli. Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu, Muawiyah bin Abu Sufyan
dan Ali bin Abi Talib di tebing Sungai Furat yang kini terletak di Syria (Syam)[3].
Pada 1 Shafar tahun 37 Hijriah,
Perang Shiffin meletus. Perang ini terjadi antara pasukan Imam Ali bin Abi
Thalib melawan pasukan Muawiyah bin Abi Sufyan. Setelah wafatnya Khalifah
Utsman bin Affan, rakyat Madinah membaiat Imam Ali bin Abi Thalib dan
mengangkat beliau sebagai khalifah. Namun, Muawiyah, seorang Gubernur di
Damaskus, menolak menerima kepemimpinan Imam Ali dan melakukan perlawanan bersenjata.
Akibatnya, kekhalifahan kaum muslimin direbut dari tangan Imam Ali bin Abi
Thalib dan jatuh ke tangan Muawiyah.[4]
- Muawiyah menjadi Khalifah
Keberhasilan Muawiyah mendirikan
Dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari kemenangan pada peran Siffin dan atau Kematian Ali bin Abi Thalib melainkan
Muawiyah secara Individu memiliki kecakapan dan basic rasional yang kuat untuk
membangun karir politiknya. Ada beberapa faktor lain, Pertama Dorongan kuat
dari rakyat Suriah dan keluarga besar klan Umayyah, Kedua sebagai seorang
administrator, muawiyah sangat kompetebel menempatkan para pembantunya pada posisi yang tepat sesuai kapasitasnya.
Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati bahkan
telah mencapai tingkat “Hilm” sifat dikalangan pembesar Mekkah Zaman itu[5].
Perpindahan kekuasaan tersebut
sekaligus menantai berakhirnya sistem Kulafaurrasyidin menjadi monarki yang
diwariskan secara turun temurun. Secara singkat proses peralihan kekuasaan dari
masa kulafaurrsyidin bermula dari sikap Hasan bin Ali menuntut kekhalifaan atas
kematian Ayahnya. Tetapi keraguan selalu menyertai Hasan dan memang kelihatanya
ia tidak memiliki keberanian dan dengan pertimbangan persatuan umat meskipun ia
telah dinobatkan sebagai Khalifah selama lima bulan.
Muawiyah di Bay’at pada bulan Rabi’ul
Awal 41 H (661). Ketika itu, ia mengucapkan sumpah setia dihadapan dua putra
Aliasan dan Husain serta seluruh Masyarakat, sehingga tahun dengan sebagai
tahun al-Jamaah. Pemerintahannya,
berpusat di Damaskus, sebuah kota yang pernah di duduki oleh Romawi.
B. Perkembangan
Islam Selama Periode Dinasti Muawiyah
- Wilayah Kekuasaan
Selama kekuasaan dinasti bani
umayyah, terdapat banyak perkembangan dan kemajuan yang dialami umat islam.
Daerah kekuasaan semakin luas dan persoalan pemerintahan dan persoalan hidup
pun semakin kompleks. Muawiyyah sangat berambisi untuk menakhlukkan Bizantium
dengan symbol kekuatannya terdapat di kota konstatinopel. Ada tiga hal yang
mendorong muawiyyah malakukan hal tersebut, yaitu sebagai berikut
- Byzantium merupakan basis kekuatan Kristen ortodoks yang di anggap akan berbahaya bagi perkembangan islam.
- Orang-orang bizantium suka mengadakan penyerangan terhadap kaum muslimin.
- Bizantium memiliki kekayaan yang amat melimpah ruah. [6]
Di laut Tengah armada laut Islam
berhadapan dengan armda Byzantium. Dalam suatu baku tembak diperairan Lychia
pasukan Islam berhasil menghancurkan armada Byzantium.
Didaratan Afrikan Utara pasukan Islam
yang telah berhasil menduduki Mesir di zaman Umar, dilanjutkan terus ole Khalifah
Al-Walid (705-715 M) dari Bani Umayah. Dibawah Amir Maghribi, Musa berhasil
menaklukan kota lama Kartago, untuk seterusnya memasuki daerah suku-suku bangsa
Berber di Maghribi.
Setelah menguasai Afrika Utara pada
tahun 710 M Amir Musa memerintahkan Thariq bin
Zihad untuk menyeberang ke Tanjung Iberia didaratan Spanyol sebelah
barat. Begitu seluruh pasukan mendarat didaratan Iberia Spanyol Thariq membakar
semu perahu yang telah menyeberangkan mereka ke tujuan. Tindakan itu
dimaksudkan agar tidak ada pilihan bagi pasukan Islam, kecuali maju untuk
menyongsong hari baru, yaitu kemenangan.[7].
Secara umum perluasan wilayah kekuasaan islam dapat dipolarisasi dalam tiga
Gerakan Yakni
1.
Gerakan ke
Timur
Kearah timur sampai ke sungai Ammu
Darya dari sana gerakan mereka sampai kedaerah-daerah degan berbahasa Turki,
dan bahasa Persia. Pada tahun 723 M pasukan muslim berhasil pula memasuki
kawasan India.
2.
Gerakan ke
utara
Gerakan keutara terutama dalam
menundukkan konstantinopel ibu kota Romawi Timur.
3.
Gerakan ke
Eropa
Di daratan Afrika Utara pasukan Islam
yang telah berhasil menduduki Mesir di zaman Umar, dilanjutkan terus oleh
Khalifah Al Walid dari bani Umayah. Di bawah Amir Maghribi, Musa berhasil
menaklukan kota lama Kartago, untuk seterusnya memasuki daerah suku bangsa
Berber di Maghribi. Kartago merupakan bekas kota indah di zaman Romawi dengan
bangunan indah diperbukitan pantai Libia menghadap ke Laut Tengah[8].
Kemajuan-kemajuan yang dicapai Bani
Umayyah tidak hanya bidan perluasan wilayah namun ada beberapa yang terbilang
revolusioner dari berbagai aspek seperti berikut:Pada masa kekuasaan Abdul
Malik ibn Marwan, banyak terjadi perubahan dan perkembangan, baik dibidang
kenegaraan, ekonomi, ilmu pengetahuan dan bidang-bidang lainnya. Seperti
kenegaraan, dibentuk organisasi-organisasi yang diatur secara rapi.
Organisasi-organisasi kenegaraan tersebut meliputi :
a. An-Nizham
Asy-Siyasiy, yaitu organisasi politik yang diubah dari sistem demokrasi menjadi
sistem monarki, terdiri atas Al-Kitabah (sekretaris) dan Al-Hijabah (pengawal
khalifah).
b. An-Nizham
Al-Idariy, yaitu organisasi yang mengurus bidang tata usaha kenegaraan.
c. An-Nizham
Al-Maliy, yaitu organisasi yang mengurusi bidang keungan negara.
d. An-Nizham
Al-Harbiy, yaitu organisasi pertahanan dengan tugas mempertahankan negara atau
wilayah dan mengadakan ekspansi daerah kekuasaan Islam.
e. An-Nizham
Al-Qadhiy, yaitu organisasi yang bergerak dibidang kehakiman dan pengadilan.
Munculnya istilah-istilah
administrasi kenegaraan tersebut setelah mengalami perubahan bahasa dari bahasa
Yunani dan Pahlawi menjadi bahasa Arab yang masuk Islam untuk menyempurnakan
pengetahuan mereka tentang keislaman, dituntut untuk pandai berbahasa Arab[9].
Ada Prestasi-prestasi yang di capai.
a.
Bidang
administrator pemerintahan
Prestasi pertama yang diperoleh bani
umayah terdapat dalam bidang demokrasi pemerintahan. Tradisi melakuakn
pencacahan jiwa penduduk dan system pengiriman surat meyurat yang teratur.
Sistem perpajakan di organisasikan dengan sangat baik, karena merupakan
sumberpendanaan paing besar dari kekhalifahan yang makin rumit.
b.
Kemajuan
dibidang ilmu pengetahuan
Pada masa kekuasaan bani umayah, ilmu
pengetahuan berkembang pesat, baik bersumber Al-Qur’an maupun yang bersumber
dari akal manusia. Ilmu-ilmu yang berkembang itu diantaranya:
- Ilmu Tafsir Al-Qur’an
- Ilmu Hadits Aatau Ulumul Hadits
- Ilmu Qiraatil Qur’a
- Ilmu Tata Bahasa
- Ilmu Kimia yang berasal dari orang Yunani
- Ilmu kedokteran
- Ilmu seni, bauk arsitektur maupun yang lainnya
- Ilmu Sejarah
c.
Kemajuan
dibidang pemerintahan
Dibidang pemerintahan, bani umayah
telah membentuk berbagai lembaga Negara beserta peraturan
perundangannya,seperti pencatatan korp pegawai pemerintah, pembentukan
pemerintah pusat dan daerah yang tidak hanya smpai tingkat provinsi melainkan
sampai kedistrik-distrik, pembentukan lembaga pengadilan lembaga pertahanan dan
keamanan Negara.
d.
Kemajuan
dibidang ekonomi
Dibidang ekonomi mereka menggalinya
dari berbagai sector, seperti pertanian, perdagangan, dan industri. Karena itu,
pemerintah mampu membiayai pembangunan gedung-gedung nan megah, pembangunan
sarana dan prasarana untuk umum secara lengkap.
e.
Kemajuan
dibidang dakwah
Dakwah umat islam tidak hanya
berkembang di jazirah Arabia saja, mereka telah sampai ke Tiongkok, India,
denua Afrika dan Eropa. Mereka berdakwah melalui berbagai jalur seperti jalur
pendidikan, sosial budaya, dan dengan menulis buku-buku agama. Khalifah Umar
bin Abdul Aziz membangun mesjid Nabawi menjadi lebih indah, megah, dan luas,
berkat bantuan arsitek yang dikirim dari Romawi. Begitu pula Khalifah Walid bin
Abul Malik sempat membangun mesjid Damaskus menjadi indah dan megah. Mesjid itu
dibangunnya bersamaan dengan pembangunan kota Damaskus. Mesjid Agung Damaskus
bukti kemegahan Dinasti Umayah.
f.
Kemajuan
dibidang seni budaya
Berbagai bidang ilmu seni juga turut
berkembang pada masa itu, seperti seni arsitektur, seni lukis, seni sastra, dan
sebagainya.
C. Proses Keruntuhan
Dan Berakhirnya Dinasti Muawiyah.
Selama hampir 90 tahun Dinasti
Umayyah memimpin peradaban Islam mengalami pasang surut, ada masa dimana Dinasti
ini berada di puncak kejayaannya ada juga masa dimana Dinasti ini lemah dan
pada akhirnya runtuh. berikut adalah perjalanan Dinasti Umayyah dengan segala
kelebihan dan kekurangannya di bawah masing-masing kekuasaan Khalifah yang
memimpin.
- Muawiyah I bin Abi Sufyan
Para kalifah dinasti umayyah, Dinasti umayyah
didirikan oleh muawiyah bin abu sufyan bin harb. Muawiyah disamping sebagai
pendiri daulah bani abbasiyah juga sekaligus menjadi kholifah pertama. Ia
memindahkan ibu kota kekuasaan islam dari kufah ke damaskus.
Muawiyah dipandang sebagai pembangun Dinasti yang oleh
sebagian sejarawan awalnya dipandang negative. Keberhasilannya memperoleh
legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di siffin dicapai
melalui cara yang curang. Lebih dari itu, muawiyah juga dituduh sebagai
penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah yang
mula- mula mengubah pemimpin Negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat
menjadi menjadi kekuasaan raja yang diwariskan turun-temurun (monarchy
heredity)
2. Yazid bin Muawiyah
Para kalifah dinasti umayyah, Kholifah yazid
merupakan putra dari muawiyah. Beliau lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun
679 M, muawiyah mencalonkan anaknnya, yazid untuk mengantikan dirinya. Yazid
menjabat sebagai kholifah dalam usia 34 tahun. Ketika Yazid naik tahta ,
sejumlah tokoh di madinah tidak mau mengangkat baiat kepadanya. Kholifah
yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah dan memintanya untuk
mengangkat baiat kepada yazid beserta warga hijaz secara keseluruhan. Dengan
cara ini, semua orang terpaksa tunduk kecuali Husain bin Ali dan Abdullah bin
zubair.
Bersamaan dengan itu, pengikut Ali melakukan rekonsidasi
kekuatan. Perlawanan terhadap bani Umayyah dimulai oleh Husain bin Ali. Pada
tahun 680 M, ia pindah dari Makkah ke Kufah atas permintaan pengikut Ali yang
ada disekitar kufah dan mengangkat Husein sebagai kholifah. Akan tetapi,
rombongan Husein yang tidak didukung oleh milisi atau tentara kemudian dihadang
oleh pasukan kholifah Yazid.
Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbala, sebuah
daerah yang sekarang masuk ke wilayah Irak. Tentara Husein yang tidak
bersenjata lengkap kalah dan husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal
dan dikirm ke damaskus, sedang tubuhnya dikubur dikarbala.
Lain halnya dengan dengan penduduk makkah, sebagian dari
mereka membaiat Abdulloh bin zubair sebagai kholifah. Maka pasukan yazid yang
telah menundukkan madinah meneruskan perjalanannya ke Makkah untuk
menguasainya. Abdulloh bin Zubair selamat dari gempuran pasukan yazid karena
ada berita bahwa yazid telah wafat sehingga ditariklah pasukannya kesuriah.
Akan tetapi, kota mekkah menjadi porak poranda akibat perlakuan Yazid tersebut.
Yazid meninggal pada tahun 64 H setelah memerintah 4 tahun dan digantikan oleh
anaknya, Muawiyah II.
3. Muawiyah bin Yazid
(Muawiyah II)
Para kalifah dinasti umayyah, Muawiyah bin yazid
menjabat sebagai kholifah pada usia 23 tahun, berbeda denganayahnya, ia bukan
seorang yang berwatak keras atau menyukai peperangan. Tak banyak literatur yang
membahas tentang kholifah ini secara lengkap. Ia memerintah hanya selama enam
bulan. Sumber lain mengatakan bahwa ia hanya memerintah kurang dari 40 hari dan
meletakkan jabatannya sebagai kholifah. Ia mengalami tekanan jiwa berat
karena tidak sanggup memikul tanggung jawab jabatan kholifah yang sangat besar
tersebut.
4. Marwan bin hakam
Para kalifah dinasti umayyah, Ketika muawiyah II
wafat dan tidak menunjuk siapa penggantinya, maka keluarga besar Uamayyah
mengangkatnya sebagai kholifah. Ia dianggap orang yang dapat mengendalikan
kekuasaan karena pengalamannya. dan sebagian besar penduduk yaman yang berada
di wilayah Syam menyatakan berada di pihak Bani Umayyah termasuk diantara
mereka Husein bin Al Namir, panglima perang yang pernah memimpin pasukan untuk
menyerang Adulloh bin zubair di Makkah. Dengan demikian, kendati tak mendapat
dukungan dari wilayah Hijaz, Irak, Iran da bahkan mesir, namun dukungan
sebagian penduduk Yaman itu, pihak bani Umayyah tak bisa diabaikan.
5. Abdul Malik Bin
Marwan
Abdullah bin Marwan dilantik sebagai kholifah setelah
kematian ayahnya. Dibawah kekuasaannya pemerintahan Umayyah mencapai
kejayaannya. Hal yang terlebih dahulu dilakukan oleh Abdul Malik adalah
menyatukan kembali kekuasaan politik bani Umayyah yang sempat terpecah diera
sebelumnya. Kholifah Abdul Malik kemudian mengorganisasi kekuatan militer untuk
menghadapi kelompok Abdulloh bin Zubair yang menguasai Hijaz.
6. Al Walid bin abdul
Malik
Kholifah Abdul malik adalah orang kedua yang terbesar
dalam deretan para kholifah Bani Umayyah yang disebut sebut sebagai “pendiri
kedua “ bagi kedaulatan Umayyah.pada masa pemerintahannya, terjadi kemapanan
politik yang mengakhiri periode transisi. Gerakan-gerakan oposisi dan kelompok
penekan telah dipadamkan sehingga kekuatan kholifah Walid cukup kuat. Dengan
adanya kemapanan ini, kebijakan kholifah Walid lebih berkonsentrasi pada
konsolidasi politik dan pelaksanaan politik luar negeri dengan menyebarkan
islam kedaerah lain dengan kekuatan dan sumber daya yang dimiliki.
7. Sulaiman bin abdul
Malik
Para kalifah dinasti umayyah, Sulaiman bin
Abdul Malik menjadi kholifah pada usia 42 tahun. Masa pemerintahnnya
berlangsung selama 2 tahun 8 bulan. Menjelang saat terakhir pemerintahannya
beliau memanggil Guberrnur Wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul Aziz yang
kemudian diangkat menjadi penasehatnya. Umar bin Abdul Aziz pada dasarnya
adalah seorang ulama. Hal inilah yang menyebabkan posisinya cukup kuat di
kalangan ulama Mekkah, di samping faktor nasab beliau yang juga merupakan cucu
dari kholifah Umar bin Khattab.
Pada era pemerintahannya, penaklukan Romawi menemui
kendala. Satu-satunya jasa yang dapat di kenangnya dari masa pemerintahannya
ialah menyelesaikan pembangunan masjid yang diberi nama Jamiul Umawi yang
terkenal megah dan Agung di Damaskus
8. Umar Bin Abdul Aziz
Para kalifah dinasti umayyah, Nama lengkapnya adalah
Umar bin abdul Azizi bin Marwan bin Hakam bin Harb bin Umayyah. Ayahnya Abdul
Aziz pernah menjadi gubernur di mesir selama beberapa tahun. Ia masih merupakan
keturunan Umar bin Al-Khottob melalui ibunya. Ia menghabiskan waktunya di
Madinah untuk mendalami ilmu agama Islam, khususnya ilmu hadits dan ketika
menjadi kholifah ia memerintahkan kaum muslimin untuk menulis hadits dan inilah
perintah resmi pertama dari penguasa islam. Umar adalah orang rapi dalam
berpakaian.
Umar meghabiskan sebagian besar hidupnya di madinah.
Ketika ayahnya Abdul Aziz wafat, kholifah Adul Malik bin Marwan menyuruhnya ke
damaskus dan menikahkan dengan putrinya Fathimah. Pada masa pemerintahan Walid
bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi gubernur Hijaz. Ketika
itu usianya baru 24 tahun. Saat Masjid Nabawi di bongkar untuk direnovasi, Umar
bin Abdul Aziz dipercaya sebagai pengawas pelaksana.
Langkah yang bisa dicontoh oleh para pemimpin saat ini
adalah membentuk sebuah Dewan Penasihat yang beranggotakan sekitar 10 ulama
terkemuka saat itu. Bersama merekalah Umar mendiskusikan berbagai masalh yang
dihadapi masyarakat selama dalam pemerintahannya.
Karena beberapa tindakan beraninya memberantas kedhaliman
atas hasutan Hajjaj bin Yusuf dan orang –orangnya. Umar di berhentikan dari
jabatan gubernur. Namun ketika khalifah Sulaiman bin Abdul Malik berkuasa. Ia
kembali diangkat sebagai katib.
9. Yazid bin Abdul
Malik
Yazid bin Abdul Malik menjabat kholifah kesembilan Daulah
Bani Umayyah pada usia 36 tahun. Kholifah yang sering di panggil dengan sebutan
Abu kholid ini lahir pada 71 H. Ia menjabat kholifah atas wasiat saudaranaya,
Sulaiman bin Abdul Malik.ia dilantik pada bulan rajab 101 H.
Diantara tindakan yang dilakukan kholifah Yazid bin Abdul
Malik adalah menumpas gerakan Yazid bin Muthallib. Sebelumnya, Yazid bin
Muthollib menjabat sebagai gubernur wilayah Khurasan. Ia juga pernah menjabat
gubernur Irak di Kufah dan Iran Bashrah. Jabatan itu di pangkunya sejak
kholifah Sulaiman bin Abdul Malik hingga masa Umar bin Abdul Aziz. Karena
dianggap melakukan gerakan-gerakan mencurigakan, kholifah Umar bin Abdul Aziz
memintanya datang ke Damaskus dan menjatuhi tahanan kota.
Ketika Kholifah Umar bin Abdul Aziz wafat, Yazid bin
Mutholib segera melarikan diri. Ia khawatir kholifah terpilih ,Yazid bin Malik
akan mengambil tindakan tegas atas dirinya. Sejak awal memang sering terjadi
pertentangan antara dua orang yang senama itu.Yazid bin Muhallib melarikan diri
ke Irak. Karena pernah menjabat di wilayah itu, ia pun diteima oleh masyarakat.
10. Hisyam bin Abdul
Malik
Para kalifah dinasti umayyah, Kholifah Hisyam bin
Abdul Malik perlu dicatat juga sebagai kholifah yang sukses. Ia memerintahkan
dalam waktu yang panjang yakni 20 tahun . ia dapat pula dikategorikan sebagai kholifah
Umayyah yang terbaik karena kebersihan pribadinya, pemurah, gemar kepada
keindahan, berakhlak mulia dan tergolong teliti terutama dalam hal keuangan, di
samping bertakwa dan berbuat adil. Para ahli sejarah menyebutnya negarawan yang
ahli dalam strategi militer. Pada masa pemerintahannya, selain memadamkan
kemelut internal, ia juga meluaskan wilayahnya keluar. Ketika Imperium Romawi
Timur berada di bawah kekuasaan kaisar Leo III. Ia berhasil memulihkan wewenang
pemerintahan pusatnya di daerah balkan. Kini kaisar leo III kembali ingin
merebut wilayah Asia kecil dari kekuasaan daulah Umayyah yang sedang dipimpin
Hisyam bi Abdul Malik.
11. Walid bi Yazid
Walid bin abdul Aziz bin Abdul Malik dilahirkan pada 90
hijriyah. Ketika ayahnya Yazid bin Abdul Malik diangkat sebagai kholifah, Walid
baru berusia 11 tahun. Seperti yang dituturka At Tabari dalam tarikh Al Umam wa
Al Muluk, ketika diangkat menjadi kholifah, Yazid bi Abdul Malik ingin
mengangkat putranya, walid sebagai putra mahkota, namun saat itu Walid masih
belum cukup usia. Yazid terpaksa mengangkat saudaranya, Hisyam bin Abdul Malik
sebagai cikal penggantinya. Sedangkan walid sebagai putra mahkota kedua.
Begitu Yazid meninggal Hisyam naik menjadi kholifah
kesepuluh Daulah bani Umayyah. Sudah bisa ditebak terjadi pertentangan antara
kholifah hisyam dan keponakannya, Walid bin yazid. Apalagi beberapa ahli
sejarah menyebutkan, akhlak Walid tidak terlalu baik. Ia sering minum-minuman
keras dan berfoya-foya.
12. Yazid bin Walid
Para kalifah dinasti umayyah, Disamping gemar
membaca Al Quran dan tekun beribadah. Kholifah yang satu ini memiliki budi
pekerti seperti Umar bin Abdul Aziz dalam kezuhudannya terhadap dunia. Dialah
satu-satunya kholifah yang dilahirkan didekat ka’bah. Masa pemerintahnnya tidak
lama yaitu kurang dari dua tahun . tidak banyak literatur yang mengambarkan
situasi politik dan pemerintahan ketika beliau memerintah.
13. Ibrahim bin Walid
bin Abdul malik
Para kalifah dinasti umayyah, Ia menjabat sebagai
kholifah ketiga belas Daulah bani Umayyah mengantikan saudaranya, yazid bin
Walid. Karena kondisi saat itu mengalami guncangan. Naiknya ibrahim sebagai
kholifah tidak disetujui oleh sebagian kalangan keluarga Bani Umayyah. Bahkan
sebagian ahli sejarah menyebutkan dikalangan sebagian bagian Umayyah ada yang
menganggap hanya sebagai gubernur, bukan kholifah.
Diantara mereka yang menolak kekholifahan Ibrahim bin
Walid adalah Marwan bin Muhammad . saat itu ia menjabat gubernur empat wilayah
yaitu Armenia, Kaukasus, Azerbaijan dan Mosul. Marwan tak hanya menolak baiat
atas Ibrahim bin Walid, namun juga mengerahkan 80.000 dari Armenia menuju
Suriah. Itulah gerakan terbesar yang dihadapi pemerintahan Ibrahim bi Walid.
untuk menghadapi pasukan besar itu, ia meminta bantuan saudara sepupunya. Sulaiman
bin Hisyam dan mengangkatnya sebagai panglima besar. Untuk menghadang kekuatan
pasukan Marwan bin Muhammad, panglima Sulaiman segera mengadakan kunjungan
keberbagai daerah dekat Syiria dan Palestina serta beberapa daerah lainnya.
Akhirnya, dari Mesir, Irak dan Hijaz datang bala bantuan yang mencapai 120.000
orang . pasukan besar itu berangkat dari damaskus menuju utara untuk menghadang
Marwan bin Muhammad,
14. Marwan bin Muhammad
Para kalifah dinasti umayyah, Beliau seorang ahli
negara yang bijaksana dan seorang pahlwan. Pada awalnya, beliau adalah seorang
gubernur di salah satu wilayah yang dikuasai oleh bani Umayyah. Delegetimasi
politik yang dialami oleh kholifah Ibrahim serta keadaan yang sudah cukup
mengkhawatirkan menyebabkan beliau dibaiat sebagai kholifah.[10]
Pemberontakan dapat ditumpas oleh beliau,tetapi kholifah
marwan tidak mampu menghadapi gerakan perlawanan gerakan bani Abbasiyah yang
pendukungnya telah menguat. Gerakan Abbasiyah kemudian mengonsolidasi
diri mulai melancarkan serangkaian serangan ke damaskus yang telah lemah.
Marwan bin Muhammad akhirnya berhasil dikudeta oleh kelompok Abbasiyah.
Beliau melarikan diri ke Hurah, dan akhirnya sampai ke
Mesir. Kholifah Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzul hijjah 132 H. Dengan
kudeta ini berakhirlah kedaulatan bani Umayyah dan terjadi transformasi
kepemimpinan ke Bani Hasyim yang dipimpin oleh Abul Abbas As-Saffah, keturunan
dari Abbas bin Abdul Muthalib paman Nabi
Muhammad Saw.
Secara umum keruntuhan Dinasti Umayyah di pengaruhi oleh
hal-hal berikut:
- Pergantian khalifah mengalami penyelewengan dari system musyawarah Islam diganti dengan system kerajaan.
- Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak lepas dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali.
- Adanya pertentangan antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang makin meruncing.
- Menyalahi perjanjian Madain antara Muawiyyah dan Hasan bin Ali.
- Pengangkatan putra mahkota lebih dari satu.
- Pemerintahan yang korup, boros dan bermewah-mewah dikalangan istana.
- Memecat dan mengganti orang-orang dalam jabatannya dengan orang-orang yang disukai saja padahal pengganti itu tidak ahli.
- Kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan agama sehingga menimbulkan pergolakan dari golongan agama.
- Munculnya kekuasan baru yang dipelopori oleh Al-Abbas ibn Abdul Munthalib kekuasaan Dinasti bani Abbasiyyah[11]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Muawiyah bin
Abi Sufyan adalah Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayah bin Harb bin Abdi
Syams bin Abd Manaf al-Quraisy al-Amawi.. Muawiyah yang dijuluki Abu Abd
Al-Rahman, dilahirkan kira-kira pada tahun ke-5 sebelum kenabian (606 M).
Muawiyah masuk Islam pada perisrtiwa penaklukan kota Mekkah, ketika ia berusia
lebih kurang 23 tahun. Secara trah biologis Muawiyah merupakan cicit dari salah
seorang yang cukup berpengaruh pada masa Arab Jahiliyah (Pra Islam) yakni
Umaiyah bin Abudul Syams,
2. Perkembangan
Islam masa Muawiya meliputi, Bidang
administrator pemerintahan, Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan, Kemajuan
dibidang pemerintahan, Kemajuan dibidang ekonomi, Kemajuan dibidang dakwah, Kemajuan
dibidang seni budaya
3. Secara umum
keruntuhan Dinasti Umayyah di pengaruhi oleh hal-hal yaitu Pergantian khalifah
mengalami penyelewengan dari system musyawarah Islam diganti dengan system
kerajaan.
B. Saran
Sejarah harus di tempatkan sebagaimana kondisi saat
sebuah kejadian itu terjadi, benar salahnya sebuah tidak dapat di justifikasi
secara objektif dan propordional olehnya itu kita perlu membuka persfektif yang
lebih luas dalam memahami sejarah
14
|
DAFTAR PUSTAKA
Agung
Media Utomo Bani Umayyah (https://aleyelay.wordpress.com/2012/10/15/makalah-spi-bani-umayyah/) diakses pada 12 Mei 2017.
Cerita Islam “Biografi Muawiyah bin Abu Sofyan”( https://story-of-muslim.blogspot.co.id/2013/07/biografi-muawiyah-bin-abi-sufyan.html) Diakses 12 Mei 2017
Dahlan,H.
M. Sejarah Perdaban Islam (SPI).
Makassar; Alauddin Uversity Press, 2013
Esposito, John L. Islam dan politik.
Jakarta: Bulan Bintang,1990.
Kumpulan Tugas Kuliah Perkembangan Islam Masa
Bani Umayyah (http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2015/01/perkembangan-islam-pada-masa-bani.html) Diakses pada 12 Mei 2017.
Nasution, Harun.Islam ditinjau dari
berbagai aspeknya. Jlid I; Cet. Ke V: UI Press, 1985
Salma.Kartika
Perang Jamal dan Perang Siffin (http://salma-kartika.blogspot.co.id/p/perang-jamal.html) diakses 12 Mei 2017.
Syalabi, A.Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Jilid2; Jakarta: Pustaka Alhusna,1982
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.
15
|
[1]Dr. H. M. Dahlan M, Ag. Sejarah Perdaban Islam (SPI). Makassar; Alauddin Uversity Press.
2013 Halaman46
[2].Cerita Islam “Biografi Muawiyah bin Abu Sofyan”( https://story-of-muslim.blogspot.co.id/2013/07/biografi-muawiyah-bin-abi-sufyan.html) Diakses 12 Mei 2017
[3]DR. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2003)
[4]Salma Kartika
Perang Jamal dan Perang Siffin (http://salma-kartika.blogspot.co.id/p/perang-jamal.html) diakses 12 Mei 2017.
[5]Dr. H.
M. Dahlan M, Ag. Sejarah Perdaban Islam
(SPI). Makassar; Alauddin Uversity Press. 2013 Halaman49
[6]Prof.
DR. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid2, (Jakarta: Pustaka
Alhusna,1982)
[7]Kumpulan Tugas Kuliah Perkembangan Islam Masa
Bani Umayyah (http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2015/01/perkembangan-islam-pada-masa-bani.html) Diakses pada 12 Mei 2017.
[8]Harun Nasution, Islam ditinjau dari
berbagai aspeknya, jilid 1, Cet. Ke 5, UI Press, 1985
[9]John
L. Esposito, Islam dan politik, (Jakarta: Bulan Bintang,1990)
[10]Agung
Media Utomo Bani Umayyah (https://aleyelay.wordpress.com/2012/10/15/makalah-spi-bani-umayyah/) diakses pada 12 Mei 2017.
[11]Agung
Media Utomo Bani Umayyah (https://aleyelay.wordpress.com/2012/10/15/makalah-spi-bani-umayyah/) diakses pada 12 Mei 2017.
No comments:
Post a Comment