Tuesday, November 21, 2017

Islam dari Nabi - Khalifah Ali bin Abi Thalib



SEJARAH PERADABAN ISLAM
I.              Masyarakat Arab sebelum Islam
a.    Watak
Hijaz merupakan daerah yang kering dan bergunung, bukan merupakan tempat yang memberikan kehidupan yang cukup. Letaknya di semenanjung dikenal dengan nama daerah yang kering dan panas. Pada musim panas suhunya mencapai 370 C dengan kelembapan rendah.
Bangsa Arab jika ditelaah dari sisi etimologi, kata Arab berasal dari bahasa semit yang berarti “berkelana atau nomaden”. Pada kenyataannya bangsa Arab merupakan kelompok yang sering melakukan perjalanan atau berkelana dalam mempertahankan hidup. Mereka senantiasa mencari oase dan menghabiskan musim panas di daerah tersebut. Sedangkan ketika musim hujan tiba mereka berpindah ke daerah selatan dekat Yaman agar kebutuhan ternaknya dapat terpenuhi di daerah subur.
Bangsa Arab hidup berkelompok atau kabilah yang dipimpin oleh seorang tokoh yang dikenal dengan sebutan shaikh. Suku menjadi identitas penting bagi mereka sehingga anggota klan atau kabilah akan mendapat perlindungan, dukungan, dan kesempatan ekonomi. Mereka akan berperang hanya untuk mempertahankan salah satu anggotanya. Bagi mereka perjuangan hidup harus terus menerus dilakukan, baik dalam melawan manusia maupun alam.
b.   Budaya
Bangsa Arab dikenal memiliki hasrat keindahan alamiah sebagai ungkapan artistik. Puisi menjadi seni de facto di Arab, syair epos yang memuja suku dan kepahlawanan menjadi karya terbesar mereka, sehingga tujuh karya syair terhebat pra islam dikenal dengan nama muallaqat yang berarti tergantung, namun dalam bentuk tulisan masih langka di semenanjung Arab.
Bangsa Arab dikenal memiliki daya ingat yang kuat, mereka mampu mengingat hingga ribuan baris dan dapat diulanginya. Mereka juga dikenal sangat memuliakan tamunya, mereka menjamu tamunya dengan sebaik-baiknya. Tradisi ini kemudian dilanjutkan dalam Islam. 
c.       Tradisi Keagamaan
Bangsa Arab dalam hal agama dikenal politeis. Mereka membuat patung kayu dan batu untuk menampilkan sifat-sifat Tuhan dan kemudian mereka menampilkan tuhan-tuhan dalam bentuk terpisah. Menjelang kedatangan Nabi Muhammad SAW., terdapat 360 tuhan di Kakbah.
Pada awalnya mereka monoteis dalam hal beragama, mereka mengikuti ajaran Nabi Ibrahim as dan Ismail as, namun setelah berapa abad sebagian besar dari mereka mulai meninggalkan ajaran hanif. Ketika salah seorang tetuah mereka berkunjung ke Yaman dan melihat bentuk pemujaan tuhan dalam bentuk patung batu dan kayu maka merekapun mengadopsi ritual ibadah mereka.
II.           Nabi Muhammad Saw., di Mekah
a.      Sejarah Lahir
Nabi Muhammad SAW di lahirkan di Makkah pada tanggal 12 rabiul awal tahun gajah atau sekitar tahun 570 Masehi. Lahir dalam kondisi yatim sepeninggal ayahnya Abdullah ketia masih berusia 2 bulan dalam kandungan ibunya Aminah. Pada saat berusia 6 tahun ibunya Aminah wafat sehingga beliau diasuh oleh kakeknya Syaibah (Abdul Muttalib). Namun kebersamaan Muhammad SAW dengan kakeknya tidak lama, sebab pada saat usianya 8 tahun kakeknya Abdul Muttalib wafat.
Abdul Muttalib merupakan salah seorang tetuah quraisy dari kabilah Bani Hasyim yang bertanggung jawab terhadap pengunjung atau penziarah di Kakbah dalam hal urusan Siqayah dan Rifadah. Ketika ia merasa usianya sudah tidak lama, maka ia pun memanggil anaknya Abu Thalib untuk meminta kesediannya mengasuh cucu kesayangannya Muhammad. Padahal saat itu kondisi ekonomi Abu Thalib terbilang di bawah dari saudara-saudaranya, Abbas dikenal sebagai saudagar kaya namun pelit, Abd Uzza (Abu Lahab) juga dikenal memiliki kecukupan ekonomi tetapi pendengki, sedangkan Hamzah dikenal bengis. Berbeda dengan Abu Thalib yang dikenal memiliki sifat lemah lembut.
Pada saat berusia 12 tahun melakukan perjalanan perniagaan di negeri Syam, disana beliau bertemu dengan salah seorang pendeta yang mengetahui ciri-ciri kenabiannya. Nabi Muhammad SAW memiliki reputasi yang sangat baik, dikenal sebagai orang yang sadiq dan al-amin karena tindakannya yang banyak menengahi berbagai kasus.
Nabi Muhammad saw menjelang usianya 20 tahun ikut berniaga dalam rombongan janda kaya Khadijah binti Kuwailid, karena kejujurannya sehingga Khadijah terpesona dan meminta Muhammad untuk melamarnya.
b.      Tantangan dalam Berdakwah
Pada tahun 610 masehi, pada saat rutinitasnya berdiam diri (berkhalwat) di gua Hira tiba-tiba didatangi oleh Malaikat Jibril dan memerintahkan “Bacalah”, namun jawabnya saya tidak bisa membaca. Kalimat tersebut terus diulang sampai 3 kali. Malaikatpun membacakan Qs. Al-‘Alaq ayat 1-5.
Khadijah merupakan orang pertama dari kalangan perempuan yang mempercayainya dan menganut Islam, kemudian disusul oleh teman terdekatnya Abu Bakar as-Shiddiq, dari kalangan anak-anak Ali bin Abu Thalib, dan dari kalangan budak Zaid.
Pada awal dakwahnya di Mekah dilakukan dengan sembunyi-sembunyi sebab paa saat itu mendapatkan tantangan dari kaum kafir Quraisy. Mereka enggan menerima agama baru tersebut. Banyak di antara sahabat yang masuk Islam mendapatkan siksaan yang bengis dilakukan oleh orang kafir. Sumayyah merupakan korban pertama penganiayaan orang kafir terhadap Islam.
Setelah turunnya wahyu Qs. Al-Muddatsir maka dakwahpun dilakukan secara terang-terangan, sehingga efeknya pada pemboikotan terhadap kabilah Bani Hasyi yang dianggap selalu melindungi Muhammad SAW.
Pada hakekatnya, latar belakang penolakan terhadap agama Islam bukanlah murni karena agama, namun adanya dendam kesumat dari klan Abd. Dar keturunan Bani Umayyah yang selalu dengki terhadap pamannya Hasyim yang selalu mendapat tempat khusus di hati kaum kafir Quraisy. Mereka enggan menerima ajaran Islam karena Muhammad bukan berasal dari Klannya, melainkan dari klan Bani Hasyim. Penidasan terus dirasakan oleh umat islam sampai pada turunnya perintah untuk melakukan Hijrah. 


c.       Keberhasilan dalam Berdakwah
Dakwah yang dilakukan oleh Muhammad SAW., terbilang berhasil di Makkah meskipun tidak segemilang di Madinah. Muhammad SAW telah menanamkam nilai-nilai Islam di hati masyarakat Makkah yang saat itu hidup berkasta-kasta, sedangkan Islam menghapus kasta di antara manusia.
III.        Nabi Muhammad Saw., di Madinah
a.      Peristiwa Hijrah
Rasulullah SAW berangkat ke Yatsrib ditemani oleh Abu Bakar, sedangkan yang menggantikannya di tempat tidur adalah Ali bin Abu Thalib, mereka dapat lolos dari kepungan Abu Jahal (Abu al-Hakam) berkat pertolongan Allah SWT.
Setibanya di Yatsrib beliau disambut dengan meriah oleh penduduk Aus dan Khazraj yang sebagian dari mereka sebelumnya memang sudah pernah dibaiat di Aqabah sebanyak 2 kali.  
b.      Strategi Politik di Madinah
Rasulullah setibanya di Yatsrib menginap di rumah Abu Ayyub al-Anshari yang memang masih masih memiliki pertalian darah dengan nabi. Langkah utama yang dilakukan di Yatsrib adalah membangun Masjid, mempersaudarakan antara orang-orang yang berhijrah (Muhajirin) dan kelompok penolong (Anshar). Beliaupun mengganti nama Yatsrib dengan nama Madinah (kota) yang kemudian dikenal sampai hari ini.
Rasulullah juga membangun komitmen dengan penganut agama lain di Madinah ditandai dengan lahirnya Piagam Madinah dengan tujuan mengikat warga Madinah dalam satu kesatuan dengan masyarakat muslim.
c.       Keberhasilan
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW di Madinah menjadi ancaman bagi kaum Kafir Quraisy di Makkah sehingga pada tahun 624 masehi melutuslah perang pertama antara pasukan muslim dan pasukan kafir yang dikenal dengan nama perang Badar yang saat itu pasukan muslim terdiri dari 300 orang sedangkan pasukan kafir berjumlah 1.000 orang. Yang kemudian dimenagkan oleh pasukan muslim.
Perang selanjutnya terjadi di bukit Uhud yang saat itu pasukan muslim tergiur dengan ghanimah sehingga mereka menuai kekalahan dan terbunuhnya Hamzah bin Abdul Muttalib. Perang selanjutnya adalah perang ahzab atau perang khandaq, berkat saran dari Salman al-Farizi untuk membuat parit  di sekeliling kota Madinah sehingga sulit untuk ditembus oleh pasukan kafir.
Klimaks dari semua ini adalah perjanjian Hudaibiyah, yang secara kasak mata merugikan Islam, namun pada akhirnya sangat menguntungkan pasukan Islam yang berakhir dengan peristiwa Fathu Makkah pada tahun 9 H. Peristiwa Fathu Makkah mengakhiri konflik antara Rasulullah SAW dengan penduduk Makkah yang kemudian berbondong-bondong memeluk Islam.
IV.        Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq
a.      Biografi
Abu Bakar as-Shiddiq diangkat menjadi khalifah pada tahun 632 M, merupakan orang pertama di luar Bani Hasyim yang memeluk Islam. Abu Bakar dikenal sebagai orang yang dermawan, banyak dari hartanya disumbangkankannya untuk membebaskan budak yang disiksa oleh majikannya karena memeluk Islam.
Bilal bin Rabah adalah salah seorang budak yang dimerdekakan oleh Abu Bakar dari Umayyah bin Khalaf. Ia tidak pernah ragu dalam menerima dakwah dari Nabi SAW., ia juga yang membenarkan peristiwa Isra Mikraj yang dialami oleh Nabi SAW. Karena itulah ia digelari as-Shiddiq.
b.      Strategi Politik
Abu Bakar terpilih menjadi khalifah pada saat terjadi pergolakan di Tsaqifah Bani Sa’adah yang pada saat itu orang Anshar ingin membaiat As’ad sebagai pengganti Rasulullah SAW., namun Umar membaiat Abu Bakar as-Shiddiq dan diterima oleh semua orang yang hadir.
Tantangan pertama yang didapatkan oleh Abu Bakar adalah perang terhadap orang-orang yang tidak mau membayar zakat, perang melawan nabi palsu, dan perang melawan orang-orang yang murtad setelah beriman.
Selama 2 tahun menjabat sebagai khalifah, ia berhasil membasmi berbagai macam pemberontakan, dan juga mengirim Khalid bin Walid dalam memimpin perluasan wilayah Islam.
Abu Bakar sangat hati-hati dalam megambil sebuah keputusan, namun tegas dalam mengeluarkan keputusan yang dikeluarkannya. Sifatnya yang lemah lembut mendapat tempat bagi ummat pada saat itu. Beliau wafat setelah 2 tahun diangkatnya sebagai khalifah dalam keadaan sakit.
V.           Khalifah Umar bin Khattab
a.      Biografi
Khalifah Umar Bin Khattab Ibnu Napail dari Bani Adi dari Kabilah Quraisy. Dia adalah Khalifah yang pertama kali diberi gelar Amir Al-Mu’minin. Dia pula menurut banyak orang yang menempati tempat yang kedua setelah Nabi  SAW. Dalam tataran tokoh ajaran Islam.
 Umar Bin Khattab juga sering diutus oleh Kabilahnya pada masa jahiliyah untuk berdiplomasi di tempat kabilah yang lain apabila terjadi pertentangan atau peperangan di Mekkah. Dia adalah orang yang paling di memusuhi orang-orang yang masuk Islam pada tahun pertama kenabian.
Umar masuk Islam pada tahun keenam setelah kenabian dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi yang banyak membantu perjuangan ummat Islam. Ketika diizinkan berhijrah ke Madinah.
Dia salah satu sahabat terdekat Nabi SAW di Madinah, dan banyak pendapatnya diambil untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi ummat Islam. Dan banyak juga yang mengikuti peperangan yang sangat besar bersama Nabi SAW. Serta dijadikan sebagai tempat rujukan oleh Nabi SAW di dalam hal-hal yang penting.
Umar memainkan peran yang sangat penting pada pertemuan “Al-Tsaqifah” yang menghasilkan keputusan dipilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah setelah Rasulullah SAW wafat.
Umar Bin Khattab bukan saja pandai menciptakan ulang terhadap kebijaksanaan yang ada. Jika itu diperlukan oleh panggilan zaman demi tercapainya kemaslahatan ummat Islam.
Khalifah Umar Bin Khattab memerintah selama sepuluh tahun lebih enam bulan empat hari. Ketika Umar Bin Khattab shalat jamaah subuh di mesjid tiba-tiba datang seorang budak bangsa persia bernama Farus atau Abu Lu’lu secara tiba-tiba menyerang dengan tikaman pisau tajam kerah khalifah yang akan mendirikan shalat subuh yang telah ditunggu-tunggu oleh jamaahnya di mesjid an-Nabawi di pagi buta itu khalifah yang terluka parah itu,dari pembaringannya mengangkat “syura” ( komisi pemilihan ) yang memilih penerus tingkat ke khalifahannya. Khalifah Umar wafat tiga hari setelah peristiwa penikaman atas dirinya yakni 1 Muharram 23 H/644M.
b.      Strategi Politik
Perkembangan Islam sebagai kekuatan politik pada masa Umar di buktikan dengan Eksapansi wilayah, membentang dari Mekkah ke selatan dan kearah barat sampai Jeddah. Adapu landasan ekspansi yang dilakukan oleh Umar adalah melanjutkan upaya yang dilakukan oleh Abu Bakar, dan Ekspansi Umar tidak dapat dikatakan sebagai pencaplokan wilayah mengingat waktu ini belum ada batas wilayah (teritorial) suatu negara.
Adapun usaha-usaha lain yang dilakukan Umar pada masa pemerintahannya sehingga Islam berkembang antara lain : 1. Perhimpunan dan Perangkuman Al-Qur’an. 2. Perkembangan Hadis dan Fiqh. 3. Perkembangan sarana ibadah seperti mesjid. 4. Pemakaian kalender hijriyah.
Adapun sistem pemerintahan Umar adalah mendirikan Dewan-dewan ( Jabatan ), membangun Bitul Mal, Mencetak uang, membentuk kesatuan tentara untuk melindungi daerah tapal batas, mengatur gaji dan mengangkat hakim-hakim dan menyelenggarakan hisba, pengawasan pasar, mengontrol timbangan dan takaran, dan menjaga tata tertib kesosialan dan sebagainya.
VI.        Khalifah Utsman bin Affan
a.      Biografi
Utsman bin Affan nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf  bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwa’i Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin ‘Adnan. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Habib bin Abdus Syam. Sedangkan nenek dari ibunya bernama Al-Baida` binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw, yakni saudara kembar Abdullah ayah rasul saw.
Utsman dilahirkan pada tahun keenam tahun Gajah. Ia lebih muda dari Nabi enam tahun. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, Namun, meski demikian beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pemalu, dan dermawan sehingga beliau begitu dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya. Kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya.  
Sesudah Rasulullah diutus Allah, ia termasuk yang mula-mula masuk  Islam. Ia termasuk orang yang masuk Islam lantaran da’wah dari seruan Abu Bakar, ia adalah orang yang ikut hijrah sebanyak dua kali, yakni hijrah ke Habasyah dan ke Madinah.
Masa khilafahnya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas hari. Beliau dibaiat pada awal bulan Muharram tahun dua puluh empat Hijriyah dan terbunuh pada tanggal delapan belas Dzulhijjah tahun tiga puluh lima hijriyah.
Adapun usia beliau telah mencapai lebih dari delapan puluh tahun. Shalih bin Kasim berkata, ”Beliau wafat pada usia delapan puluh tahun beberapa bulan. ” Dikatakan, “delapan puluh empat tahun.”
b.      Strategi Politik
Khulafa ar-Rasyidin yang ketiga Utsman bin Affan memiliki ciri khusus mulai dari kedermawanannya juga kepribadian yang dikenal orang sebagai seorang yang pemalu tapi bukan berarti lemah namun tetap semangat terbukti dengan beberapa prestasi yang dikhususkan dari khalifah sebelumnya maupun sesudahnya, antara lain telihat dari keberaniaan dalam menjadikan standarisasi bacaan Al Qur`an. Dan tetap melanjutkan perluasan daerah keberbagai tempat yang sebelumnya dikuasai oleh kekuasaan besar yaitu Romawi dan Persia.
Namun semua kebaikan yang dilakukan terkadang masih disalah artikan oleh beberapa kalangan, hal ini tak terlepas dari perseteruan politik dari pihak yang sejak awal pengangkatan khalifah Utsman menginginkan Ali yang seharusnya layak menggantikan Umar. Sejarah Utsman bin Affan sangat banyak meninggalkan tanda tanya, yang dikemudian hari pada pemerintahan khalifah setelahnya menjadi sumber dari fitnah di antara sahabat-sahabat senior. Pelajaran ini sangat berharga mengingat perpecahan dalam tubuh umat islam generasi awal tidak lepas dari propaganda-propaganda yang tidak menginginkan umat Islam tetap dalam kejayaan.

VII.     Khalifah Ali bin Abi Thalib
a.      Biografi
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bi Qushay bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan.
Ali dilahirkan dari pasangan Abu Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf dengan Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf.  Dilahirkan pada hari Jum’at 13 rajab 600 M (pendapat lain mengatakan bahwa tahun kelahirannya 570 M).
Orang tua Ali masih memiliki pertalian darah yang berasal dari moyang mereka Hasyim. Merupakan hal yang pertama kali terjadi dikalangan bani Hasyim sebuah proses perkawinan dari moyang yang sama.
Kebiasaan bangsa Arab Jahiliyah memberikan nama kepada anaknya dengan menggunakan gelar binatang sebagai tanda keperkasaannya. Sehingga ketika lahir Ali dinamai oleh ibunya dengan nama Haidar (singa) namun diganti oleh ayahnya Abu Thalib dengan nama Ali (yang berbudi luhur).
Masa kanak-kanak Ali diasuh oleh saudara sepupunya Muhammad SAW., sebab Muhammad SAW melihat kondisi pamannya Abu Thalib yang memiliki banyak anak namun miskin, berbeda dengan beberapa orang pamannya seperti Hamzah, Abbas, dan Abd. Uzza yang memiliki kelebihan harta namun memiliki perangai yang berbeda. Hal ini pula yang menjadi alasan bagi Abdul Mutthalib untuk memanggil Abu Thalib ketika menjelang ajalnya dan menyerahkan cucu kesayangannya Muhammad SAW untuk diasuhnya daripada diserahkan kepada anak-anaknya yang lain.
Hamzah memiliki perangai yang kasar dan bengis sehingga ditakutkan Muhammad SAW akan mengikuti perangainya, Abbas yang berprofesi sebagai saudagar kaya namun ia kikir, Abd. Uzza juga memiliki banyak harta namun fanatisme terhadap ajaran nenek moyangnya sebagai penyembah berhala. Hal inilah yang ditakuti oleh Abdul Mutthalib yang selama hidupnya mewarisi apa yang didapatkannya dari Hasyim orang tuanya tentang etika-etika yang baik yang selama hidupnya tidak pernah menyembah berhala dan memiliki sifat yang baik dan agung yang kemudian mengantarkannya sebagai penjaga ka’bah dan pemberi makan dan minum bagi peziarah.
Sifat yang diturunkan Abu Thalib kepada Muhammad SAW juga diturunkannya kepada Ali bin Abi Thalib. Ali yang pertama kali terbuka rohaninya melihat ajaran tauhid yang dibawa oleh Muhammad SAW sebagai risalah Tuhan, Ali hanya mengenal cahaya Islam dan pada saat usianya 10 tahun ia sudah menerima Islam tanpa ragu dan berunding sedikitpun. Olehnya itu, sejarah mencatat bahwa Ali merupakan orang pertama dari Bani Hasyim dan dari kalangan anak muda (belum akil baligh) yang memeluk Islam.
Pernikahan pertamanya terjadi pada tahun 624 Masehi setelah perang Badar, Ali melamar putri Rasulullah SAW., Fatimah az-Zahrah binti Muhammad setelah sebelumnya akan dilamar oleh Abu Bakar as-Shiddiq dan Umar bin Khattab namun kurang mendapat respon dari Rasulullah SAW., ketika Ali yang meminta kepada Muhammad SAW., untuk melamar Fatimah maka Rasulullah menyambutnya dengan positif. Ali menjual perisainya seharga 400 dirham untuk dijadikan mahar. Pernikahan Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah az-Zahrah melahirkan anak yaitu Hasan, Husain, Muhsin, Ummu Kulsum, dan Zainab.
Pernikahan keduanya, dilakukan dengan Ummul Banin binti Haram yang darinya terlahir Jafar, Abbas, Abdullah, dan Utsman. Pernikahan ketiga dilakukan dengan Laila binti Mas’ud yang darinya terlahir Ubaidullah dan Abu Bakar. Istri keempatnya adalah Asma binti Umays dari terlahir Yahya dan Muhammad Asghar. Istri kelimanya bernama Rukiyah. Istri ketujuhnya adalah Haulah binti Ja’far darinya terlahir Muhammad bin al-Hanafiyah. Istri kedelapannya adalah Ummu Said binti Urwah darinya terlahir Ummul Hasan dan Ramlah Kubra. Istri kesembilannya adalah Mahabbab binti Imru’ul Qays darinya terlahir seorang putri yang meninggal ketika masih kecil.
Ali bin Abi Thalib menikah sebanyak sembilan kali, namun pernikahannya yang kedua dan seterusnya dilakukan setelah wafatnya Fatimah az-Zahrah. Dari hasil pernikahannya melahirkan 14 orang anak laki-laki dan 17 orang anak.

b.      Strategi Politik
Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu khalifah yang memiliki sifat zuhud, ketika dianobatkan sebagai khalifah keempat menggantikan khalifah Utsman bin Affan beliau dihadapkan dengan berbagai macam pemberontakan sehingga tidak memberikan ruang baginya untuk melakukan perluasan wilayah Islam. Khalifah Ali bin Abi Thalib telah berupaya untuk memenuhi keinginan ummat pada masanya untuk mengganti para pejabat yang diangkat oleh khalifah sebelumnya sebagai pejabat yang korup dan tidak berakhlak, namun hal tersebut tidak diindahkan oleh beberapa wilayah kekuasaan yang sebaliknya melakukan perlawanan terhadap keputusan khalifah.
Ali bin Abi Thalib merupakan ancaman bagi segelintir orang yang mencintai dunia dan hidup dalam gelimang harta dan kekuasaan yang telah dinikmatinya. Selain itu, fitnah yang dilakukan oleh kaum sabais yang menjadi musuh dalam selimut bagi khalifah Ali dan menjadi duri dalam Islam sehingga melahirkan fitnah besar bagi ummat yang diawali dengan terbunuhnya khalifah Utsman sampai kepada lahirnya aliran teologi.
Sifat iri dan dengki yang terbawa dari zaman jahiliyah tentang perebutan kekuasaan antar kabilah kembali melekat pada ummat tertentu yang memicu lahirnya pergolakan politik dari kaum Tulaqa’. Sehingga pasca terbunuhnya khalifah Ali menjadi akhir dari masa kepemimpinan khulafa ar-Rasyidin dan menjadi babak baru lahirnya Dinasti dalam Islam.

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...