SEJARAH PERADABAN ISLAM
I.
Masyarakat Arab sebelum Islam
a.
Watak
Hijaz merupakan daerah yang kering dan bergunung, bukan
merupakan tempat yang memberikan kehidupan yang cukup. Letaknya di semenanjung
dikenal dengan nama daerah yang kering dan panas. Pada musim panas suhunya
mencapai 370 C dengan kelembapan rendah.
Bangsa Arab jika ditelaah dari sisi etimologi, kata Arab
berasal dari bahasa semit yang berarti “berkelana atau nomaden”. Pada
kenyataannya bangsa Arab merupakan kelompok yang sering melakukan perjalanan
atau berkelana dalam mempertahankan hidup. Mereka senantiasa mencari oase dan
menghabiskan musim panas di daerah tersebut. Sedangkan ketika musim hujan tiba
mereka berpindah ke daerah selatan dekat Yaman agar kebutuhan ternaknya dapat
terpenuhi di daerah subur.
Bangsa Arab hidup berkelompok atau kabilah yang dipimpin
oleh seorang tokoh yang dikenal dengan sebutan shaikh. Suku menjadi identitas
penting bagi mereka sehingga anggota klan atau kabilah akan mendapat
perlindungan, dukungan, dan kesempatan ekonomi. Mereka akan berperang hanya
untuk mempertahankan salah satu anggotanya. Bagi mereka perjuangan hidup harus
terus menerus dilakukan, baik dalam melawan manusia maupun alam.
b.
Budaya
Bangsa Arab dikenal memiliki hasrat keindahan alamiah
sebagai ungkapan artistik. Puisi menjadi seni de facto di Arab, syair epos yang
memuja suku dan kepahlawanan menjadi karya terbesar mereka, sehingga tujuh
karya syair terhebat pra islam dikenal dengan nama muallaqat yang berarti
tergantung, namun dalam bentuk tulisan masih langka di semenanjung Arab.
Bangsa Arab dikenal memiliki daya ingat yang kuat, mereka
mampu mengingat hingga ribuan baris dan dapat diulanginya. Mereka juga dikenal
sangat memuliakan tamunya, mereka menjamu tamunya dengan sebaik-baiknya.
Tradisi ini kemudian dilanjutkan dalam Islam.
c.
Tradisi Keagamaan
Bangsa Arab dalam hal agama dikenal politeis. Mereka membuat patung
kayu dan batu untuk menampilkan sifat-sifat Tuhan dan kemudian mereka
menampilkan tuhan-tuhan dalam bentuk terpisah. Menjelang kedatangan Nabi
Muhammad SAW., terdapat 360 tuhan di Kakbah.
Pada awalnya mereka monoteis dalam hal beragama, mereka mengikuti
ajaran Nabi Ibrahim as dan Ismail as, namun setelah berapa abad sebagian besar
dari mereka mulai meninggalkan ajaran hanif. Ketika salah seorang tetuah mereka
berkunjung ke Yaman dan melihat bentuk pemujaan tuhan dalam bentuk patung batu
dan kayu maka merekapun mengadopsi ritual ibadah mereka.
II.
Nabi Muhammad Saw., di Mekah
a.
Sejarah Lahir
Nabi Muhammad SAW di lahirkan di Makkah pada tanggal 12
rabiul awal tahun gajah atau sekitar tahun 570 Masehi. Lahir dalam kondisi
yatim sepeninggal ayahnya Abdullah ketia masih berusia 2 bulan dalam kandungan
ibunya Aminah. Pada saat berusia 6 tahun ibunya Aminah wafat sehingga beliau
diasuh oleh kakeknya Syaibah (Abdul Muttalib). Namun kebersamaan Muhammad SAW
dengan kakeknya tidak lama, sebab pada saat usianya 8 tahun kakeknya Abdul
Muttalib wafat.
Abdul Muttalib merupakan salah seorang tetuah quraisy dari
kabilah Bani Hasyim yang bertanggung jawab terhadap pengunjung atau penziarah
di Kakbah dalam hal urusan Siqayah dan Rifadah. Ketika ia merasa usianya sudah
tidak lama, maka ia pun memanggil anaknya Abu Thalib untuk meminta kesediannya
mengasuh cucu kesayangannya Muhammad. Padahal saat itu kondisi ekonomi Abu
Thalib terbilang di bawah dari saudara-saudaranya, Abbas dikenal sebagai
saudagar kaya namun pelit, Abd Uzza (Abu Lahab) juga dikenal memiliki kecukupan
ekonomi tetapi pendengki, sedangkan Hamzah dikenal bengis. Berbeda dengan Abu
Thalib yang dikenal memiliki sifat lemah lembut.
Pada saat berusia 12 tahun melakukan perjalanan
perniagaan di negeri Syam, disana beliau bertemu dengan salah seorang pendeta
yang mengetahui ciri-ciri kenabiannya. Nabi Muhammad SAW memiliki reputasi yang
sangat baik, dikenal sebagai orang yang sadiq dan al-amin karena tindakannya
yang banyak menengahi berbagai kasus.
Nabi Muhammad saw menjelang usianya 20 tahun ikut
berniaga dalam rombongan janda kaya Khadijah binti Kuwailid, karena
kejujurannya sehingga Khadijah terpesona dan meminta Muhammad untuk melamarnya.
b.
Tantangan dalam Berdakwah
Pada tahun 610 masehi, pada saat rutinitasnya berdiam
diri (berkhalwat) di gua Hira tiba-tiba didatangi oleh Malaikat Jibril dan
memerintahkan “Bacalah”, namun jawabnya saya tidak bisa membaca. Kalimat
tersebut terus diulang sampai 3 kali. Malaikatpun membacakan Qs. Al-‘Alaq ayat
1-5.
Khadijah merupakan orang pertama dari kalangan perempuan
yang mempercayainya dan menganut Islam, kemudian disusul oleh teman terdekatnya
Abu Bakar as-Shiddiq, dari kalangan anak-anak Ali bin Abu Thalib, dan dari
kalangan budak Zaid.
Pada awal dakwahnya di Mekah dilakukan dengan
sembunyi-sembunyi sebab paa saat itu mendapatkan tantangan dari kaum kafir
Quraisy. Mereka enggan menerima agama baru tersebut. Banyak di antara sahabat
yang masuk Islam mendapatkan siksaan yang bengis dilakukan oleh orang kafir.
Sumayyah merupakan korban pertama penganiayaan orang kafir terhadap Islam.
Setelah turunnya wahyu Qs. Al-Muddatsir maka dakwahpun
dilakukan secara terang-terangan, sehingga efeknya pada pemboikotan terhadap
kabilah Bani Hasyi yang dianggap selalu melindungi Muhammad SAW.
Pada hakekatnya, latar belakang penolakan terhadap agama
Islam bukanlah murni karena agama, namun adanya dendam kesumat dari klan Abd.
Dar keturunan Bani Umayyah yang selalu dengki terhadap pamannya Hasyim yang
selalu mendapat tempat khusus di hati kaum kafir Quraisy. Mereka enggan
menerima ajaran Islam karena Muhammad bukan berasal dari Klannya, melainkan
dari klan Bani Hasyim. Penidasan terus dirasakan oleh umat islam sampai pada
turunnya perintah untuk melakukan Hijrah.
c.
Keberhasilan dalam Berdakwah
Dakwah yang dilakukan oleh Muhammad SAW., terbilang
berhasil di Makkah meskipun tidak segemilang di Madinah. Muhammad SAW telah
menanamkam nilai-nilai Islam di hati masyarakat Makkah yang saat itu hidup
berkasta-kasta, sedangkan Islam menghapus kasta di antara manusia.
III.
Nabi Muhammad Saw., di Madinah
a.
Peristiwa Hijrah
Rasulullah SAW berangkat ke Yatsrib ditemani oleh Abu Bakar,
sedangkan yang menggantikannya di tempat tidur adalah Ali bin Abu Thalib,
mereka dapat lolos dari kepungan Abu Jahal (Abu al-Hakam) berkat pertolongan
Allah SWT.
Setibanya di Yatsrib beliau disambut dengan meriah oleh penduduk Aus
dan Khazraj yang sebagian dari mereka sebelumnya memang sudah pernah dibaiat di
Aqabah sebanyak 2 kali.
b.
Strategi Politik di Madinah
Rasulullah
setibanya di Yatsrib menginap di rumah Abu Ayyub al-Anshari yang memang masih
masih memiliki pertalian darah dengan nabi. Langkah utama yang dilakukan di
Yatsrib adalah membangun Masjid, mempersaudarakan antara orang-orang yang
berhijrah (Muhajirin) dan kelompok penolong (Anshar). Beliaupun mengganti nama
Yatsrib dengan nama Madinah (kota) yang kemudian dikenal sampai hari ini.
Rasulullah
juga membangun komitmen dengan penganut agama lain di Madinah ditandai dengan
lahirnya Piagam Madinah dengan tujuan mengikat warga Madinah dalam satu
kesatuan dengan masyarakat muslim.
c.
Keberhasilan
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW di Madinah menjadi ancaman
bagi kaum Kafir Quraisy di Makkah sehingga pada tahun 624 masehi melutuslah
perang pertama antara pasukan muslim dan pasukan kafir yang dikenal dengan nama
perang Badar yang saat itu pasukan muslim terdiri dari 300 orang sedangkan
pasukan kafir berjumlah 1.000 orang. Yang kemudian dimenagkan oleh pasukan
muslim.
Perang selanjutnya terjadi di bukit Uhud yang saat itu
pasukan muslim tergiur dengan ghanimah sehingga mereka menuai kekalahan dan
terbunuhnya Hamzah bin Abdul Muttalib. Perang selanjutnya adalah perang ahzab
atau perang khandaq, berkat saran dari Salman al-Farizi untuk membuat
parit di sekeliling kota Madinah
sehingga sulit untuk ditembus oleh pasukan kafir.
Klimaks dari semua ini adalah perjanjian Hudaibiyah, yang
secara kasak mata merugikan Islam, namun pada akhirnya sangat menguntungkan
pasukan Islam yang berakhir dengan peristiwa Fathu Makkah pada tahun 9 H.
Peristiwa Fathu Makkah mengakhiri konflik antara Rasulullah SAW dengan penduduk
Makkah yang kemudian berbondong-bondong memeluk Islam.
IV.
Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq
a.
Biografi
Abu Bakar as-Shiddiq diangkat menjadi khalifah pada tahun
632 M, merupakan orang pertama di luar Bani Hasyim yang memeluk Islam. Abu
Bakar dikenal sebagai orang yang dermawan, banyak dari hartanya
disumbangkankannya untuk membebaskan budak yang disiksa oleh majikannya karena
memeluk Islam.
Bilal bin Rabah adalah salah seorang budak yang
dimerdekakan oleh Abu Bakar dari Umayyah bin Khalaf. Ia tidak pernah ragu dalam
menerima dakwah dari Nabi SAW., ia juga yang membenarkan peristiwa Isra Mikraj
yang dialami oleh Nabi SAW. Karena itulah ia digelari as-Shiddiq.
b.
Strategi Politik
Abu Bakar terpilih menjadi khalifah pada saat terjadi
pergolakan di Tsaqifah Bani Sa’adah yang pada saat itu orang Anshar ingin
membaiat As’ad sebagai pengganti Rasulullah SAW., namun Umar membaiat Abu Bakar
as-Shiddiq dan diterima oleh semua orang yang hadir.
Tantangan pertama yang didapatkan oleh Abu Bakar adalah
perang terhadap orang-orang yang tidak mau membayar zakat, perang melawan nabi
palsu, dan perang melawan orang-orang yang murtad setelah beriman.
Selama 2 tahun menjabat sebagai khalifah, ia berhasil
membasmi berbagai macam pemberontakan, dan juga mengirim Khalid bin Walid dalam
memimpin perluasan wilayah Islam.
Abu Bakar sangat hati-hati dalam megambil sebuah
keputusan, namun tegas dalam mengeluarkan keputusan yang dikeluarkannya.
Sifatnya yang lemah lembut mendapat tempat bagi ummat pada saat itu. Beliau
wafat setelah 2 tahun diangkatnya sebagai khalifah dalam keadaan sakit.
V.
Khalifah Umar bin Khattab
a.
Biografi
Khalifah Umar Bin Khattab Ibnu Napail dari Bani Adi dari Kabilah
Quraisy. Dia adalah Khalifah yang pertama kali diberi gelar Amir Al-Mu’minin.
Dia pula menurut banyak orang yang menempati tempat yang kedua setelah
Nabi SAW. Dalam tataran tokoh ajaran
Islam.
Umar Bin Khattab juga sering
diutus oleh Kabilahnya pada masa jahiliyah untuk berdiplomasi di tempat kabilah
yang lain apabila terjadi pertentangan atau peperangan di Mekkah. Dia adalah
orang yang paling di memusuhi orang-orang yang masuk Islam pada tahun pertama
kenabian.
Umar masuk Islam pada tahun keenam setelah kenabian dan menjadi
salah satu sahabat terdekat Nabi yang banyak membantu perjuangan ummat Islam.
Ketika diizinkan berhijrah ke Madinah.
Dia salah satu sahabat terdekat Nabi SAW di Madinah, dan banyak
pendapatnya diambil untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi ummat
Islam. Dan banyak juga yang mengikuti peperangan yang sangat besar bersama Nabi
SAW. Serta dijadikan sebagai tempat rujukan oleh Nabi SAW di dalam hal-hal yang
penting.
Umar memainkan peran yang sangat penting pada pertemuan “Al-Tsaqifah”
yang menghasilkan keputusan dipilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah setelah
Rasulullah SAW wafat.
Umar Bin
Khattab bukan saja pandai menciptakan ulang terhadap kebijaksanaan yang ada.
Jika itu diperlukan oleh panggilan zaman demi tercapainya kemaslahatan ummat
Islam.
Khalifah Umar Bin Khattab memerintah selama sepuluh tahun lebih
enam bulan empat hari. Ketika Umar Bin Khattab shalat jamaah subuh di mesjid
tiba-tiba datang seorang budak bangsa persia bernama Farus atau Abu Lu’lu
secara tiba-tiba menyerang dengan tikaman pisau tajam kerah khalifah yang akan
mendirikan shalat subuh yang telah ditunggu-tunggu oleh jamaahnya di mesjid
an-Nabawi di pagi buta itu khalifah yang terluka parah itu,dari pembaringannya
mengangkat “syura” ( komisi pemilihan ) yang memilih penerus tingkat ke
khalifahannya. Khalifah Umar wafat tiga hari setelah peristiwa penikaman atas
dirinya yakni 1 Muharram 23 H/644M.
b.
Strategi Politik
Perkembangan Islam sebagai kekuatan politik pada masa
Umar di buktikan dengan Eksapansi wilayah, membentang dari Mekkah ke selatan
dan kearah barat sampai Jeddah. Adapu landasan ekspansi yang dilakukan oleh
Umar adalah melanjutkan upaya yang dilakukan oleh Abu Bakar, dan Ekspansi Umar
tidak dapat dikatakan sebagai pencaplokan wilayah mengingat waktu ini belum ada
batas wilayah (teritorial) suatu negara.
Adapun usaha-usaha lain yang dilakukan Umar pada masa
pemerintahannya sehingga Islam berkembang antara lain : 1. Perhimpunan dan Perangkuman Al-Qur’an. 2. Perkembangan Hadis dan
Fiqh. 3. Perkembangan sarana ibadah seperti mesjid. 4. Pemakaian kalender
hijriyah.
Adapun sistem pemerintahan Umar adalah mendirikan Dewan-dewan (
Jabatan ), membangun Bitul Mal, Mencetak uang, membentuk kesatuan tentara untuk
melindungi daerah tapal batas, mengatur gaji dan mengangkat hakim-hakim dan
menyelenggarakan hisba, pengawasan pasar, mengontrol timbangan dan takaran, dan
menjaga tata tertib kesosialan dan sebagainya.
VI.
Khalifah Utsman bin Affan
a.
Biografi
Utsman bin Affan nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan
bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin
Luwa’i Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin
‘Adnan. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin
Habib bin Abdus Syam. Sedangkan nenek dari ibunya bernama Al-Baida` binti Abdul
Muthalib, bibi Rasulullah saw, yakni saudara kembar Abdullah ayah rasul saw.
Utsman dilahirkan pada tahun keenam tahun Gajah. Ia lebih muda dari
Nabi enam tahun. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya
tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, Namun,
meski demikian beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pemalu, dan
dermawan sehingga beliau begitu dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya.
Kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk
pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih
banyak dari pada orang arab lainya.
Sesudah Rasulullah diutus Allah, ia termasuk yang mula-mula
masuk Islam. Ia termasuk orang yang masuk Islam lantaran da’wah dari seruan Abu Bakar,
ia adalah orang yang ikut hijrah sebanyak dua kali, yakni hijrah ke Habasyah
dan ke Madinah.
Masa khilafahnya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas
hari. Beliau dibaiat pada awal bulan Muharram tahun dua puluh empat Hijriyah
dan terbunuh pada tanggal delapan belas Dzulhijjah tahun tiga puluh lima hijriyah.
Adapun usia beliau telah mencapai lebih dari delapan puluh tahun.
Shalih bin Kasim berkata, ”Beliau wafat pada usia delapan puluh tahun beberapa
bulan. ” Dikatakan, “delapan puluh empat tahun.”
b.
Strategi Politik
Khulafa ar-Rasyidin yang
ketiga Utsman bin Affan memiliki ciri khusus mulai dari kedermawanannya juga
kepribadian yang dikenal orang sebagai seorang yang pemalu tapi bukan berarti
lemah namun tetap semangat terbukti dengan beberapa prestasi yang dikhususkan
dari khalifah sebelumnya maupun sesudahnya, antara lain telihat dari
keberaniaan dalam menjadikan standarisasi bacaan Al Qur`an. Dan tetap
melanjutkan perluasan daerah keberbagai tempat yang sebelumnya dikuasai oleh
kekuasaan besar yaitu Romawi dan Persia.
Namun semua kebaikan yang
dilakukan terkadang masih disalah artikan oleh beberapa kalangan, hal ini tak
terlepas dari perseteruan politik dari pihak yang sejak awal pengangkatan
khalifah Utsman menginginkan Ali yang seharusnya layak menggantikan Umar. Sejarah Utsman
bin Affan sangat banyak meninggalkan tanda tanya, yang dikemudian hari pada
pemerintahan khalifah setelahnya menjadi sumber dari fitnah di antara sahabat-sahabat senior. Pelajaran ini
sangat berharga mengingat perpecahan dalam tubuh umat islam generasi awal tidak
lepas dari propaganda-propaganda yang tidak menginginkan umat Islam tetap dalam
kejayaan.
VII.
Khalifah Ali bin Abi Thalib
a.
Biografi
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bi
Qushay bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin
‘Adnan.
Ali dilahirkan dari pasangan Abu Thalib bin Abdul Mutthalib bin
Hasyim bin Abdu Manaf dengan Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf. Dilahirkan pada hari Jum’at 13 rajab 600 M
(pendapat lain mengatakan bahwa tahun kelahirannya 570 M).
Orang tua Ali masih memiliki pertalian darah yang berasal dari
moyang mereka Hasyim. Merupakan hal yang pertama kali terjadi dikalangan bani
Hasyim sebuah proses perkawinan dari moyang yang sama.
Kebiasaan bangsa Arab Jahiliyah memberikan nama kepada anaknya
dengan menggunakan gelar binatang sebagai tanda keperkasaannya. Sehingga ketika
lahir Ali dinamai oleh ibunya dengan nama Haidar (singa) namun diganti oleh
ayahnya Abu Thalib dengan nama Ali (yang berbudi luhur).
Masa kanak-kanak Ali diasuh oleh saudara sepupunya Muhammad SAW.,
sebab Muhammad SAW melihat kondisi pamannya Abu Thalib yang memiliki banyak
anak namun miskin, berbeda dengan beberapa orang pamannya seperti Hamzah, Abbas,
dan Abd. Uzza yang memiliki kelebihan harta namun memiliki perangai yang
berbeda. Hal ini pula yang menjadi alasan bagi Abdul Mutthalib untuk memanggil
Abu Thalib ketika menjelang ajalnya dan menyerahkan cucu kesayangannya Muhammad
SAW untuk diasuhnya daripada diserahkan kepada anak-anaknya yang lain.
Hamzah memiliki perangai yang kasar dan bengis sehingga ditakutkan
Muhammad SAW akan mengikuti perangainya, Abbas yang berprofesi sebagai saudagar
kaya namun ia kikir, Abd. Uzza juga memiliki banyak harta namun fanatisme
terhadap ajaran nenek moyangnya sebagai penyembah berhala. Hal inilah yang
ditakuti oleh Abdul Mutthalib yang selama hidupnya mewarisi apa yang
didapatkannya dari Hasyim orang tuanya tentang etika-etika yang baik yang
selama hidupnya tidak pernah menyembah berhala dan memiliki sifat yang baik dan
agung yang kemudian mengantarkannya sebagai penjaga ka’bah dan pemberi makan
dan minum bagi peziarah.
Sifat yang diturunkan Abu Thalib kepada Muhammad SAW juga
diturunkannya kepada Ali bin Abi Thalib. Ali yang pertama kali terbuka
rohaninya melihat ajaran tauhid yang dibawa oleh Muhammad SAW sebagai risalah
Tuhan, Ali hanya mengenal cahaya Islam dan pada saat usianya 10 tahun ia sudah
menerima Islam tanpa ragu dan berunding sedikitpun. Olehnya itu, sejarah
mencatat bahwa Ali merupakan orang pertama dari Bani Hasyim dan dari kalangan
anak muda (belum akil baligh) yang memeluk Islam.
Pernikahan pertamanya terjadi pada tahun 624 Masehi setelah perang
Badar, Ali melamar putri Rasulullah SAW., Fatimah az-Zahrah binti Muhammad
setelah sebelumnya akan dilamar oleh Abu Bakar as-Shiddiq dan Umar bin Khattab
namun kurang mendapat respon dari Rasulullah SAW., ketika Ali yang meminta
kepada Muhammad SAW., untuk melamar Fatimah maka Rasulullah menyambutnya dengan
positif. Ali menjual perisainya seharga 400 dirham untuk dijadikan mahar. Pernikahan
Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah az-Zahrah melahirkan anak yaitu Hasan,
Husain, Muhsin, Ummu Kulsum, dan Zainab.
Pernikahan keduanya, dilakukan dengan Ummul Banin binti Haram yang
darinya terlahir Jafar, Abbas, Abdullah, dan Utsman. Pernikahan ketiga
dilakukan dengan Laila binti Mas’ud yang darinya terlahir Ubaidullah dan Abu
Bakar. Istri keempatnya adalah Asma binti Umays dari terlahir Yahya dan
Muhammad Asghar. Istri kelimanya bernama Rukiyah. Istri ketujuhnya adalah
Haulah binti Ja’far darinya terlahir Muhammad bin al-Hanafiyah. Istri
kedelapannya adalah Ummu Said binti Urwah darinya terlahir Ummul Hasan dan
Ramlah Kubra. Istri kesembilannya adalah Mahabbab binti Imru’ul Qays darinya
terlahir seorang putri yang meninggal ketika masih kecil.
Ali bin Abi Thalib menikah sebanyak sembilan kali, namun
pernikahannya yang kedua dan seterusnya dilakukan setelah wafatnya Fatimah
az-Zahrah. Dari hasil pernikahannya melahirkan 14 orang anak laki-laki dan 17
orang anak.
b.
Strategi Politik
Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu khalifah yang
memiliki sifat zuhud, ketika dianobatkan sebagai khalifah keempat menggantikan
khalifah Utsman bin Affan beliau dihadapkan dengan berbagai macam pemberontakan
sehingga tidak memberikan ruang baginya untuk melakukan perluasan wilayah
Islam. Khalifah Ali
bin Abi Thalib telah berupaya untuk memenuhi keinginan ummat pada masanya untuk
mengganti para pejabat yang diangkat oleh khalifah sebelumnya sebagai pejabat
yang korup dan tidak berakhlak, namun hal tersebut tidak diindahkan oleh
beberapa wilayah kekuasaan yang sebaliknya melakukan perlawanan terhadap
keputusan khalifah.
Ali bin Abi Thalib merupakan ancaman bagi segelintir orang yang
mencintai dunia dan hidup dalam gelimang harta dan kekuasaan yang telah dinikmatinya.
Selain itu, fitnah yang dilakukan oleh kaum sabais yang menjadi musuh dalam
selimut bagi khalifah Ali dan menjadi duri dalam Islam sehingga melahirkan
fitnah besar bagi ummat yang diawali dengan terbunuhnya khalifah Utsman sampai
kepada lahirnya aliran teologi.
Sifat iri dan dengki yang terbawa dari zaman jahiliyah
tentang perebutan kekuasaan antar kabilah kembali melekat pada ummat tertentu
yang memicu lahirnya pergolakan politik dari kaum Tulaqa’. Sehingga pasca terbunuhnya khalifah Ali menjadi akhir dari masa
kepemimpinan khulafa ar-Rasyidin dan menjadi babak baru lahirnya Dinasti dalam
Islam.
No comments:
Post a Comment