Thursday, November 23, 2017

Khutbah Idul Adha



HANYA KORBAN YANG BERQORBAN

السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3) اللهُ اَكبَرْ (×3 .(اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ . اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ ومن تبع دين محمد. وسلم تسليما كثيرا. فياايها المسلمون الكرام. اوصيكم ونفسى بتقوى الله. واعلموا أن هذا الشهر شهر عظيم. وأن هذاليوم يوم عيد المؤمين. يوم خليل الله إبراهيم أبو ألانبياء والمرسلين. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berhabagia
Sejak matahari terbenam kemarin sore kita umat Islam sedunia menyuarakan kalimat yang satu, mengumandangkan kalimat takbir, kalimat tahmid dan kalimat tahlil  mengagungkan Allah sebagai tanda datangnya salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT yaitu 10 Dzulhijjah, yang kita kenal dengan nama hari raya Idul Adha. Hari raya Idul Adha akrab kita sebut dengan hari Raya Haji, karena nun jauh di sana jutaan umat Islam memakai pakaian yang sama dan menyuarakan kalimat yang satu untuk melaksanakan prosesi haji yakni wukuf di Arafah. Hari raya Idul Adha juga bisa kita sebut hari raya Qurban, karena mengingatkan kita pada peristiwa qurban yang terbesar dalam sejarah kehidupan manusia yakni Nabi Ibrahim AS dan nabi Islamil AS.

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Kaum Muslimin Muslimat yang Berbahagia

Setiap hari Raya Idul Adha Rasulullah Saw. membeli dua ekor domba yang gemuk dan berbulu putih bersih. Dia mengimani sholat dn berkhotbah. Sesudah itu dia mengambil seekor dari domba itu dan meletakkan telapak kakinya disisi tubuh domba seraya berkata:  Ya Allah, terimalah ini dari Muhammad dan Ummat Muhammad, lalu dia menyembeli hewan itu dengan tangannya sendiri. Sesudah itu membaringkan domba yang lain dan berdoa: Ya Allah, terimalah ini dari umatku yang tidak mampu berqurban. Sebagian dagingnya dimakan oleh Rasulullah Saw dan keluarganya, sisanya dibagikan kepada orang-orang miskin.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dud dan At-Turmudzi. Para ulama menetapkan ibadah Qurban sebagai sunnah muakkad (sunnah yang sangat penting). Sejak saat itu setiap tahun di seluruh dunia Islam, binatang-binatang ternak disembelih.
Berbeda dengan upacara, persembahan pada agama-agama di luar Islam. Dalam Isam daging qurban tidak sedikitpun dipersembahkan pada Tuhan. Allah tidak makan daging dan tidak mengharapkan sesuatu yang bersifat kebendaan dari hambanya. Daging qurban sebagian dinikmati oleh yang berqurban dan sebagian lainnya oleh fakir miskin. Tidak sekerat daging pun diberikan pada Tuhan.  Allah berfirman :
`s9 tA$uZtƒ ©!$# $ygãBqçté: Ÿwur $ydät!$tBÏŠ `Å3»s9ur ã&è!$uZtƒ 3uqø)­G9$# öNä3ZÏB 4
Tidak sampai kepada Allah daging dan darahnya tapi apa yang sampai kepada Allah, hanyaah taqwamu. (Q.S. Al-Hajj: 37).
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Allahu Akbar
Qurban yang secara harfiah berarti mendekatkan diri kepada Allah melalui pendekatan kita kepada sesama manusia, khususnya mereka yang sengsara lewat daging qurban. Ketika Nab yang mulia mengatasnamakan qurbannya untuk dirinya, keluarganya dan seluruh ummatnya yang tidak mampu. Ia menegaskan ibadah qurban sebagai ibadah sosial. Ibadah qurban bukan sekedar ritus persembahan untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa seseorang, dan bukan hanya cara memperoleh kepuasan bathin karena sudah naik ke langit. Bukan juga kesempatan buat orang untuk menunjukkan kesalehan dengan harta yang dimilikinya. Tapi dengan ibadah qurban, seorang  mu’min memperkuat kepekaan sosialnya, naik ke langit dengan memakmurkan bumi. Inti qurban terletak pada pribadi sebagai makhuk sosial.
Ibadah Qurban mencerminkan pesan Islam bahwa kita hanya dapat dekat dengan Allah SWT., Bila kita mendekati saudara-saudara kita yang kekurangan. Sebagaimana firman Allah SWT., di dalam Qs. Al-Hajj : 28:
(( (#qè=ä3sù $pk÷]ÏB (#qßJÏèôÛr&ur }§Í¬!$t6ø9$# uŽÉ)xÿø9$# ÇËÑÈ  
Lalu makanlah sebagian dari dagingnya dan  berilah makan (dengan bagian yang lainnya), kepada orang fakir lagi sengsara (Q.S. Al-Hajj: 28).
Jika ibadah puasa kita diajak untuk merasakan lapar seperti orang-orang miskin, maka ibadah Qurban mengajarkan kepada mereka untuk merasakan kenyang seperti yang perasaan keyang yang dirasakan oleh orang-orang yang diberikan kemampuan materi oleh Allah SWT.
Beragam cara yang dapat dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., seperti mengisi masjid-masjid atau rumah ibadah yang sunyi, dan lain sebagainya. Namun juga perlu kita renungkan bahwa Islam juga mengajarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengisi perut-perut yang kosong. Ketika Musa AS bertanya: “YA Allah, dimana saya harus mencarimu”, Allah menjawab carilah aku di tengah-tengah hatinya orang yang hancur”. Ketika Rasulullah berdoa dikebun Utban Bin Rabi’ah, beliua memanggil Allah dengan sebutan: (Ya Tuhan, yang melindungi orang-orang yang tertindas)
Orang-orang yang tertindas kata Nabi di antaranya yaitu “orang miskin dan fakir yang menuntut keadilan, tapi karena kefakirannya, keadilan tidak pernah didapatkan, orang-orang yang merintih kesakitan karena tidak sanggup untuk berobat ke dokter, mereka yang tidur dalam keadaan lapar, tapi tetangganya  memiliki semua kebutuhan bahkan melebihi. Sekali lagi, wahai, Musa kata Allah carilah aku di tengah-tengah orang yang hatinya hancur.

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Kaum Muslimin Muslimat yang Berbahagia

Dalam hadits Qudsi diriwayatkan bahwa nanti pada hari kiamat, Allah menda’wakan hamba-hambanya. “Hai hamba-hambaku, dahulu aku lapar dan kalian tidak memberiku makanan, dahulu aku telanjang dan kalian tidak memberiku busana, dahulu aku sakit dan kalian tidak memberiku obat. Waktu itu yang didakwah berkata: Ya Allah, bagaimana mungkin kami memberimu makanan, pakaian, obat-obatan, padahal Engkau Rabul Alamin, penguasa langit dan bumi dan memiliki segalanya".
Lalu Allah berfirman, “Dulu waktumu di dunia ada hambaku yang lapar, telanjang dan sakit. Sekiranya kamu mendatangi mereka, mengeyangkan perut mereka yang lapar, memberi pakaian mereka yang telanjang, mengobati mereka yang sakit, pasti kamu akan mendapatkan aku disitu.

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Walillahilham

Menarik sekali ketika al-Qur’an bercerita tentang upacara qurban yang pertama dalam sejarah kemanusiaan. Allah menceritakan dalam surat Al-Maidah 27 – 30 :
"Dan ceritakanlah kepada mereka dengan benar tentang riwayat dua putra Adam, tatkala mereka mempersembahkan qurban, tetapi yang diterima hanyalah dari yang satu di antara mereka dan dari yang lain tidak diterima. Ia berkata sesungguhnya aku akan membunuh engkau. Kemudian yang lain berkata: Allah hanya akan menerima dari orang yang bertaqwa. Jika engkau merentangkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, maka aku tidak akan merentangkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah seru sekalian alam. Sesungguhnya Aku lebih suka bahwa engkau akan memikul dosa karena membunuhku dan dosamu sendiri lalu engkau akan menjadi golongan penghuni api neraka. Itulah pembalasan orang yang dhalim. Akhirnya jiwanya dibuat mudah baginya untuk membunuh saudaranya. Maka dia membunuh saudaranya, Dia termasuk orang yang rugi".
Kisah tersebut adalah kisah Habil dan Qabil. Keduanya disuruh berkurban oleh ayah mereka Nabi Adam. Habil mempersembahkan hewan yang paling baik dengan hati yang tulus, sedangkan Qabil berkurban hanya untuk saudaranya yang kepadanya ia iri hati. Allah menerima qurban yang ikhlas. Qabil bertambah iri dan memutuskan untuk membunuh Habil.
Imam Thabahabai dalam tafsir Al-Mijan berkata: “Inilah contoh bagaimana kedengkian dapat membawa orang untuk membunuh saudaranya, kemudian membawanya pada penyelesalan dan kerugian yang tidak ada jalan untuk menyelematkannya."
Lalu mengapa Al-Qur’an melukiskan Habil sebagai orang yang lemah? Mengapa ia tidak mau membela diri ketika ia mau dibunuh oleh saudaranya? Mengapa qurban yang dilakukan Habil menyebabkan ia sendiri yang menjadi qurban? Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Habil tidak membela diri karena ia dengan sengaja memilih meninggal di tangan saudaranya. Ia ingin memberikan pelajaran bagi umat manusia bahwa pelaku kedzaliman tidak akan pernah beruntung, bahwa pembunuhan itu akan memulai suatu pertentangan abadi antara pelaku qurban yang ikhlas dengan orang-orang dzhalim dan dengki.

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Walillahilhamd

Kelemahan Habil merupakan lambang dari kelemahan orang-orang yang tertindas. Mereka tidak memiliki kekuatan orang-orang dzalim. Sepanjang sejarah orang-orang lemah sering berkorban memberikan harta mereka yang berharga untuk menolong sesama umat manusia. Tapi mereka seringkali jadi korban. Mereka diminta berkorban untuk memberi makanan kepada orang yang kenyang, baik dengan cara merelakan tanahnya digusur untuk pembangunan tanpa ada ganti rugi yang memadai maupun menyerahkan nyawa sekalipun demi kesenangan mereka.
Al-Qur’an memberikan pelajaran kepada kita bahwa sepanjang sejarah, orang dzalim tidak pernah berqurban dengan ikhlas. Pelaku-pelaku qurban yang tulus adalah mereka yang tertindas. Sering kali hanya si korban yang berkurban.

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Kaum Muslimin Muslimat yang Berbahagia

Ibadah qurban yang kedua, sekaligus yang tersebar dalam sejarah kemanusiaan adalah pengorbanan nabi Ibrahim terhadap putranya.
Al-Qur’an surah As-Shoffat ayat 100 – 104 mengisahkan : “Ibrahim berkata, hai anakku, sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi, bahwa Aku menyembelihmu. (makkedai nabiyullah Ibrahim. We ana’ku, sitongeng-tongengna rilaleng nippikku’, uwitako melo’ ugere’). (Pikkirikiwi na’, pekkogi pendapa’mu) Maka pikirkanah bagaimana pendapatmu. Ismail menjawab: (Najawab ni Ismail, makkeda : wee ambo’ku, tajama laloi aga naparentangngi puang Allah ta’ala )Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah (taruntu’ka matu nannie sibawa  to sabbara’e) kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar.
Allah hanya memerintahkan kepada kita untuk memotong hewan qurban. Hanya binatang qurban, bukan anak yang kita cintai. Sebagai bukti kecintaan kita pada perintah Allah. Rasullah pernah ditanya oleh para sahabat apa maksudnya kita memotong hewan qurban? Beliau menjawab: Itu adalah sunnah dari bapak kalian nabi Ibrahim, lalu kembali sahabat bertanya, apa yang kami peroleh dari berqurban ini ? Rasulullah menjawab بكل شعره حسنه bahwa setiap lembar bulunya anda mendapatkan pahala kebaikan.
Semoga banyaknya bulu yang ada dalam binatang qurban kita, sebanyak itu pahala yang kita peroleh disisi Allah. 

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Kaum Muslimin Muslimat yang Berbahagia

Hari raya Idul Adha disebut juga hari raya haji sebagai simbol dari persatuan umat sedunia yang berdasarkan atas asas kebersamaan yang hakiki, asas persaudaraan yang sejati, asas kemanusiaan yang universal, bahkan asas kemakhlukan yang bernuansa spiritual. Itulah sebabnya, dalam berhaji terdapat berbagai macam larangan, mulai dari larangan bercekcok dan berbantah-bantahan sampai kepada larangan merusak atau mematikan makhluk hidup, baik tumbuhan maupun binatang di tanah Suci Haram. Larangan-larangan itu mengisyaratkan makna yang amat dalam dari ajaran Islam yang intinya adalah menjaga keharmonisan hubungan kemanusiaan dalam bentuk persatuan dan kesatuan yang kokoh, dan menjaga keseimbangan alam dalam bentuk pelestarian lingkungan hidup yang damai.
Ajaran dasar dan agung dari Islam ini, mestinya dapat kita hayati bersama dan terapkan dengan baik dalam keseharian kita, baik dalam kehidupan keluarga dan masyarakat yang terkecil yaitu bertetangga, maupun dalam kehidupan masyarakat yang lebih besar yaitu berbangsa dan bernegara; bahkan lebih besar lagi dari itu yakni, hubungan kemanusiaan tanpa mempersoalkan latar belakang perbedaan, baik itu perbedaan suku, bangsa, agama, ras, dan sebagainya. Inilah makna kerahmatan Muhammad saw. dan inilah kandungan dari fis silmi kaffah (Islam untuk semua manusia).
و ماارسلنا ك ا لا رحمة للعا لمين
وماارسلنا ك الا كا فة للناس بشيرا  ونذ يرا.
Artinya:
(Dan tidaklah kami mengutus engkau [Muhammad] melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam).(Q.S. al-Anbiya’:107).
(Dan tidaklah kami mengutus-mu [Muhammad] kecuali untuk seluruh manusia [dan kemanusiaan] sebagai pembawa berita gembira dan ancaman.). (Q.S. Saba’:27).
Allahu akbar 3x walillahil Hamdu
                Persatuan dan kesatuan, persaudaraan dan kebersamaan selalu diidamkan kehadirannya, selalu didambakan perwujudannya di antara sesama umat manusia. Dan umat beragama, terutama sekali umat Islam, haruslah menjadi pelopornya yang pertama dan utama. Persatuan dan persaudaraan dibutuhkan dalam suka dan duka, didambakan dalam senang dan susah. Tetapi persatuan dan persaudaraan yang sejati akan lebih dibutuhkan lagi dalam keadaan susah dan duka, dan dalam suasana yang terakhir inilah akan terlihat kesejatian dan kemurnian dari persatuan dan persaudaraan itu. Ketika Anda dalam senang dan gembira, ketika Anda sedang berada di singgasana kesuksesan, begitu mudah mencari teman dan saudara. Tetapi di kala Anda dalam duka dan derita, ketika Anda jatuh terpuruk dalam hina dan nista begitu sulit mencari teman dan keluarga. Sebabnya tidak lain karena manusia sangat sulit melepaskan diri dari kebutuhan dan pamrih pribadi bahkan tidak jarang ada manusia yang tega membiarkan saudaranya menderita tanpa mengulurkan tangan membantunya meskipun ia berkemampuan dan berkesempatan melakukannya. Apa yang sering digemborkan sebagai kepedulian sosial atau kesetiakawanan sosial lebih banyak bersifat omongan belaka daripada fakta dan realita. Al-Qur’an mengancam orang-orang yang rajin bershalat tetapi lalai dalam memperhatikan kaum dhuafa’ dan fuqara’, termasuk anak-anak yatim, dengan ancaman neraka wayl (api yang sangat dahsyat nyalanya) sebagaimana tercantum dalam Q.S.al-Ma’un.
×@÷ƒuqsù šú,Íj#|ÁßJù=Ïj9 ÇÍÈ  
Kaum Muslimin Rahimakumullah yang berbahagia. Allahu akbar 3x walillahil Hamdu
                Ibadah haji yang dilaksanakan oleh umat Islam juga sangat sarat dengan nilai-nilai sosial dan moral. Ibadah haji di samping menjadi simbol persatuan dan persaudaraan umat Islam sedunia seperti yang telah disebutkan tadi, juga mengandung aspek sosial, moral, bahkan etos kehidupan yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ihram dengan mengenakan dua helai kain putih tanpa jahit antara lain melambangkan kembalinya kita ke fitrah, ke posisi semula dari diri kita yang terlahir suci dan tidak memiliki apa-apa. Dengan ber-ihram, kita menanamkan dalam diri kita nilai-nilai kesucian, nilai kerendah-hatian, nilai kebersamaan dan kesetaraan dengan setiap manusia dari manapun asalnya dan apapun status sosialnya. Dengannya kita mengenyahkan sifat-sifat yang mengotori jiwa kita, menjauhkan sifat-sifat kesombongan dan keangkuhan, membuang jauh-jauh rasa sifat sombong yang menganggap diri lebih hebat, lebih pintar, lebih kaya, lebih mulia, dan lebih dalam segala-galanya dibanding orang lain. Thawaf di Ka’bah melambangkan bahwa sumbu dari roda kehidupan yang kita jalani di dunia ini adalah pemilik Ka’bah, Allah swt. Di situlah kita berputar dalam seluruh dimensi dan aktifitas kehidupan kita sehingga tidak sedikit pun dari waktu dan kesempatan hidup yang dianugerahkan kepada kita, boleh kita lewatkan tanpa mengingat-Nya. Sa’i, yang secara harfiah berarti berusaha dan bekerja, jelas sekali menyimbolkan etos kerja yang tinggi untuk mencari kehidupan, menggapai kesejahteraan dan kemakmuran di dunia ini. Ibunda Ismail, Hajar, berlari-lari antara bukit Shafa’ dan Marwah untuk mencari air kehidupan buat anaknya Ismail yang masih bayi. Kita melestarikan tradisi ini dalam bentuk Sa’i sebagai simbol dari kerja keras yang harus dimiliki oleh setiap muslim, apalagi mereka yang sudah haji. Wuquf di Arafah sebagai puncak ibadah haji menyiratkan kefanaan dan kesementaraan hidup di dunia. Wuquf yang secara harfiah berarti stop atau berhenti sebentar memberi kesadaran yang dalam kepada kita bahwa hidup di dunia benar-benar hanya sebentar dan sementara. Sehingga kita tidak bisa berleha-leha dan menyia-nyiakan kesempatan berhenti yang hanya sebentar ini guna mempersiapkan bekal berupa tabungan akhirat yang akan kita jalani dalam rentang waktu yang sangat panjang. Selain itu, Wuquf di Arafah juga menyiratkan kepada kita bahwa kita harus senantiasa berusaha mengenal (makrifat) kepada jati diri kita masing-masing untuk lebih memperteguh pengenalan kita kepada sang Khaliq, Allah SWT. Ungkapan sufi mengatakan bahwa : 
)من عرف نفسه فقد عرف ربه)
Artinya: “barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia telah mengenal Tuhannya”


Allahu akbar 3x walillahil Hamdu
Amaliah haji yang juga mempunyai makna yang sangat dalam adalah melontar jumrah di Mina baik pada Junrah al-Ula; jumrah al-wustha; dan jurah al-aqabah, karena yang menjadi obyek lemparan para jamaah haji adalah tidak lain adalah simbol Iblis. Syethan, dan setiap bentuk kejahatahan yang dapat menjerumuskan  manusia kepada kesengsaraan duniawi dan ukhrawi. Termasuk dalam hal ini adalah dorongan doroangan nafsu jahat yang ada dalam diri setiap manusia. Olehnya itu, ibadah haji yang dilakukan oleh sebagian manusia menuntun manusia tersebut untuk lebih dekat lagi dengan Allah SWT., melalui berbagai macam ritual haji yang telah dilakukannya. Jika manusia tersebut mampu menjaga eksistensi haji yang diembannya, maka gelar haji mabrur akan disandangnya. Sebab Narekko ripikkiri sibawa madeceng appalanna pakkasiwiang haji’E, de’nabata-bata tauwe palaowi warampranna, salaiwi keluargana nenniya wanuanna, najokka moloi siagae egana sussa, nasaba tuntu’i riona-pammasena nenniya pakkamasena puang maraja’E iyanaritu rigau makkedana Nabitta:
الحج المبرور ليس له جزاء للا للجنة
“Majeppunna haji mabrur’E (haji ritarimae), de’gaga pamale’na sengngadinna suruga pammasena puang Allahu ta’ala”.
Naiya akkattana haji mabrur’e, iyanaritu haji ripapolewe nasaba ati macinnong nasibawai nyameng kininnawa. Bettuanna, de’gaga akkatta sengadinna atturu’ riparentana Allah ta’ala. (eksistensi haji mabrur adalah status haji yang diperoleh disebabkan karena kejernihan hati, diserta dengan perasaan yang nyaman. Artinya bahwa tidak ada niat lain, tetapi serta merta niat ikhlas menjalankan perintah Allah.
Naiya tanranna haji mabrur’e, iyanaritu tongeppi napoadai adae, namalempu taro gau. Nasaba pura ripahanni makkedae saddaemitu mabbinru ada, ada’e mabbinru gau, gau’e mabbinru tau. Naiyanna riyaseng’nge tau, tessilaingeng’ngi adanna nenniya gau’na (adapun tanda dari haji yang mabrur ialah berkata jujur diserta dengan perbuatan yang baik, sebab sudah dipahami bahwa suara atau bunyilah yang membentuk kata atau ucapan, ucapanlah yang menunjukkan akhlak yang baik atau   satunya kata dengan perbuatan).
Naiya ada tongeng’nge, gau ritarimae risesena puang Allah ta’ala, narimakkuanno-naro idi’ pura’e pasilennereng’ngi pakkasiwiang haji’e, makkutoparo de’epa napura. attumaniki pole rigau sala’e nenninya sala gau’e, aritutui aleta pole risala kedo’e nenniya kedo sala’e. (sesungguhnya perkataan yang benar dan baik, merupakan sikap yang diridhoi Allah SWT., olehnya itu, barang siapa yang telah menunaikan ibadah haji, maupun yang belum menunaikannya, maka berpalinglah dari tingkahlaku yang salah dan salah dalam bertingkah laku, jagalah diri kita dari tingkah laku yang  buruk dan buruk dalam bertingkah laku). Idi purae papolei pakkasiwiang haji’e, aja’ laloki naengka melo solangi hajita nasaba ada nenniya gau tennaelori agamata (bagi yang telah menunaikan ibadah haji, maka janganlah merusak status haji anda dengan melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama).
Allahu akbar 3x walillahil Hamdu
Hadirin jama’ah idul adha yang dimulyakan Allah., sebagai penutup pada khutbah ini, marilah kita kembalikan hakikat dari penciptaan kita dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT., melalui berbagai macam ritual ibadah kepada Allah SWT., serta senantiasa menghilangkan sifat-sifat binatang yang kita miliki sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh nabiyullah Ibrahim dalam pergaulan sosial sesama manusia, serta menjaga status haji yang telah kita sandang dengan baik-baiknya sesuai dengan makna dari pelaksanaan ibadah haji sehingga kita menjadi haji yang mabrur di mata Allah SWT., dan bagi yang belum menunaikannya agar tidak berputus asah, untuk terus bekerja dan berusaha dengan giat agar dapat juga diberikan kemampuan oleh Allah SWT., untuk dapat menunaikannya. Amien, atau dengan melakukan ritual ibadah-ibadah lainnya yang nilai pahalanya sama dengan pahala orang yang melakukan ibadah haji di Makkah.  

بارك الله لي ولكم في القران الكريم ونفعني واياكم بما فيه من الايات والد كر الحكيم يااولي الا لباب لعلكم تفلحون.





Khutbah Kedua
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ .اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا .اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ . اللّهمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ .اللّهمَّ أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالمسلمين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ العالمين *اللهمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كل بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
وصَلِّ اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سيدِنا مُحَمّدٍ وعلى آلِهِ وصَحْبِهِ وَسلّم والحمدُ للهِ

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...