HANYA KORBAN YANG BERQORBAN
السّلام عليكم
ورحمة الله وبركاته
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3) اللهُ اَكبَرْ (×3 .(اللهُ
اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ . اَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ
اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ ومن تبع دين محمد. وسلم تسليما كثيرا. فياايها المسلمون الكرام.
اوصيكم ونفسى بتقوى الله. واعلموا أن هذا الشهر شهر عظيم. وأن هذاليوم يوم عيد
المؤمين. يوم خليل الله إبراهيم أبو ألانبياء والمرسلين. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا
عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berhabagia
Sejak matahari terbenam kemarin sore kita umat
Islam sedunia menyuarakan kalimat yang satu, mengumandangkan kalimat takbir, kalimat tahmid dan kalimat
tahlil mengagungkan
Allah sebagai tanda datangnya salah
satu bulan yang dimuliakan Allah SWT yaitu 10 Dzulhijjah, yang kita kenal dengan nama hari raya Idul Adha. Hari raya Idul Adha
akrab kita sebut dengan hari Raya Haji, karena nun jauh di sana jutaan umat
Islam memakai pakaian yang sama dan menyuarakan kalimat yang satu untuk melaksanakan prosesi haji
yakni wukuf di Arafah. Hari raya Idul Adha juga bisa kita sebut hari raya
Qurban, karena mengingatkan kita pada peristiwa qurban yang terbesar dalam sejarah
kehidupan manusia yakni Nabi Ibrahim AS dan nabi Islamil AS.
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Kaum Muslimin Muslimat yang Berbahagia
Setiap hari Raya Idul Adha Rasulullah Saw. membeli
dua ekor domba yang gemuk dan berbulu putih bersih. Dia mengimani sholat dn
berkhotbah. Sesudah itu dia mengambil seekor dari domba itu dan meletakkan
telapak kakinya disisi tubuh domba seraya berkata: Ya Allah, terimalah ini dari Muhammad dan
Ummat Muhammad, lalu dia menyembeli hewan itu dengan tangannya sendiri. Sesudah
itu membaringkan domba yang lain dan berdoa: Ya Allah, terimalah ini dari
umatku yang tidak mampu berqurban. Sebagian dagingnya dimakan oleh Rasulullah
Saw dan keluarganya, sisanya dibagikan kepada orang-orang miskin.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dud dan At-Turmudzi. Para ulama menetapkan ibadah Qurban
sebagai sunnah muakkad (sunnah yang sangat penting). Sejak saat itu setiap
tahun di seluruh dunia Islam, binatang-binatang ternak disembelih.
Berbeda dengan upacara, persembahan pada
agama-agama di luar Islam. Dalam Isam daging qurban tidak sedikitpun
dipersembahkan pada Tuhan. Allah tidak makan daging dan tidak mengharapkan
sesuatu yang bersifat kebendaan dari hambanya. Daging qurban sebagian dinikmati
oleh yang berqurban dan sebagian lainnya oleh fakir miskin. Tidak sekerat
daging pun diberikan pada Tuhan. Allah
berfirman :
`s9
tA$uZt ©!$# $ygãBqçté: wur $ydät!$tBÏ
`Å3»s9ur
ã&è!$uZt 3uqø)G9$#
öNä3ZÏB 4
Tidak sampai kepada Allah daging dan darahnya tapi apa yang sampai
kepada Allah, hanyaah taqwamu. (Q.S. Al-Hajj: 37).
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Allahu Akbar
Qurban yang secara harfiah berarti mendekatkan diri
kepada Allah melalui pendekatan kita kepada sesama manusia, khususnya mereka
yang sengsara lewat daging qurban. Ketika Nab yang mulia mengatasnamakan
qurbannya untuk dirinya, keluarganya dan seluruh ummatnya yang tidak mampu. Ia
menegaskan ibadah qurban sebagai ibadah sosial. Ibadah qurban bukan sekedar
ritus persembahan untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa seseorang, dan
bukan hanya cara memperoleh kepuasan bathin karena sudah naik ke langit. Bukan
juga kesempatan buat orang untuk menunjukkan kesalehan dengan harta yang
dimilikinya. Tapi dengan ibadah qurban, seorang
mu’min memperkuat kepekaan sosialnya, naik ke langit dengan memakmurkan
bumi. Inti qurban terletak pada pribadi sebagai makhuk sosial.
Ibadah Qurban mencerminkan pesan Islam bahwa kita
hanya dapat dekat dengan Allah SWT., Bila kita mendekati saudara-saudara kita
yang kekurangan. Sebagaimana firman Allah SWT., di dalam Qs. Al-Hajj : 28:
(( (#qè=ä3sù
$pk÷]ÏB (#qßJÏèôÛr&ur
}§Í¬!$t6ø9$#
uÉ)xÿø9$# ÇËÑÈ
Lalu makanlah sebagian dari dagingnya dan berilah makan (dengan bagian yang lainnya),
kepada orang fakir lagi sengsara (Q.S. Al-Hajj: 28).
Jika ibadah puasa kita diajak untuk merasakan lapar
seperti orang-orang miskin, maka ibadah Qurban mengajarkan kepada mereka untuk
merasakan kenyang seperti yang perasaan keyang yang dirasakan oleh orang-orang
yang diberikan kemampuan materi oleh Allah SWT.
Beragam cara yang dapat dilakukan untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT., seperti mengisi masjid-masjid atau rumah ibadah yang
sunyi, dan lain sebagainya. Namun juga perlu kita renungkan bahwa Islam juga
mengajarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengisi perut-perut
yang kosong. Ketika Musa AS bertanya: “YA Allah, dimana saya harus mencarimu”,
Allah menjawab carilah aku di tengah-tengah hatinya orang yang hancur”. Ketika
Rasulullah berdoa dikebun Utban Bin Rabi’ah, beliua memanggil Allah dengan
sebutan: (Ya Tuhan, yang melindungi orang-orang yang tertindas)
Orang-orang yang tertindas kata Nabi di antaranya
yaitu “orang miskin dan fakir yang menuntut keadilan, tapi karena kefakirannya,
keadilan tidak pernah didapatkan, orang-orang yang merintih kesakitan karena
tidak sanggup untuk berobat ke dokter, mereka yang tidur dalam keadaan lapar,
tapi tetangganya memiliki semua
kebutuhan bahkan melebihi. Sekali lagi, wahai, Musa kata Allah carilah aku di
tengah-tengah orang yang hatinya hancur.
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Kaum Muslimin Muslimat yang Berbahagia
Dalam hadits Qudsi diriwayatkan bahwa nanti pada
hari kiamat, Allah menda’wakan hamba-hambanya. “Hai hamba-hambaku, dahulu aku
lapar dan kalian tidak memberiku makanan, dahulu aku telanjang dan kalian tidak
memberiku busana, dahulu aku sakit dan kalian tidak memberiku obat. Waktu itu
yang didakwah berkata: Ya Allah, bagaimana mungkin kami memberimu makanan,
pakaian, obat-obatan, padahal Engkau Rabul Alamin, penguasa langit dan bumi dan
memiliki segalanya".
Lalu Allah berfirman, “Dulu waktumu di dunia ada
hambaku yang lapar, telanjang dan sakit. Sekiranya kamu mendatangi mereka,
mengeyangkan perut mereka yang lapar, memberi pakaian mereka yang telanjang,
mengobati mereka yang sakit, pasti kamu akan mendapatkan aku disitu.
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Walillahilham
Menarik sekali ketika al-Qur’an bercerita tentang
upacara qurban yang pertama dalam sejarah kemanusiaan. Allah menceritakan dalam
surat Al-Maidah 27 – 30 :
"Dan ceritakanlah kepada mereka dengan
benar tentang riwayat dua putra Adam, tatkala mereka mempersembahkan qurban,
tetapi yang diterima hanyalah dari yang satu di antara mereka dan dari yang
lain tidak diterima. Ia berkata sesungguhnya aku akan membunuh engkau. Kemudian
yang lain berkata: Allah hanya akan menerima dari orang yang bertaqwa. Jika
engkau merentangkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, maka aku tidak akan
merentangkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah
seru sekalian alam. Sesungguhnya Aku lebih suka bahwa engkau akan memikul dosa
karena membunuhku dan dosamu sendiri lalu engkau akan menjadi golongan penghuni
api neraka. Itulah pembalasan orang yang dhalim. Akhirnya jiwanya dibuat mudah
baginya untuk membunuh saudaranya. Maka dia membunuh saudaranya, Dia termasuk
orang yang rugi".
Kisah tersebut adalah kisah Habil dan Qabil.
Keduanya disuruh berkurban oleh ayah mereka Nabi Adam. Habil mempersembahkan
hewan yang paling baik dengan hati yang tulus, sedangkan Qabil berkurban hanya
untuk saudaranya yang kepadanya ia iri hati. Allah menerima qurban yang ikhlas.
Qabil bertambah iri dan memutuskan untuk membunuh Habil.
Imam Thabahabai dalam tafsir Al-Mijan berkata:
“Inilah contoh bagaimana kedengkian dapat membawa orang untuk membunuh
saudaranya, kemudian membawanya pada penyelesalan dan kerugian yang tidak ada
jalan untuk menyelematkannya."
Lalu mengapa Al-Qur’an melukiskan Habil sebagai
orang yang lemah? Mengapa ia tidak mau membela diri ketika ia mau dibunuh oleh
saudaranya? Mengapa qurban yang dilakukan Habil menyebabkan ia sendiri yang menjadi
qurban? Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Habil tidak membela diri karena
ia dengan sengaja memilih meninggal di tangan saudaranya. Ia ingin memberikan
pelajaran bagi umat manusia bahwa pelaku kedzaliman tidak akan pernah
beruntung, bahwa pembunuhan itu akan memulai suatu pertentangan abadi antara
pelaku qurban yang ikhlas dengan orang-orang dzhalim dan dengki.
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Walillahilhamd
Kelemahan Habil merupakan lambang dari kelemahan
orang-orang yang tertindas. Mereka tidak memiliki kekuatan orang-orang dzalim.
Sepanjang sejarah orang-orang lemah sering berkorban memberikan harta mereka
yang berharga untuk menolong sesama umat manusia. Tapi mereka seringkali jadi
korban. Mereka diminta berkorban untuk memberi makanan kepada orang yang
kenyang, baik dengan cara merelakan tanahnya digusur untuk pembangunan tanpa
ada ganti rugi yang memadai maupun menyerahkan nyawa sekalipun demi kesenangan
mereka.
Al-Qur’an memberikan pelajaran kepada kita bahwa
sepanjang sejarah, orang dzalim tidak pernah berqurban dengan ikhlas.
Pelaku-pelaku qurban yang tulus adalah mereka yang tertindas. Sering kali hanya
si korban yang berkurban.
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Kaum Muslimin Muslimat yang Berbahagia
Ibadah qurban yang kedua, sekaligus yang tersebar
dalam sejarah kemanusiaan adalah pengorbanan nabi Ibrahim terhadap putranya.
Al-Qur’an surah As-Shoffat ayat 100 – 104
mengisahkan : “Ibrahim berkata, hai anakku, sesungguhnya Aku melihat dalam
mimpi, bahwa Aku menyembelihmu. (makkedai nabiyullah Ibrahim. We ana’ku,
sitongeng-tongengna rilaleng nippikku’, uwitako melo’ ugere’). (Pikkirikiwi
na’, pekkogi pendapa’mu) Maka pikirkanah bagaimana pendapatmu. Ismail menjawab:
(Najawab ni Ismail, makkeda : wee ambo’ku, tajama laloi aga naparentangngi
puang Allah ta’ala )Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu,
insya Allah (taruntu’ka matu nannie sibawa
to sabbara’e) kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar.
Allah hanya memerintahkan kepada kita untuk
memotong hewan qurban. Hanya binatang qurban, bukan anak yang kita cintai.
Sebagai bukti kecintaan kita pada perintah Allah. Rasullah pernah ditanya oleh
para sahabat apa maksudnya kita memotong hewan qurban? Beliau menjawab: Itu
adalah sunnah dari bapak kalian nabi Ibrahim, lalu kembali sahabat bertanya,
apa yang kami peroleh dari berqurban ini ? Rasulullah menjawab بكل
شعره حسنه bahwa setiap lembar bulunya
anda mendapatkan pahala kebaikan.
Semoga banyaknya bulu yang ada dalam binatang
qurban kita, sebanyak itu pahala yang kita peroleh disisi Allah.
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Kaum Muslimin Muslimat yang Berbahagia
Hari raya Idul
Adha disebut juga hari raya haji sebagai simbol dari persatuan umat sedunia
yang berdasarkan atas asas kebersamaan yang hakiki, asas
persaudaraan yang sejati, asas kemanusiaan yang
universal, bahkan asas kemakhlukan yang bernuansa spiritual.
Itulah sebabnya, dalam berhaji terdapat berbagai macam larangan, mulai dari
larangan bercekcok dan berbantah-bantahan sampai kepada larangan merusak atau
mematikan makhluk hidup, baik tumbuhan maupun binatang di tanah Suci Haram.
Larangan-larangan itu mengisyaratkan makna yang amat dalam dari ajaran Islam
yang intinya adalah menjaga keharmonisan hubungan kemanusiaan dalam bentuk
persatuan dan kesatuan yang kokoh, dan menjaga keseimbangan alam dalam bentuk
pelestarian lingkungan hidup yang damai.
Ajaran dasar dan
agung dari Islam ini, mestinya dapat kita hayati bersama dan terapkan dengan
baik dalam keseharian kita, baik dalam kehidupan keluarga dan masyarakat yang
terkecil yaitu bertetangga, maupun dalam kehidupan masyarakat yang lebih besar
yaitu berbangsa dan bernegara; bahkan lebih besar lagi dari itu yakni, hubungan
kemanusiaan tanpa mempersoalkan latar belakang perbedaan, baik itu perbedaan
suku, bangsa, agama, ras, dan sebagainya. Inilah makna kerahmatan Muhammad saw.
dan inilah kandungan dari fis silmi kaffah (Islam untuk semua manusia).
و ماارسلنا ك ا لا رحمة للعا لمين
وماارسلنا ك الا كا فة للناس بشيرا ونذ يرا.
Artinya:
(Dan tidaklah kami mengutus engkau
[Muhammad] melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam).(Q.S. al-Anbiya’:107).
(Dan tidaklah kami mengutus-mu
[Muhammad] kecuali untuk seluruh manusia [dan kemanusiaan] sebagai pembawa
berita gembira dan ancaman.). (Q.S.
Saba’:27).
Allahu akbar 3x walillahil Hamdu
Persatuan dan kesatuan,
persaudaraan dan kebersamaan selalu diidamkan kehadirannya, selalu didambakan
perwujudannya di antara sesama umat manusia. Dan umat beragama, terutama sekali
umat Islam, haruslah menjadi pelopornya yang pertama dan utama. Persatuan dan
persaudaraan dibutuhkan dalam suka dan duka, didambakan dalam senang dan susah.
Tetapi persatuan dan persaudaraan yang sejati akan lebih dibutuhkan lagi dalam
keadaan susah dan duka, dan dalam suasana yang terakhir inilah akan terlihat
kesejatian dan kemurnian dari persatuan dan persaudaraan itu. Ketika Anda dalam
senang dan gembira, ketika Anda sedang berada di singgasana kesuksesan, begitu
mudah mencari teman dan saudara. Tetapi di kala Anda dalam duka dan derita,
ketika Anda jatuh terpuruk dalam hina dan nista begitu sulit mencari teman dan
keluarga. Sebabnya tidak lain karena manusia sangat sulit melepaskan diri dari
kebutuhan dan pamrih pribadi bahkan tidak jarang ada manusia yang tega
membiarkan saudaranya menderita tanpa mengulurkan tangan membantunya meskipun
ia berkemampuan dan berkesempatan melakukannya. Apa yang sering digemborkan
sebagai kepedulian sosial atau kesetiakawanan sosial lebih banyak bersifat
omongan belaka daripada fakta dan realita. Al-Qur’an mengancam orang-orang yang
rajin bershalat tetapi lalai dalam memperhatikan kaum dhuafa’ dan fuqara’,
termasuk anak-anak yatim, dengan ancaman neraka wayl (api yang sangat
dahsyat nyalanya) sebagaimana tercantum dalam Q.S.al-Ma’un.
×@÷uqsù
ú,Íj#|ÁßJù=Ïj9
ÇÍÈ
Kaum Muslimin Rahimakumullah yang berbahagia. Allahu akbar
3x walillahil Hamdu
Ibadah haji
yang dilaksanakan oleh umat Islam juga sangat sarat dengan nilai-nilai
sosial dan moral. Ibadah haji di samping menjadi simbol persatuan dan
persaudaraan umat Islam sedunia seperti yang telah disebutkan tadi, juga
mengandung aspek sosial, moral, bahkan etos kehidupan yang diperlukan untuk
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ihram
dengan mengenakan dua helai kain putih tanpa jahit antara lain melambangkan
kembalinya kita ke fitrah, ke posisi semula dari diri kita yang terlahir suci
dan tidak memiliki apa-apa. Dengan ber-ihram, kita menanamkan dalam diri
kita nilai-nilai kesucian, nilai kerendah-hatian, nilai kebersamaan dan
kesetaraan dengan setiap manusia dari manapun asalnya dan apapun status
sosialnya. Dengannya kita mengenyahkan sifat-sifat yang mengotori jiwa kita,
menjauhkan sifat-sifat kesombongan dan keangkuhan, membuang jauh-jauh rasa
sifat sombong yang menganggap diri lebih hebat, lebih pintar, lebih kaya, lebih
mulia, dan lebih dalam segala-galanya dibanding orang lain. Thawaf
di Ka’bah melambangkan bahwa sumbu dari roda kehidupan yang kita jalani di
dunia ini adalah pemilik Ka’bah, Allah swt. Di situlah kita berputar dalam
seluruh dimensi dan aktifitas kehidupan kita sehingga tidak sedikit pun dari
waktu dan kesempatan hidup yang dianugerahkan kepada kita, boleh kita lewatkan
tanpa mengingat-Nya. Sa’i, yang secara harfiah berarti berusaha
dan bekerja, jelas sekali menyimbolkan etos kerja yang tinggi untuk
mencari kehidupan, menggapai kesejahteraan dan kemakmuran di dunia ini. Ibunda
Ismail, Hajar, berlari-lari antara bukit Shafa’ dan Marwah untuk mencari air
kehidupan buat anaknya Ismail yang masih bayi. Kita melestarikan tradisi ini
dalam bentuk Sa’i sebagai simbol dari kerja keras yang harus dimiliki oleh
setiap muslim, apalagi mereka yang sudah haji. Wuquf di Arafah
sebagai puncak ibadah haji menyiratkan kefanaan dan kesementaraan hidup di
dunia. Wuquf yang secara harfiah berarti stop atau berhenti
sebentar memberi kesadaran yang dalam kepada kita bahwa hidup di dunia
benar-benar hanya sebentar dan sementara. Sehingga kita tidak bisa berleha-leha
dan menyia-nyiakan kesempatan berhenti yang hanya sebentar ini guna
mempersiapkan bekal berupa tabungan akhirat yang akan kita jalani dalam rentang
waktu yang sangat panjang. Selain itu, Wuquf di Arafah juga menyiratkan
kepada kita bahwa kita harus senantiasa berusaha mengenal (makrifat) kepada
jati diri kita masing-masing untuk lebih memperteguh pengenalan kita kepada
sang Khaliq, Allah SWT. Ungkapan sufi mengatakan bahwa :
)من عرف نفسه فقد عرف ربه)
Artinya:
“barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia telah mengenal Tuhannya”
Allahu akbar 3x walillahil Hamdu
Amaliah haji yang
juga mempunyai makna yang sangat dalam adalah melontar jumrah di Mina
baik pada Junrah al-Ula; jumrah al-wustha; dan jurah al-aqabah, karena
yang menjadi obyek lemparan para jamaah haji adalah tidak lain adalah simbol
Iblis. Syethan, dan setiap bentuk kejahatahan yang dapat menjerumuskan manusia kepada kesengsaraan duniawi dan
ukhrawi. Termasuk dalam hal ini adalah dorongan doroangan nafsu jahat yang ada
dalam diri setiap manusia. Olehnya itu, ibadah haji yang dilakukan
oleh sebagian manusia menuntun manusia tersebut untuk lebih dekat lagi dengan
Allah SWT., melalui berbagai macam ritual haji yang telah dilakukannya. Jika
manusia tersebut mampu menjaga eksistensi haji yang diembannya, maka gelar haji
mabrur akan disandangnya. Sebab Narekko
ripikkiri sibawa madeceng appalanna pakkasiwiang haji’E, de’nabata-bata tauwe
palaowi warampranna, salaiwi keluargana nenniya wanuanna, najokka moloi siagae
egana sussa, nasaba tuntu’i riona-pammasena nenniya pakkamasena puang maraja’E
iyanaritu rigau makkedana Nabitta:
الحج المبرور ليس له جزاء للا للجنة
“Majeppunna
haji mabrur’E (haji ritarimae), de’gaga pamale’na sengngadinna suruga pammasena
puang Allahu ta’ala”.
Naiya akkattana haji mabrur’e,
iyanaritu haji ripapolewe nasaba ati macinnong nasibawai nyameng kininnawa.
Bettuanna, de’gaga akkatta sengadinna atturu’ riparentana Allah ta’ala.
(eksistensi haji mabrur adalah status haji yang diperoleh disebabkan karena
kejernihan hati, diserta dengan perasaan yang nyaman. Artinya bahwa tidak ada
niat lain, tetapi serta merta niat ikhlas menjalankan perintah Allah.
Naiya tanranna haji mabrur’e,
iyanaritu tongeppi napoadai adae, namalempu taro gau. Nasaba pura ripahanni
makkedae saddaemitu mabbinru ada, ada’e mabbinru gau, gau’e mabbinru tau.
Naiyanna riyaseng’nge tau, tessilaingeng’ngi adanna nenniya gau’na (adapun
tanda dari haji yang mabrur ialah berkata jujur diserta dengan perbuatan yang
baik, sebab sudah dipahami bahwa suara atau bunyilah yang membentuk kata atau
ucapan, ucapanlah yang menunjukkan akhlak yang baik atau satunya kata dengan perbuatan).
Naiya ada tongeng’nge, gau ritarimae
risesena puang Allah ta’ala, narimakkuanno-naro idi’ pura’e pasilennereng’ngi
pakkasiwiang haji’e, makkutoparo de’epa napura. attumaniki pole rigau sala’e
nenninya sala gau’e, aritutui aleta pole risala kedo’e nenniya kedo sala’e.
(sesungguhnya perkataan yang benar dan baik, merupakan sikap yang diridhoi
Allah SWT., olehnya itu, barang siapa yang telah menunaikan ibadah haji, maupun
yang belum menunaikannya, maka berpalinglah dari tingkahlaku yang salah dan
salah dalam bertingkah laku, jagalah diri kita dari tingkah laku yang buruk dan buruk dalam bertingkah laku). Idi
purae papolei pakkasiwiang haji’e, aja’ laloki naengka melo solangi hajita
nasaba ada nenniya gau tennaelori agamata (bagi yang telah menunaikan ibadah
haji, maka janganlah merusak status haji anda dengan melakukan perbuatan yang
dilarang oleh agama).
Allahu akbar 3x walillahil Hamdu
Hadirin jama’ah idul adha yang dimulyakan Allah., sebagai
penutup pada khutbah ini, marilah kita kembalikan hakikat dari penciptaan kita
dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT., melalui berbagai macam
ritual ibadah kepada Allah SWT., serta senantiasa menghilangkan sifat-sifat
binatang yang kita miliki sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh nabiyullah
Ibrahim dalam pergaulan sosial sesama manusia, serta menjaga status haji yang
telah kita sandang dengan baik-baiknya sesuai dengan makna dari pelaksanaan
ibadah haji sehingga kita menjadi haji yang mabrur di mata Allah SWT., dan bagi
yang belum menunaikannya agar tidak berputus asah, untuk terus bekerja dan
berusaha dengan giat agar dapat juga diberikan kemampuan oleh Allah SWT., untuk
dapat menunaikannya. Amien, atau dengan melakukan ritual ibadah-ibadah lainnya
yang nilai pahalanya sama dengan pahala orang yang melakukan ibadah haji di
Makkah.
بارك
الله لي ولكم في القران الكريم ونفعني واياكم بما فيه من الايات والد كر الحكيم
يااولي الا لباب لعلكم تفلحون.
Khutbah
Kedua
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ
كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ .اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا .اَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ
وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .اللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي
هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً
لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ . اللّهمَّ
حَبِّبْ إلَيْنَا
الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ
وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ
.اللّهمَّ أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالمسلمين
وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
والمشركين وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ
يا ربَّ العالمين *اللهمَّ
ارْزُقْنَا الصَّبْرَ
عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ
مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كل
بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّار
وصَلِّ اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سيدِنا مُحَمّدٍ وعلى آلِهِ وصَحْبِهِ وَسلّم والحمدُ للهِ
وصَلِّ اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سيدِنا مُحَمّدٍ وعلى آلِهِ وصَحْبِهِ وَسلّم والحمدُ للهِ
No comments:
Post a Comment