Friday, November 3, 2017

PENDIDIKAN ISLAM ZAMAN NABI MUHAMMAD SAW



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Keberhasilan Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul utusan Allah SWT dalam meletakkan, mengembangkan, dan mengajarkan nilai-nilai Islam yang menjadi tujuan diutusnya untuk meluruskan aqidah manusia yang telah jauh keluar dari nilai-nilai ajaran tauhid yang telah diajarkan oleh para nabi dan rasul sejak Adam as sampai kepada Isa as.
Berbagai hal telah dilaluinya dalam mengajarkan Islam kepada manusia untuk kembali bertauhid kepada Allah SWT yang sebelum diutusnya terperangkap pada satu zaman yang dikenal dengan zaman jahiliyah.
Manusia pada saat itu, disebut jahiliyah bukan karena kebodohan akal dan pikirannya, melainkan kebodohan bathin yang dimilikinya, mereka melakukan berbagai macam penyimpangan yang sangat jauh dari koridor ajaran agama hanif yang telah diletakkan oleh Ibrahim as.
Muhammad SAW diutus kepada bangsa Arab yang pada saat itu sebagai representatif dari pola dan tindakan manusia yang tidak manusiawi, tidak bermoral, dan tidak beradab dalam berperilaku.
Pola tingkah laku manusia yang tidak beradab ini menjadi tanggung jawab besar bagi seorang nabi untuk menuntun umat manusia agar menjadi beradab dengan nilai-nilai islam yang menjadi risalah kenabiannya, sehingga bentuk penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh umat manusia dapat diminimalisir dan bahkan dapat dihilangkan. Dengan tujuan untuk membentuk karakter manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. 
Nabi Muhammad SAW dalam menuntun umatnya untuk menegakkan kalimat tauhid tidak serta merta dapat diterima oleh bangsa Arab, melainkan melalui proses panjang dalam sejarah perkembangannya.
Pada awal diturunkannya risalah kenabian kepada Nabi Muhammad SAW, tantangan besar datang dari sukunya sendiri yang jika ditarik dari garis nasabnya masih memiliki hubungan pertalian darah,  sehingga menyulitkan ruang gerak Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan ajaran Islam kepada manusia.
Masyarakat Arab yang diketahui mengikuti ajaran Muhammad SAW akan diinterogasi, disiksa, dan bahkan dibunuh jika diketahui memeluk Islam. Sumayyah merupakan syuhada pertama yang tewas dengan tusukan tombak oleh tangan Abu al-Hakam (Abu Jahal) karena diketahui telah memeluk Islam.
Tantangan demi tantangan yang dialami Nabi Muhammad SAW dalam mengajarkan Islam tidak menyurutkan langkah dan semangatnya untuk berhenti dalam mengajarkan Islam kepada umat manusia, bahkan mereka melewati perang sebagai jalan akhir untuk menegakkan kalimat tauhid.
Proses pendidikan tetap dilangsungkan Nabi Muhammad SAW ditengah kemelut kebencian mayoritas pembesar Quraiys, bahkan semakin gencar dilakukan agar umat memahami nilai-nilai dari ajaran Islam.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan sebagai rumusan masalah adalah :
1.    Bagaimana perkembangan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW ?
2.    Bagaimana metode dan sistem pengajaran pada masa Nabi Muhammad SAW ?
3.    Bagaimana lembaga pendidikan pada masa Nabi Muhammad SAW ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW
1.    Periode Makkah
Periode Makkah diawali dengan turunnya Qs. Al-‘Alaq [96] : 1-5.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Terjemahnya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[1]

Diturunkannya wahyu pertama sebagai bukti diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada umat manusia pada tahun 610 M di Gua Hira.[2]
Setelah mengalami peristiwa luar biasa di gua Hira, kemudian turunlah Qs. Al-Mudatsir [74] : 1-7 :
$pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ   óOè% öÉRr'sù ÇËÈ   y7­/uur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ   y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ   tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ   Ÿwur `ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ   šÎh/tÏ9ur ÷ŽÉ9ô¹$$sù ÇÐÈ    
Terjemahnya :
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan, dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.[3]

Ayat ini menjadi dasar kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan wahyu yang diterimanya kepada umatnya, memberikan peringatan kepada manusia untuk mentauhidkan Allah SWT. Proses pendidikan dalam Islam mulai berlangsung pada masa nabi Muhammad SAW pasca diturunkannya Qs. Al-‘Alaq [96] : 1-5 dan Qs. Al-Muddatsir [76]: 1-7.[4]
2.    Periode Madinah
Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri dari tekanan dan ancaman kaum Quraisy dan penduduk Makkah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam menghadapi tantangan-tantangan lebih lanjut, sehingga akhirnya nanti terbentuk masyarakat baru yang di dalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Muhammad SAW melalui wahyu Allah. 
Periode pendidikan Islam di Madinah melalui pendekatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad pada masa ini selain sebagai pemimpin keAgamaan juga sebagai kepala Negara.
Di dalam  periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan islam adalah pendidikan tauhid, maka pada periode madinah ini ciri pokok pembinaan pendidikan islam dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Tetapi sebenarnya antara dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan satu dengan yang lain. Jika pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar dari jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan di Madinah pada hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.[5]
Pembinaan pendidikan di Madinah pada hakikatnya adalah merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Mekah, yaitu pembinaan pendidikan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid. Sehingga tingkah laku sosial politiknya merupakan cerminan dan pantulan sinar tauhid tersebut.[6]
Nabi Muhammad SAW pada saat itu selain menjadi pemimpin agama merangkap sebagai kepala negara. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh  Nabi Muhammad SAW adalah :
a)      Proklamasi berdirinya sebuah negara dengan cara mengumumkan nama Madinah al-Munawwarah bagi kota Yastrib.
b)      Mendirikan masjid Nabawi sebagai pusat kegiatan umat Islam.
c)      Mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, persaudaraan berdasarkan agama sebagai basis warga negara.
d)     Membuat undang-undang dan peraturan berdasarkan perjanjian-perjanjian yang terkenal dengan Traktat Madinah.
e)      Membuat batas wilayah dengan batas basis teritorial dengan mebuat parit pada waktu perang Khandak.[7]
Inti sari pendidikan dan pengajaran Islam diberikan Nabi Muhammad SAW masa di Madinah adalah sebagai berikut:
1)   Pendidikan Keagamaan, yaitu memperkuat keimanan dengan keterangan-keterangan yang dibacakan oleh Nabi dari ayat al-Qur’an serta sabda beliau sendiri.
2)   Pendidikan Aklak, yaitu memperkuat pendidikan akhlak seperti adab masuk rumah orang, adab bergaul dengan masyarakat, sehingga sempurnalah masalah pendidikan akhlak seluruhnya.
3)   Pendidikan Kesehatan Jasmani, yaitu seperti: mandi, wudhu, shalat, puasa, haji, dan gerak-gerik dalam shalat adalah gerak badan yang secara medis menyehatkan badan.
4)   Syari’at yang Berhubungan dengan Masyarakat, yaitu berhubungan dengan masyarakat, seperti :
a)      Hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga seperti hukum perkawinan dan warisan.
b)      Hal-hal yang berhubungan dengan pergaulan antara sesama manusia, seperti hukum perdata.
c)      Hal-hal yang berhubungan dengan qishash dan ta’zir, seperti hukum pidana.[8]
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi dua periode yaitu periode Makkah dan Madinah. Selain itu, muatan materi yang diajarkan pada dua peride tersebut berbeda, dimana pada periode Makkah diberikan muatan pengajaran yang lebih menitik beratkan pada masalah tauhid dan akhlak sehingga memantapkan keimanan ummat, sedangkan pada periode Madinah selain masalah tauhid dan akhlak ummat juga diberikan pendidikan politik, dan sosial kemasyarakatan sehingga bentuk tindakan politik dan sosial akan ditopang oleh pendidikan tauhid dan akhlak yang sebelumnya telah diletakkan dasarnya oleh Nabi Muhammad SAW.
B.       Metode dan Sistem Pengajaran pada Masa Nabi Muhammad SAW
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada ummat Islam tentunya tidak serta merta datang begitu saja, melainkan memiliki metode dan sistem pendidikan dan pengajaran yang diterapkan.
1.      Metode Pengajaran Nabi Muhammad SAW
Adapun metode pengajaran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah :
a)      Metode Ceramah, yaitu menyampaikan ayat-ayat yang diterimanya dan memberikan penjelasan kepada sahabat tentang maksud dari ayat tersebut.
b)      Metode Dialog atau Diskusi, yaitu melakukan komunikasi verbal dengan sahabat dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi terkait dengan dakwah Islam.
c)      Metode Tanya Jawab, yaitu sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW terkait dengan hal-hal yang belum diketahuinya.
d)     Metode Perumpamaan, yaitu menjelaskan kepada sahabat tentang peristiwa-peristiwa pada masa lampau terjadi pada umat sebelumnya yang serupa dengan yang dialami oleh sahabat.
e)      Metode Kisah, yaitu mengangkat kisah-kisah yang terjadi pada Nabi-Nabi sebelumnya.
f)       Metode Menghafal, yaitu mengajarkan kepada sahabat untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.[9]
g)      Metode Hikmah, yaitu mengajarkan kepada sahabat tentang pengetahuan terhadap Al-Qur’an.[10]
Dengan demikan, dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan Nabi Muhammad SAW dalam melakukan pendidikan dan pengajaran kepada ummat Islam pada masanya dilakukan dengan beragam metode dan bervariatif. Penggunaan metode tersebut berdasarkan kondisi yang dialami Nabi Muhammad SAW dalam melakukan pembinaan terhadap ummat di awal kedatangan Islam, baik di Makkah maupun di Madinah.
2.      Sistem  Pengajaran Nabi Muhammad SAW
Sistem pengajaran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada masanya ditempuh dengan 3 tahap, yaitu :
Proses pendidikan Islam pada periode Makkah berlangsung dengan beberapa tahap, yaitu :
a.       Tahap sembunyi-sembunyi
Proses pendidikan pada tahap ini, mengedpankan pembinaan jiwa orang-orang terdekatnya dengan keimanan yang mencakup perbuatan merendahkan diri di depan Tuhan Rabbul ‘Alamin dengan segala kesucian raga dan kerendahan hati, sehingga semakin hari mereka semakin jernih terhadap ajaran yang diajarkan pedanya yang berimbas pada budi pekerti, dan tabah dalam menanggung sengsara.[11]
 Penguatan iman sebagai salah satu bentuk proses pendidikan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya memberikan efek yang sangat besar terhadap perkembangan dan kemajuan agama Islam, dimana umat Islam setelah mendapatkan pengajaran dari Nabi Muhammad SAW, mereka rela disiksa dan bahkan sampai dibunuh demi mempertahankan aqidah yang telah diimaninya.
Rumah Arqam bin Abi al-Arqam menjadi tempat pendidikan pertama dalam sejarah Islam, tempat tersebut menjadi pusat dakwah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Di tempat inilah Abu Bakar as-Shiddiq, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan dan sahabat lainnya menerima pokok-pokok ajaran dasar Islam yang diajarkan secara langsung oleh nabi Muhammad SAW. [12]
 Tahap sembunyi-sembunyi ini dilakukan karena masyarakat Makkah mayoritas menganut paham politeisme sehingga ketika paham monoteisme diajarkan secara terang-terangan akan menjadi ancaman bagi penganut tersebut. Selain itu, kondisi umat Islam pada saat itu masih terbilang sedikit, sehingga jika proses pendidikan islam yang diajarkan secara terang-terangan akan dapat dengan mudah untuk dihentikan oleh orang-orang yang tidak menerima dan mengikuti ajaran nabi Muhammad SAW.
b.      Tahap terang-terangan
Tahap terang-terangan pada periode Makkah dilakukan seiring dengan bertambahnya pemeluk Islam di Makkah, sehingga proses pendidikan Islam yang selama ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi tidak perlu lagi dilakukan.
Proses pendidikan Islam pada tahap terang-terangan ini, dilakukan dengan mengundang kabilah Bani Hasyim sebagai kabilah penopang Nabi Muhammad SAW untuk mendengarkan ajaran dasar Islam. Hasilnya terdapat sebagian kecil dari kabilah Bani Hasyim yang yang memeluk Islam seperti Ali bin Abi Thalib, Ja’far bin Abu Thalib dan Zaid bin Haritsah,  kemudian disusul oleh Hamzah bin Abdul Muttalib. Pada Masa pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah, Nabi Muhammad mengajarkan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran Islam. Di samping itu, Nabi Muhamad SAW juga mengajarkan tauhid kepada umatnya.[13]
Inti pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta sebagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam pada masa Makkah meliputi:
1)      Pendidikan Keagamaan. Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
2)      Pendidikan Akliyah dan Ilmiah. Yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
3)      Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti. Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4)      Pendidikan Jasmani atau Kesehatan. Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.[14] 
c.       Tahap seruan umum
Tahapan seruan umum merupakan bentuk tindak lanjut dari dua tahapan sebelumnya, dimana Nabi Muhammad SAW melakukan proses pendidikan dan pengajaran Islam pada saat musim haji. Tahapan ini dilakukan dengan harapan bahwa orang-orang yang datang dari luar Makkah dengan tujuan melakukan ibadah haji dapat menerima ajaran Islam.[15]
Dampak dari proses pendidikan dan pengajaran pada tahapan ini adalah diterimanya ajaran Islam oleh penduduk Yatsrib yang datang melakukan ibadah haji.
Adapun kurikulum yang diajarkan mencakup tentang :
1)      Aqidah, meliputi :
a)    Mentauhidkan Allah SWT.
b)   Beriman kepada Nabi dan Rasul yang diutus Allah SWT.
c)    Beriman kepada kitab-kitab termasuk Al-Quran wahyu daripada Allah SWT.
d)   Beriman kepada hari kiamat.
2)      Syariat, meliputi :
a)    Shalat.
b)   Konsep wajib, sunat, halal, haram
3)      Akhlak, meliputi :
a)    Konsep amar ma’ruf
§  Hormat-menghormati,
§  Tolong menolong,
§  Jujur,
§  Amanah,
b)   Konsep nahi munkar, seperti :
§  Larangan berzina,
§  Berdusta dan
§  Membunuh anak perempuan.[16]
Dengan demikian, berdasar pada uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode dan sistem pengajaran pada masa Nabi Muhammad SAW telah ada dan diterapkan oleh Nabi Muhammad dalam mengajarkan Islam kepada ummat, Nabi Muhammad SAW menggunakan beragam metode dan sistem pengajaran kepada ummat agar ummat dapat menerima dengan mudah risalah yang dibawanya sebagai risalah kebenaran yang datang dari Allah SWT melalui wahyu yang diberikan kepadanya.
C.      Lembaga Pendidikan pada Masa Nabi Muhammad SAW
1.      Makkah
Adapun lembaga pendidikan sebagai wadah dalam melakukan proses pengajaran Islam pada periode Makkah adalah :
a.       Rumah, yaitu rumah Arqam bin Abi al-Arqam dijadikan tempat dalam kelakukan proses pengajaran Islam pada awal-awal Islam di Makkah secara sembunyi-sembunyi. 
b.      Teras Masjid / Teras Ruma (Kuttab), yaitu tempat berupa teras rumah atau masjid yang digunakan untuk mengajarkan baca dan tulis al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW, yang mana sebelum datangnya Islam kuttab dijadikan wadah untuk mengajarkan syair kepada anak-anak suku Quraiys di Makkah.[17]
2.      Madinah
Adapun lembaga pendidikan di Madinah yaitu :
a)      Rumah-rumah sahabat yang dipersaudarakan oleh Nabi
b)      Masjid[18]
Lembaga pendidikan yang ada pada masa Nabi Muhammad SAW, baik itu periode Makkah maupun periode Madinah merupakan cikal bakal lahirnya lembaga pendidikan Islam seperti halaqah, madrasah dan pondok pesantren pada masa sekarang ini.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW telah ada dan digunakan sesuai dengan fungsinya untuk mengajarkan atau melakukan proses pengajaran agama Islam kepada ummat Islam, yang kemudian dikembangkan berdasarkan perkembangan peradaban umat manusia.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Berdasar pada pembahasan masalah, maka dapat ditarik sebagai kesimpulan adalah sebagai berikut :
1.         Perkembangan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Makkah dan periode Madinah. Dimana keduanya memiliki perbedaan yang signifikan yaitu terkait dengan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW ketika berada di Makkah yang sarat dengan penolakan terhadap ajaran yang dibawanya sebagai risalah kenabian, sehingga menyulitkan bagi Nabi Muhammad SAW untuk memberikan pengajaran secara komplit kepada ummat, hanya terbatas pada masalah tertentu semata seperti tauhid dan pembinaan atau penguatan mental ummat melalui pengajaran akhlak. Sedangkan pada periode Madinah kehadiran Nabi Muhammad SAW dibutuhkan oleh ummat sehingga pengajaran agama Islam dapat berkembang dan merupakan kelanjutan dari penanaman nilai-nilai dasar yang telah diajarkan di Makkah sebelum peristiwa hijrah.
2.         Metode dan sistem pengajaran pada masa nabi Muhammad SAW dilakukan dengan tiga sistem, yaitu sembunyi-sembunyi, terang-terangan dan seruan umum dengan menggunakan metode pengajaran yang bervariatif sesuai dengan kondisi yang dihadapi pada saat itu seperti metode ceramah, diskusi atau dialog, tanya jawab, hikmah, dan lain sebagainya.
3.         Lembaga pendidikan pada masa Nabi Muhammad SAW telah ada dan dijadikan wadah dalam melakukan proses pengajaran, baik periode Makkah maupun periode Madinah. Pada periode Makkah, lembaga pendidikan tersebut adalah rumah (rumah Arqam bin Abi al-Arqam), serta kuttab berupa teras rumah atau masjid yang digunakan untuk melakukan kegiatan membaca, menghafal, dan menulis al-Qur’an. Sedangkan di Madinah, selain menggunakan kedua tempat tersebut juga menggunakan Masjid sebagai wadah atau lembaga pelaksanakaan kegiatan pengajaran agama Islam sebab di Madinah Islam diterima oleh sebagian besar masyarakat Madinah.  
B.       Saran
Di dalam penulisan makalah ini, disadari akan banyaknya kekeliruan yang ditemukan, untuk itu diharapkan masukan yang sifatnya membangun guna perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya. 

DAFTAR PUSTAKA
A. Azizy, A. Qodri. 2003. Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial: Mendidik Anak Sukses Masa Depan : Pandai dan Bermanfaat, Cet. II; Semarang: Aneka Ilmu
Abd. Hakim, Atang dan Jaih Mubarok. 2002. Metodologi Studi Islam, Cet. V; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Aka, Hawari. 2012. Guru Yang Berkarakter Kuat, Jakarta: Laksana
Ali, Baharuddin. 2015. Jurnal Diskursus Islam: Metode Dakwah al-Hikmah dalam Al-Qur’an, Vol. III; No. III; Makassar: Program Pascasarjana UIN Alauddin
Al-Khateeb, Firas. 2016. Lost Islamic History: Reclaiming Muslim Civilisation from the Past (Sejarah Islam yang Hilang : Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim pada Masa Lalu), terj. Mursyid Wijanarko, Cet. II; Yogyakarta: Bentang Pustaka
An-Nadwi, Abu al-Hasan Ali. 1988. Islam Membangun Peradaban Dunia, terj. M. Ruslan Shiddieq, Jakarta: Pustaka Jaya
Anam, Munir Che. 2008. Muhammad SAW dan Karl Marx tentang Masyarakat Tanpa Kelas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arief, Armai. 2005. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, Bandung: Angkasa
Arifin. 2003. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara
Azra, Azyumardi. 1998. Esei-Esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu
B, Chaeruddin. 2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam Luar Sekolah, Yogyakarta: Lanarka Publisher
Daradjat, Zakiah. 2004. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara
Haekal, Muhammad Husain. 2015. Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, Cet. XIV; Jakarta : Tintamas Indonesia
_____________. 2015. Abu Bakar as-Shiddiq : Sebuah Biografi dan Studi Analisis tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi, terj. Ali Audah, Cet. XIV; Jakarta : Tintamas Indonesia
Kementerian Agama RI, 2012. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : PT. Sinergi Pustaka
Kennedy, Hugs. 2016. The Great Arab Conquest: How the Spread of Islam Changed the World We Live In (Penaklukan Muslim Yang Mengubah Dunia), terj. Ratih Ramelan, Cet. III; Tangerang Selatan : PT. Pustaka Alvabet
Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Nata, Abuddin. 2005. Pendidikan Islam Perspektif Hadits, Ciputat: UIN Jakarta Press
Nizar, Samsul. 2008. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana
Sunanto, Musrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik, Bogor: Kencana
Tim Penulis. 2006. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Gitamedia Press
Tim Penulis. 2016. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah : Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi dan Laporan Penelitian, Cet. II; Makassar: Alauddin Press
Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Hidakarya Agung
Zuhairini, et.all. 2008. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara











[1] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT. Sinergi Pustaka, 2012), h. 904
[2] Firas al-Khateeb, Lost Islamic History: Reclaiming Muslim Civilisation from the Past (Sejarah Islam yang Hilang : Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim pada Masa Lalu), terj. Mursyid Wijanarko, (Cet. II; Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2016), h. 13
[3] Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 849
[4] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1992), h. 6
[5] Abuddin Nata, Pendidikan Islam Perspektif Hadits, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 37
[6] Zuhairini, et.all, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h. 27
[7] Musrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Bogor: Kencana, 2003), h. 14
[8] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, h. 17-19
[9] Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 289
[10] Baharuddin Ali, Jurnal Diskursus Islam: Metode Dakwah al-Hikmah dalam Al-Qur’an, (Vol. III; No. III; Makassar: Program Pascasarjana UIN Alauddin, 2015), h. 457
[11] Abu al-Hasan Ali an-Nadwi, Islam Membangun Peradaban Dunia, terj. M. Ruslan Shiddieq, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1988), h. 131
[12] Muhammad Husain Haekal, Abu Bakar as-Shiddiq : Sebuah Biografi dan Studi Analisis tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi, terj. Ali Audah, (Cet. XIV; Jakarta : Tintamas Indonesia, 2015), h. 7
[13] Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, (Bandung: Angkasa, 2005) h. 57
[14] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, h. 56
[15] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 22
[16] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, h. 35
[17] Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, (Cet. XIV; Jakarta : Tintamas Indonesia, 2015), h. 79
[18] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, h. 36

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...