Monday, November 20, 2017

Daulah Abbasiyah



ABSTRAK
Dinasti Abbasiyah adalah salah satu dinasti Islam yang paling lama berkuasa lebih dari 5 abad dan mewujudkan zaman keemasan umat Islam Masa kekuasaan dinasti ini dapat dibagi atas beberapa periode berdasarkan ciri pola perubahan struktur pemerintahan dan struktur sosial politik maupun tahapan perkembangan dan peradaban  yang telah dicapai.
Kata Kunci : Bani Abbasiyah, politik, Peradaban, Intelektual.

BAB I
Pendahuluan
Islam adalah agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW. dan disebarkan dijazirah Arab yang diawali dengan sembunyi-sembunyi. Setelah pengikut agama Islam telah banyak dari keluarga terdekat Nabi dan sahabat maka turun perintah Allah untuk menyebarkan Islam secara terang-terangan. Namun dalam penyebarannya tidak berjalan mulus, Rasulullah dalam menyebarkan Islam mendapatkan tantangan dari suku Quraisy . Islam disebarkan dan dipertahankan dengan harta dan jiwa oleh para penganutnya yang setia membela Islam meski harus dengan pertumpahan darah dalam peperangan.
Setelah Rasullah wafat, kepemimpinan Islam dipegang oleh khulafaur Rasyidin. Pada perkembangannya Islam mengalami banyak kemajuan. Islam telah disebarkan secara meluas keseluruh wilayah Arab. Pada masa khulafaur Rasyidin Al-Quran telah dibukukan dalam bentuk mushaf yang dikenal dengan mushaf utsmani.
Meskipun Islam telah berkembang’ namun juga banyak mendapat tantangan dari luar dan dalam Islam sendiri. Seperti pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib banyak terjadi pemberontakan didaerah hingga peperangan. Salahsatu perang dimasa Ali bin Abi Thalib ialah peperangan Muawiyah dengan khalifah Ali bin Abi Thalib yang menghasilkan abitrase, sehingga Muawiyah menggantikan posisi Ali bin Abi Thalib. Dampak yang ditimbulkan dari abitrase ini adalah pengikut dari Ali bin Abi Thalib ingin membunuh Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah karena dianggap telah kafir dan halal dibunuh.Dalam rencana pembunuhan ini, hanya Ali bin Abi Thalib yang berhasil dibunuh.
Setelah kematian Ali bin Abi Thalib, maka berakhirlah masa Khulafaur Rasyidin dan berganti dengan pemerintahan Dinasti Umayyah dibawah pimpinan Muawiyah bin Abi Sofwan. Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, Islam semakin berkembang dalam segala aspek hingga perluasan daerah kekuasaan.
Setelah pemerintahan Dinasti Umayyah, digantikan oleh pemerintahan dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua dalam sejarah pemerintahan umat Islam. Abbasiyah dinisbatkan kepada al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW, Berdirinya dinasti ini sebagai bentuk dukungan terhadap pandangan yang diserukan oleh Bani Hasyim setelh wafatnya Rasulullah SAW. yaitu menyandarrkan khilafah kepada keluarga Rasul dan kerabatnya.
Berdasar  dari keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk membahas sejarah terbentuknya pemerintahan Dinati Abbasiyah hingga mundurnya pemerintahan ini dalam bentuk makalah.

A.    Rumusan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut ;
1.   Proses terbentuknya Dinasti Abbasiyah
2.   Kemajuan-kemajuan Dinasti Abbasiyah
3.   Sebab-sebab kemunduran Dinasti Abbasiah
B.     Proses Terbentuknya Dinasti Abbasiyah
Sebagaimana diketahui bahwa kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang,dari tahun 132 H (750 M) s. d 656 H (1258). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.[1]
Ketika dinasti Umayyah berkuasa Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan. Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal liberal dan memberikan toleransi kepada kegiatan keluarga Syi’ah. Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara dari Bani abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim al-Imam, yang semuanya mengalami kegagalan, meskipun belum melakukan gerakan yang bersifat politik. Sementara itu Ibrahim meninggal dalam penjara karena tertangkap, setelah menjalani hukuman kurungan karena melakukan gerakan makar. Barulah usaha perlawanan itu berhasil ditangan Abu abbas, setelah melakukan pembantaian terhadap seluruh Bani Umayyah, termasuk khalifah Marwan II yang sedang berkuasa.[2]
Orang Abbasiyah, sebut Abbasiyah merasa lebih berhak daripada Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang Umayah secara paksa menguasai khalifah melalui tragedi perang siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap Umayah.[3]
Pergantian kekuasaan dinasti Umayyah oleh Dinasti Bani Abbasiyah diwarnai dengan pertumpahan darah. Meskipun kedua dinasti ini berlatar belakang beragama Islam, akan tetapi dalam pergantian posisi pemerintahan melalui perlawanan yang panjang dalam sejarah Islam.
Dalam sejarah berdirinya daulah Abbasiyah, menjelang akhir Daulah Amawiyah I, terjadi bermacam-macam kekacauan yang antara lain disebabkan:
1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Hasyim pada umumnya.
2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3. Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara terang-terangan.[4]
Oleh karena itu, logis kalau Bani Hasyim mencari jalan keluar dengan mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Amawiyah. Gerakan ini menghimpun[5];
a.    Keturunan Ali (Alawiyin) pemimpinnya Abu Salamah;
b.   Keturunan Abbas  (Abbasiyah) pemimpinnya Ibrahim al-Iman;
c.    Keturunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-khurasany.
Mereka memusatkan kegiatannya di Khurasan. Dengan usaha ini, pada tahun 132 H/ 750 M tumbanglah Daulah Amawiyah dengan terbunuhnya Marwan ibn Muhammad, Khalifah terakhir. Dengan terbunuhnya Marwan mulailah berdiri Daulah Abbasiyah dengan diangkatnya Khalifah pertama, Abdullah ibn Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah, pada tahun 132-136 H/ 750-754 M.[6]
Pada awalnya kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah sebagai  pusat pemerintahan, dengan Abu as-Saffah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Khalifah penggantinya, Abu ja’far al-Mansur (754-775) memindahkan pusat pemerintahan kebaghdad. Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam mengembangkan pemerintahan. Sehingga dapatlah dikelompokkan masa daulah Abbasiyah menjadi lima periode sehubungan dengan corak pemerintahan. Sedangkan menurut asal- usul penguasa selama masa 508 tahun daulah Abbasiyah mengalami tiga kali pergantian penguasa. Yaitu Bani Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani Saljuk.
Adapun periodisasi dalam Daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut :
a.    Periode Pertama (750-847 M) Diawali dengan Tangan Besi
Sebagaimana diketahui Daulah Abbasiyahdidirikan oleh Abu Abas. Dikatakan demikian, karena dalam Daulah Abbasiyah berkuasa dua dinasti lain disamping Dinasti Abasiyah. Ternyata dia tidak lama berkuasa, hanya empat tahun. Pengembangan dalam arti sesungguhnya dilakukan oleh penggantinya, yaitu Abu Jakfar al-Mansur (754-775 M). Dia memerintah dengan kejam, yang merupakan modal bagi tercapainya masa kejayaan Daulah Abasiyah.[7]
Pada periode awal pemerintahan Dinasti Abasiyah masih menekankan pada kebijakan perluasan daerah. Kalau dasar-dasar pemerintahan Daulah Abasiyah ini telah diletakkan dan dibangun olh Abu Abbas as-Safak dan Abu Jakfar al-Mansur, maka puncak keemasan dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, sejak masa khalifah al-Mahdi (775-785 M) hinga Khalifah al-Wasiq (842-847 M).zaman keemasan telah dimulai pada pemerintahan pergantian Khalifah Al-Jakfar, dan mencapai puncaknya dimasa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dimasa-masa itu para Khalifah mengembangkan berbagai jenis kesenian, terutama kesusasteraan pada khususnya dan kebudayaan pada umumnya….[8]
b.      Periode Kedua (232 H/ 847 M – 334H/ 945M)
Kebijakan Khalifah Al-Mukasim (833-842 M untuk memilih anasir Turki dalam ketentaraan kekhalifahan Abasiyah dilatarbelakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia pada masa Al-Makmun dan sebelumnya.khalifah Al-Mutawakkil (842-861 M) merupakan awal dari periode ini adalah khalifah yang lemah.[9]
Pemberontakan masih bermunculan dalam periode ini, seperti pemberontakan Zanj didataran rendah Irak selatan dan Karamitah yang berpusat di Bahrain. Faktor-faktor penting yng menyebabkan kemunduran Bani Abas pada periode adalah. Pertama, luasnya wilayah kekuasaan yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Yang kedua, profesionalisasi tentara menyebabkan ketergantungan kepada mereka menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara sangat besar. Setelah kekuatan militer merosot, khalifah tidak sanggup lagi memaksa pengiriman pajak kebaghdad.
c.       Periode Ketiga (334 H/945-447 H/1055 M)
Posisi Daulah Abasiyah yang berada dibawaah kekuasaan Bani Buwaihi merupakan ciri utama periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganut aliran Syi’ah. Akibatnya keudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji. Sementara itu bani Buwaihi telah membagi kekuasaanya kepada tiga bersauara. Ali menguasai wilayah bagian selatan Persia, Hasan menguasi wilayah bagian utara, dan Ahmad menguasai wilayah al-ahwaz, Wasit, dan \Baghdad. Baghdad dalam periode ini tidak sebagai pusat pemerintahan Islam, karena telah pindah ke Syiraz dimana berkuasaAli bin Buwaihi.[10]
d.   Periode Keempat (447 H/1055M-590 H/1199 M)
Periode keempat ini ditandai oleh kekuasaan Bani Saljuk dalam Daulah Abasiyah. Kehadirannya atas unangan Khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi di Baghdad. Keadaan Khalifah memang sudah membaik, paling tidak karena kewibawannya dalam bidang agama sudah kembali setelah beberapa lama dikuasai orang-orang Syiah. [11]
e.    Periode Kelima (590 H/ 1199M-656 H / 1258 M)
Telah terjadi perubahaan besar-besaran dalam periode ini. Pada periode ini, Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan suatu dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan khalifah menunjukkan kelemahan politiknya, pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menghancurkan Baghdad tanpa perlawanan pada tahun 656 H/ 1256 M.[12]
C.    Kemajuan-Kemajuan Dinasti Abbasiyah
Dalam setiap pemerintahan pada khususnya tentu memiliki perkembangan dan kemajuan, sebagaimana halnya dalam pemerintahan yang dipegang oleh dinasti Abbasiyah. Dinasti ini mempunyai kemajuan bagi kelangsungan agama islam, sehingga masa dinasti Abbasiyah ini dikenal dengan “Kejayaan Islam. [13]
Adapun kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh dinasti Bani Abbasiyahialah sebagai berikut.
1. Administrasi
Sebelum Abbasiyah, dalam pemerintahan pos-pos terpenting diisi oleh Bani Umayyah notabene bangsa arab, namun pada masa abbasiyah orang non-arab  mendapat fasilitas dan menduduki jabatan strategis. Khalifah sebagai kepala pemerintahan, penguasa tertinggi sekaligus menguasai jabatan keagamaan, pemimpin sacral. Disebut juga bahwa para khalifah tidak peduli dan mentaati suatu aturan atau cara yang tetapuntuk mengangkat putera mahkota, yaitu sejak masa al-Amin. Pada masa ini, jabatan penting diisi oleh seorang wazir yang menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang digariskan oleh hukum Islam untuk mengangkat dan menurunkan para pegawai.
2.   Sosial
Philip Khore Hitti, bahwa para sejarawan Arab lebih berkonsentrasi pada persoalan Khalifah Abbasiyah, lebih mengutamakan persoalan politik dibandingkan dengan persoalan lain, yang menyebabkan mereka tidak begitu memberikan gambaran memadai tentang kehidupan sosial-ekonomi. i.[14]
3.   Kegiatan ilmiah
Pada periode Abbasiyah adalah era baru dan identik dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Dari segi pendidikan, ilmu pengetahuan termasuk science, kemajuan peradaban, dan kulturpada zaman ini bukan hanya identik sebagai masa keemasan Islam, akan tetapi era ini mengukur dengan gemilang dalam kemajuan peradaban dunia. Semasa dinasti Umayyah kegiatan dan aktivitas nalar ilmu yang ditanam itu berkembang pesat yang mencapai puncakya pada era Abbasiah.[15]
4.      Peran Pemerintah
Pada masa kejayaan Islam banyak Khalifah mencintai dan mendukung penuh atas aktivitas mereka paling menonjol dan besar melalui penerjemahan yang merupakan kegiatan yang paling besar melalui penerjemahan yang merupakan kegiatan yang paling besar peranannya dalam mentransfer ilmu pengetahuan.
D.    Sebab-Sebab Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Sejak abad ke-7 M bangsa Arab dengan cepat sekali menguasai satu persatu wilayah kemajuan dunia saat itu sampai mereka pernah menjadi penguasa yang sangat kuat dimana peta kekuatan Islammelebar sampai Asia, Afrika, dan Eropa Barat Daya. Setelah mengalami masa kejayaan, Dinasti Abbasiyah akhirnya mengalami kemunduran dan kehancuran.
Berakhirnya kekuasaan Dinasti Saljuk atas Baghdad atau Khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuaasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali Dinasti Islam berdiri.[16]
Adapun faktor penyebab kehancuran Abbasiyah, diantaranya, sebagai berikut.
1.      Internal
Semasa Abbasiyah wilayah kekuasaannnya meliputi barat sampai samudera Atlantik, disebelah timur sampai India dan perbatasan China, dan diutara dari laut Kashpia sampai keselatan, teluk Persia. Wilayah kekuasaan Abbasiyah yang hampir samaluasnya dengan wilayah kekuasaan dinasti Mongol, tidak mudah dikendalikan oleh para Khalifah yang lemah. Di samping itu, sistem komunikasi masih sangat lemah dan tidak maju saat itu, menyebabkan tidak cepat dapat informasi akurat apabila suatu daerah ada masalah, konflik, atau terjadi pemberontakan.
Disamping kelemahan khalifa, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan


satu sama lain. Berberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
a.       Perbuatan kekuasaan di pusat pemerintahan
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilator belakagi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa 
b.      Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang Memerdekakan Diri
Wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama hingga masa keruntuhan sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Walaupun dalam kenyataanya banyak daerah yag tidak dikuasai oleh khalifah, secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur bersangkutan.
c.       Kemesorotan Perekonomian
Pada periode pertama pemerintahan bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya.
d.      Munculnya Aliran-Aliran Sesat dan Fanatisme Keagamaan
Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai untuk menjadi penguasa, maka kekecewaan itu mendorong sebagian mereka memprogandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme.
2.      Eksternal
Disamping faktor-faktor internal, ada juga faktor ekstern yang membawa nasib dinasti ini terjun kejurang kehancuran total. Yaitu serangan Bangsa Mongol. Latar belakang penghancuran dan penghapusan pusat Islam di Baghdad, salahsatu faktor utama adalah gangguan kelompok Asasin yang didirikan oleh Hasan ibn Sabbah (1256 M) dipegunungan Alamut, Iraq. Sekte, anak cabang Syi’ah Isma’iliyah ini sangat mengganggu di wilayah Persia dan sekitarnya. Baik di wilayah Islam maupun di wilayah Mongol tersebut.[17]
Setelah beberapakali penyerangan terhadap Assasin akhirnya Hullagu, cucu Chengis Khan dapat berhasil melumpuhkan pusat kekuatan mereka di Alamut. Kemudian menuju ke Baghdad. Setelah membasmi mereka di Alamut, tentara Mongol mengepung kota Baghdad selam dua bulan, setelah perundingan damai gagal, akhirnya Khalifah menyerah, namun tetap dibunuh oleh Hulagu. Pembantaian massal itu menelan korban sebanyak 800. 000 orang.[18]
Ketika bangsa Mongol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656/ 1258, ada seorang pangeran keturunan Abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan Khilafah dengan gelar Khalifah yang berkuasa dibidang keagamaan saja dibawah kekuasaan kaum Mamluk di Kairo, Mesir tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar sultan. Jabatan yang disandang oleh keturunan Abbasiyah dimesir itu akhirnya diambil oleh Sultan salami dan Turki Usmani ketika meguasai Mesir tahun 1517, dengan demikian, makahilanglah Khalifah Abbasiyah untuk selamnya.[19] Sedangkan faktor ekstern[20] yang terjadi adalah.
a.       berlangsungnya Perang Salib yang berkepanjangan, dan tentara Romawi telah menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam.kebencian itu bertambah setelah dinasti Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan beberapa peraturan yang dirasakan sangat menyulitkan orang-orang Kristen yang ingin bersiarah di kesana. Oleh karena itu pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II menyerukankepada ummat Kristen Eropa untuk melakukan perang suci,yang kemudian dikenal dengan nama perang salib.
b.      sebuah pasukan Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, yang berhasil menjarah semua pusat-pusat kekuasaan maupun pusat ilmu, yaitu perpustakaan di Baghdad.
Kalau dilihat dari sosio-historisnya, ada beberapa faktor yang mendukung Dinasti Abbasiyah. Di antaranya adalah meningkatnya kekecewaan Mawali terhadap Dinasti Umayyah, pecahnya persatuan suku-suku arab, perasaan kecewa gerakan keagamaan, dan keinginan untuk mendapatkan pemimpin kharismatik yang bisa menyelamatkan kehidupan masyarakat.[21] Keempat faktor inilah yang menjadi pemicu terhadap runtuhnya kekuasaan Umayyah dan bangkitnya kekuasaan Abbasiyah.


Berikut penjelasan keempat faktor penyebab keruntuhan Bani Umayyah:
  1. Faktor Mawali
Yakni mereka orang-orang non arab yang telah memeluk Islam tetapi merasa dimarginalkan dan diperlakukan sebagai warga nomor dua sehingga membuat mereka kecewa terhadap sikap inferioritas sebagai keangkuhan bangsa arab karena mereka mendapatkan fasilitas dari penguasa Umayyah.[22]
  1. Pertentangan Antar Suku Arab
Pertentangan keras antara suku arab yang sejak lama terbagi menjadi dua kelompok, yaitu arab utara yang disebut Mudariyah yang menempati Irak dan Arab Selatan disebut Himyariyah yang berdiam di wilayah Suriah.  Di Zaman Umayyah persaingan antar etnis itu mencapai puncaknya, karena para khalifah cenderung kepada satu pihak dan menafikan yang lainnya.[23]
  1. Kekecewaan Golongan Agama
Kekecawaan golongan agama terhadap pertentangan Bani Umayyah disebabkan oleh perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang, di samping kecenderungan hidup mewah di lingkungan istana.


  1. Krisis Kepemimpinan
Persaingan antar keluarga dalam memperebutkan kekuasaan pada masa Dinasti Umayyah membuat mereka menjadikan kepentingan pribadi sebagai prioritas utama yang membawa mereka pada kehidupa bermewah-mewahan, dimana para anak khalifah terbiasa hidup mewah dan terbelenggu dalam lingkungan istana sebagai penerus pemerintahan, mereka tidak sanggup berbuat dan meneruskan tampuk kepemimpinan. Hal ini mengakibatkan krisis kepemimpinan dalam dinasti Abbasiyah.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah kita menguraikan masalah mengenai Dinasti Abbasiyah maka dapatlah kita mengambil suatu kesimpulan yaitu :
1.      Dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang,dari tahun 132 H (750 M) s. d 656 H (1258). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
2.      Pada masa kuasa Dinasti Abbasiyah banyak kemajuan yang telah dicapai yaitu dalam bidang administrasi, agama, sosial, ilmu pengetahuan, dan pemerintah.
3.      Kemunduran Dinasti Abbasiyah tidak terlepas dari banyak faktor yaitu faktor internal dan eksternal.


B.        Saran
Bila mana dalam makalah ini terdapat kekeliruan maka saran dari pembaca sangat diharapkan agar karya ini dapat dijadikan suatu bahan informasi sesuai dengan tujuannya.



DAFTAR PUSTAKA

Hassan, Hassan Ibrahim.Tarikh Al-Islam (Kairo:  Maktabah Al-Nahdhoh Al-Misyriyah.
Hitti, K, Philip. Terj. History Of The Arabs.cet. I  (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,2005)
Karim, Abdul, M. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam cet.I,(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007).
Mutrodi, Ali. Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab,cet.I,(Ciputat: Wacana Ilmu: 1997).
Su’ud, Abu. Islamologi. cet. I. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003).
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik, cet. I (Bogor: Prenada Media, 2003)
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993)


[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993) h..49
[2] Abu Su’ud, Islamologi, cet. I, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 72. 
[3] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam,cet.I,(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), h. 143.
[4] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, cet. I (Bogor: Prenada Media, 2003), h. 47.
[5]Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik,  h. 48.
[6]Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, h.49
[7]Abu Su’ud, Islamologi, h 74.
[8]Abu Su’ud, Islamologi, h. 78.
[9]Abu Su’ud, Islamologi, h. 79.
[10]Abu Su’ud, Islamologi, h. 80.
[11]Abu Su’ud, Islamologi, h.81
[12]Abu Su’ud, Islamologi, h. 81.
[13]M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, h. 167
[14]M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, h. 171
[15]M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, h. 172
[16] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 1993), h. 79-80
[17] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, h. 166-167
[18]M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam., h. 166.
[19]  Ali Mutrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, cet, I, (Ciputat: Wacana Ilmu: 1997 ,h.  99.
[20]  Abu Su’udIslamologi, h. 81-82.

[21]Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Cet. V; Jakarta: PN. UI Press, 1985), h. 65-66.

[22]Ali Mufrodi, Islam Dikawasan Kebudayaan Arab (Cet. I; Jakarta: Logos, 1997), h. 84. 
[23]Mahmudunasir, Islam, Konsepsi, Dan Sejarahnya (Bandung: Rosda Karya, 1991), h. 68-69. Dikutip dari Ali Mufrodi, Ibid., h. 83.

No comments:

Makalah: Mahabbah, Makrifah

BAB I PENDAHULUAN   A.      Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam din...