
A. Pengertian Thaharah
Thaharah berasal dari kata bahasa
Arab yang berarti bersih atau bersuci. Sedangkan menurut istilah ialah suatu
kegiatan bersuci dari najis dan hadas sehingga seseorang diperbolehkan untuk
beribadah yang dituntut harus dalam keadaan suci.
Dalil-dalil yang menganjurkan
supaya kita untuk bersuci antara lain
y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ
Artinya : “Dan
pakaianmu bersihkanlah dan tinggalkanlah perbuatan dosa” (Q.S. Al-Muddatsir
: 4-5)
... ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÎ/º§qG9$# =Ïtäur úïÌÎdgsÜtFßJø9$# ÇËËËÈ
Artinya : “...Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (Q.S. Al-Baqarah : 222)
الطَّهُوْرُ شَطْرُ الإِيْمَان
Artinya : “Kebersihan
itu sebagian dari iman” (H.R Muslim dan Abu Said Al-Khudri)
B. Pengertian
Najis dan Hadats
Najis berasal dari bahasa Arab
yang artinya kotor, sedangkan menurut istilah adalah suatu benda yang kotor
yang mencegah sahnya mengerjakan suatu ibadah yang dituntut harus dalam keadaan
suci.
Kata hadats berasal dari bahasa
Arab yang artinya suatu peristiwa, atau tidak suci atau kotoran. Sedangkan
dalam istilah adalah keadaan tidak suci bagi seseorang sehingga menjadikannya
tidak sah dalam melakukan ibadah
C. Macam-Macam
Najis
Dalam hukum Islam Ada tiga macam najis,
yaitu najis mukhaffafah, najis mutawasitah, dan najis
mughalazah.
a.
Najis
mukhaffafah
Adalah najis yang ringan,
seperti air seni bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan
apapun kecuali air susu ibu. Cara menyucikannya
sangat mudah, cukup dengan memercikkan atau mengusapkan air yang suci pada
permukaan yang terkena najis
b.
Najis
mutawasitah
Adalah najis pertengahan
atau sedang. Yang termasuk najis ini ialah:
- Bangkai binatang darat yang berdarah sewaktu
hidupnya
- Darah
- Nanah
- Muntah
- Kotoran manusia dan binatang
- Arak / Minuman Keras (khamar)
Cara membuang dan menggosoknya sampai
bersih dan diyakini sudah hilang zat, rasa, warna, dan baunya dengan
menggunakan air yang suci.
c.
Najis
mughalazah
Adalah najis yang berat. Najis
ini bersumber dari anjing dan babi. Cara menyucikannya melalui beberapa
tahap, yaitu dengan membasuh air sebanyak tujuh kali, salah satu di antaranya
menggunakan air yang dicampur dengan tanah.
D. Macam-Macam Hadas dan Cara Bersuci
Hadas ada dua macam, yaitu Hadas
Kecil dan Hadas Besar.
a. Hadats kecil
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi
suci maka ia harus berwudhu, dan apabila tidak ada air maka diganti dengan
tayamum. Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats kecil ialah:
-
Karena keluar sesuatu dari dua lubang, yaitu qubul dan dubur
-
Karena hilang akalnya, yang disebabkan mabuk, gila atau sebab
lainnya seperti tidur
-
Persentuhan antara kulit laki-laki dengan perempuan yang
bukan mahramnya tanpa ada batas yang menghalanginya
-
Karena menyentuh kemaluan, baik kemaluan sendiri ataupun
kemaluan orang lain dengan telapak tangan atau jari
b. Hadats Besar
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi
suci maka ia harus berwudhu, dan apabila tidak ada air maka diganti dengan
tayamum. Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats kecil ialah:
-
Karena bertemunya dua kelamin laki-laki dengan perempuan
(jima’ atau bersetubuh), baik keluar mani ataupun tidak
-
Karena keluar mani, baik karena bermimpi atau sebab lain
-
Karena haid, yaitu darah yang keluar dari perempuan sehat
yang telah dewasa pada setiap bulannya
-
Karena nifas, yaitu darah yang keluar dari seorang ibu
sehabis melahirkan
-
Karena wiladah, yaitu darah yang keluar ketika melahirkan
-
Karena meninggal dunia, kecuali yang meninggal dunia dalam
perang membela agama Allah, maka dia tidak dimandikan
E. Alat-Alat Bersuci dan Macam-Macam Air
Alat-alat
yang dipergunakan dalam bersuci terdiri dari dua macam yaitu air dan bukan air
seperti batu.
Ditinjau
dari segi hukumnya, air terbagi menjadi empat macam:
a. Air Mutlak atau Thair
Muthahir (suci mensucikan)
Yaitu air yang masih asli belum tercampur dengan
sesuatu benda lain dan tidak terkena najis. Air mutlak ini hukumnya suci dan
dapat menyucikan. Air yang termasukair mutlak ini terdiri dari tujuh yaitu air
hujan, air laut, air sungai, air sumur, air salju (es), air embun, dan air dari
mata air
b. Air Makruh yaitu Air
Musyammas
Yaitu air yang dipanskan pada terik matahari dalam
logam yang dibuat dari besi, baja, tembaka, alumunium yang masing-masing benda
logam itu berkarat. Air musyammas seperti ini hukumnya makruh, karena
dikhawatirkan menimbulkan suatu penyakit. Adapun air dalam logam yang tidak
berkarat dan dipanaskan pada terik matahari tidak termasuk air musyammas.
Demikian juga air yang tidak ditempatkan tidak pada logam dan terkena panas
matahari atau air yang dipanaskan bukan pada terik matahari misalnya direbus
juga tidak termasuk air musyammas.
c. Air Musta’mal atau Thair
Gairu Muthahir (Suci Tidak Menyucikan)
Air ini hukumnya suci tetapi tidak dapat untuk
menyucikan. Ada tiga macam air yang termasuk jenis ini, yaitu:
- Air suci yang dicampur
dengan benda suci lainnya sehingga air itu tidak berubah salah satu sifatnya
(warna, bau, atau rasa). Contohnya air kopi, air the, dan sebagainya
- Air suci sedikit yang
kurang dari dua kulla dan sudah dipergunakan untuk bersuci walaupun tidak
berubah sifatnya, atau air suci yang cukup dua kulla yang sudah
dipergunakan untuk bersuci dan telah berubah sifatnya
- Air buah-buahan atau air
yang ada di dalam pohon, misalnya pohon bambu, pohong pisang dan sebagainya
d. Air Mutanajjis atau Air
Bernajis
Yaitu air yang tadinya suci kurang dua kulla tetapi
kena najis dan telah berubah salah satu sifatnya (bau, rasa, atau warnanya).
Air seperti ini hukumnya najis, tidak boleh diminum, tidak sah dipergunakan
untuk ibadah seperti wudhu, tayamum, mandi, atau menyucikan benda yang terkena
najis. Tetapi apabila air dua kulla atu lebih terkena najis, namum tidak
mengubah salah satu sifatnya, maka hukumnya suci dan menyucikan.
F.
Bersuci dari Kotoran (Istinja’)
Istinja’ menurut bahasa terlepas
atau selamat. Sedangkan istinja’ menurut istilah adalah bersuci sesudah buang
air besar atau buang air kecil. Beristinja dengan air, dan apabila tidak ada
air, maka boleh dengan benda padat seperti batu. daun , kayu, kertas, dan
sebagainya
a.
Syarat-Syarat
Istinja dengan batu atau benda kasat atau keras :
-
Batu atau
benda itu kasat/keras
-
Batu atau
benda itu tidak dihormati, seperti bahan makanan atau batu masjid
-
Diusap
sekuran-kurangnya tiga kali sampai bersih
-
Najis
yang dibersihkan belum sampai kering
-
Najis itu
tidak pindah dari tempat keluarnya
-
Najis itu
tikak bercampur dengan benda lain
b.
Adab
Buang Air :
-
Mendahulukan
kaki kiri pada waktu masuk WC
-
Pada
waktu masuk WC membaca doa :
بِسْمِ
اللهِ اَللّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُبِكَ مِنَ اْلخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
-
Mendahulukan
kaki kanan waktu keluar WC
-
Pada
waktu keluar WC membaca doa :
غُفْرَانَكَ
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى أَذْهَبَ عَنِّى الْأَذَى وَعَافَنِى
-
Pada
waktu buang air hendaknya memakai alas kaki
-
Istinja
hendaknya menggunakan tangan kiri
c.
Hal-Hal
Yang dilarang Sewaktu Buang Air :
-
Buang air
di tempat terbuka
-
Buang air
di air yang tenang
-
Buang air
di lubang-lubang
-
Buang air
di tempat yang mengganggu orang lain
-
Buang air
di pohon yang sedang berbuah
-
Bercakap-cakap
sewaktu buang air kecuali terpaksa
-
Menghadap
Kiblat atau membelakanginya
-
Membaca
ayat Al-Quran
G.
Cara Bersuci
Ada
beberapa cara bersuci dari hadats:
1. Wudhu
a. Niat. Yaitu berniat di dalam hatinya untuk berwudhu
menghilangkan hadats atau dalam rangka untuk mendirikan shalat
نَوَيْتُ
الْوُضُوْءَ
لِرَفْعِ الْحَدَثِ الْاَصْغَرِفَرْضًالِلّٰهِ تَعَالٰى
b. Tasmiyah (membaca Basmallah). Disyariatkan
ketika seseorang hendak berwudhu untuk membaca basmalah.
c. Membasuh kedua telapak tangan. Disyariatkan untuk
menyela-nyela jari jemari tangan dan kaki ketika berwudhu.
d. Madmadhah (berkumur-kumur), Istinsyaq (memasukkan
air ke dalam hidung dengan menghirupnya) dan istinsyar (mengeluarkan air dari
hidung). Berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung)
dengan tangan kanan kemudian istintsar (mengeluarkan air dari hidung)
dengan tangan kiri.
e. Membasuh wajah. Membasuh wajah adalah mulai dari
tempat tumbuhnya rambut kepala menuju ke bagian bawah kumis dan jenggot sampai
pangkal kedua telinga, hingga mengenai persendian yaitu bagian wajah yang
terletak antara jengot dan telinga.
f. Membasuh kedua tangan sampai ke siku. Bagi seseorang
yang tidak sempurna tangannya misalnya tangannya terpotong dari atas siku, maka
dia tetap wajib membasuh sisa tangan yang tersisa, yaitu jika tangannya
terpotong dari bawah siku. Dan tidak ada kewajiban untuk membasuhnya jika sudah
tidak ada lagi bagian yang dibasuh.
g. Mengusap kepala seluruhnya termasuk telinga. Caranya
yaitu mengusap kepala dengan kedua tangan dari depan menuju ke belakang sampai
ke tengkuk kemudian mengembalikannya ke tempat awal kemudian memasukkan jari
telunjuk ke dalam telinga dan ibu jari di belakang daun telinga (bagian luar)
dan digerakkan dari bawah daun telinga sampai ke atas.
h. At-Tartiib. Membasuh anggota wudhu satu demi satu
dengan urutan yang sebagaimana Allah dan rasul-Nya perintahkan.
i. Al Muwaalaat (berkesinambungan dalam berwudhu sampai
selesai tidak terhenti atau terputus). Yaitu seseorang melakukan
gerakan-gerakan wudhu secara berkesinambungan, usai dari satu gerakkan wudhu
langsung diikuti dengan gerakan wudhu berikutnya sebelum kering bagian tubuh
yang baru saja dibasuh.
j. Membaca doa sesudah berwudhu:
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَه
, وَاَشْهَدُ
اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ
التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ
عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ
2. Mandi
Adapun Tata Cara Mandi Wajib sebagai
berikut:
·
Mandi wajib dimulai dengan
membersihkan kemaluannya, dan kotoran yang ada di sekitarnya.
·
Mengucapkan bismillah, dan berniat
untuk menghilangkan hadast besar
نَوَيْتُ
الْغَسْلَ لِرَفعِ الْحَدَثِ الأَكْبَرِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
·
Dimulai dengan membasuh kedua
telapak tangan sampai pergelangan tangan, masing-masing tiga kali dan cara
membasuhnya dengan mengguyur kedua telapak tangan itu dengan air yang diambil
dengan gayung. Dan bukannya dengan mencelupkan kedua telapak tangan itu ke bak
air
·
Setelah itu berwudlu ‘sebagaimana
cara berwudlu’ untuk shalat.
·
Kemudian mengguyurkan air di mulai
dari pundak kanan terus ke kepala dan seluruh tubuh dan menyilang-nyilangkan
air dengan jari tangan ke sela-sela rambut kepala dan rambut jenggot dan kumis
serta rambut mana saja di tubuh kita sehingga air itu rata mengenai seluruh
tubuh.
·
Kemudian bila diyakini bahwa air
telah mengenai seluruh tubuh, Karena itu siraman air itu harus pula dibantu
dingan jari jemari tangan yang mengantarkan air itu ke bagian tubuh yang paling
tersembunyi sekalipun.tetapi Menyela pangkal rambut hanya khusus bagi laki-laki.
Bagi perempuan, cukup dengan mengguyurkan pada kepalanya tiga kali guyuran, dan
menggosoknya, tapi jangan mengurai membuka rambutnya yang dikepang
·
Membasuh (menggosok) badan dengan
tangan sampai 3 kali, mendahulukan yang
kanan dari pada yang kiri, serta muwalat, yaitu sambung menyambung dalam
membasuh anggota badan
3. Tayamum
- Membaca
basamalah dan berniat
نَوَيْتُ التَّيَمُّمَ لإسْتٍبَاحَةِ
الصَّلاَةِ فَرْضًا لله تَعَالَى
- Memukulkan
atau menepuk kedua telapak tangan ke permukaan tanah dengan sekali tepukan
-
Meniup kedua telapak tangan sebelum membasuhkannya ke
anggota tayammum.
- Mengusap wajah dan kedua
tangan hingga pergelangan
-
Tertib dalam tayammum, yaitu dimulai dengan mengusap wajah
lalu kedua tangan.
-
Dikerjakan secara beriringan (al-muwalaah)
4. Istinja
-
Membasuh
atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil dengan air
sampai bersih.
-
Membasuh
dan membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil dengan batu
atau dengan benda kasat lainnya sampai bersih sekurang-kurangnya tiga kali.
- Najis yang berupa benda yang bisa
dipegang, jatuh di atas benda yang padat, seperti bangkai tikus yang jatuh
mengenai mentega yang padat. Maka untuk membersihkannya cukup dengan mengambil
tikus tersebut dan mentega yang berada di sekitarnya
- Dan benda yang padat atau keras,
seperti pisau atau pedang, terkena najis, maka cukup diusap sampai bersih untuk
mensucikannya. Adapun benda yang terdapat bekas minum anjing, harus dicuci
sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan debu
H. Fungsi Thaharah Dalam Kehidupan
Allah telah
menjadikan thaharah (kebersihan) sebagai cabang dari keimanan. Oleh karena itu,
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantaiasa hidup bersih, baik dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat. Adapun yang perlu kita perhatikan
dalam menjaga kebersihan adalah kebersihan lingkungan tempat tinggal,
lingkungan sekolah, tempat ibadah, dan tempat umum.
1. Menjaga kebersihan
lingkungan tempat tinggal.
Kebersihan tidak
hanya terbatas pada jasmani dan rohani saja, tetapi juga kebersihan mempunyai
ruang lingkup yang luas. Di antaranya adalah kebersihan lingkungan tempat
tinggal kita bersama-sama ayah, ibu, kakak, adik, dan sebagainya. Oleh karena
itu, agar kita sehat dan betah tinggal di rumah, maka kebersihan, kerapian, dan
keindahan rumah harus dijaga dengan baik. Dengan demikian, kebersihan
lingkungan tempat tinggal yang bersih, rapi, dan nyaman menggambarkan ciri pola
hidup orang yang ber-iman kepada Allah swt.
2. Menjaga kebersihan Kelas
dan lingkungan sekolah.
Sekolah adalah
tempat kita menuntut ilmu, belajar, sekaligus tempat bermain pada waktu
istirahat. Sekolah yang bersih, rapi, dan nyaman sangat mempengaruhi ketenangan
dan kegairahan belajar. Oleh karena itu, para siswa hendaknya menjaga
kebersihan kelas, seperti dinding, lantai, meja, kursi, dan hiasan yang ada.
Demikian juga tentang kebersihan lingkungan sekolah, karena kelancaran dan
keberhasilan pembelajaran ditunjang oleh kebersihan lingkungan sekolah,
kenayamaan di dalam kelas, tata ruang yang sesuai, keindahan taman sekolah, serta
para pendidik yang disiplin. Oleh karena itu, kita semua harus menjaga
kebersihan, baik di rumah maupun di sekolah, agar kita betah serta terhindar
dari berbagai penyakit.
3. Menjaga kebersihan
lingkungan tempat ibadah
Kita mengetahui
bahwa tempat ibadah – masjid, mushalla, atau langgar – adalah tempat yang suci.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk merawatnya supaya orang yang melakukan
ibadah mendapatkan ketenang-an, dan tidak terganggu dengan pemandangan yang
kotor atau bau di sekelilingnya. Umat Islam akan mendapatkan kekhusyuan dalam
beribadah kalau temaptnya terawatt dengan baik, dan orang yang merawatnya akan
mendapatkan pahala di sisi Allah.
Dengan demikian,
kita akan terpanggil untuk selalu menjaga kebersihan ling kungan tempat ibadah
di sekitar kita. Apabila orang Islam sendiri menga-baikan kebersihan, khususnya
di tempat-tempat ibadah, ini berarti tingkat keimanan mereka belum seperti yang
dicontohkan oleh Rasulullah saw.
4. Menjaga kebersihan
lingkungan tempat umum.
Menjaga dan
memelihara kebersihan di tempat umum dalam ajaran Islam memiliki nilai lebih
besar daripada memelihara kebersihan di lingkungan tempat tinggal sendiri,
karena tempat umum dimanfaatkan oleh orang banyak.
KARTU
KONTROL
HAFALAN
SURAH PENDEK
No
|
Hari / Tanggal
|
Nama Surah
|
Paraf
|
Keterangan
|
|||
Penguji
|
Orang Tua
|
SH
|
KH
|
BH
|
|||
1
|
|
Qs.
Al-Fatihah
|
|
|
|
|
|
2
|
|
Qs.
An-Naas
|
|
|
|
|
|
3
|
|
Qs.
Al-Falaq
|
|
|
|
|
|
4
|
|
Qs.
Al-Ikhlas
|
|
|
|
|
|
5
|
|
Qs.
Al-Lahab
|
|
|
|
|
|
6
|
|
Qs.
An-Nashr
|
|
|
|
|
|
7
|
|
Qs.
Al-Kafirun
|
|
|
|
|
|
8
|
|
Qs.
Al-Kautsar
|
|
|
|
|
|
9
|
|
Qs.
Al-Ma’un
|
|
|
|
|
|
10
|
|
Qs.
Al-Quraisy
|
|
|
|
|
|
11
|
|
Qs.
Al-Fiil
|
|
|
|
|
|
12
|
|
Qs.
Al-Humazah
|
|
|
|
|
|
13
|
|
Qs.
Al-‘Ashr
|
|
|
|
|
|
14
|
|
Qs.
At-Takatsur
|
|
|
|
|
|
15
|
|
Qs.
Al-Qari’ah
|
|
|
|
|
|
16
|
|
Qs.
Al-‘Adiyat
|
|
|
|
|
|
17
|
|
Qs.
Az-Zalzalah
|
|
|
|
|
|
18
|
|
Qs.
Al-Bayyinah
|
|
|
|
|
|
19
|
|
Qs.
Al-Qadr
|
|
|
|
|
|
20
|
|
Qs.
Al-‘Alaq
|
|
|
|
|
|
21
|
|
Qs.
At-Tiin
|
|
|
|
|
|
22
|
|
Qs.
Al-Insyirah
|
|
|
|
|
|
23
|
|
Qs.
Ad-Dhuhaa
|
|
|
|
|
|
24
|
|
Qs.
Al-Lail
|
|
|
|
|
|
25
|
|
Qs.
Asy-Syams
|
|
|
|
|
|
26
|
|
Qs.
Al-Balad
|
|
|
|
|
|
27
|
|
Qs.
Al-Fajr
|
|
|
|
|
|
28
|
|
Qs.
Al-Ghaasiyah
|
|
|
|
|
|
29
|
|
Qs.
Al-‘Ala
|
|
|
|
|
|
Ket: Sh
= Sangat Hafal, KH = Kurang Hafal, BH = Belum Hafal
KARTU
KONTROL
HAFALAN
DO’A SEHARI-HARI
No
|
Hari / Tanggal
|
Nama Do’a
|
Paraf
|
Keterangan
|
|||
Penguji
|
Orang Tua
|
SH
|
KH
|
BH
|
|||
1
|
|
Do’a
Wudhu
|
|
|
|
|
|
2
|
|
Niat
Wudhu
|
|
|
|
|
|
3
|
|
Do’a
Setelah Wudhu
|
|
|
|
|
|
4
|
|
Do’a
Belajar
|
|
|
|
|
|
5
|
|
Do’a
Masuk Rumah
|
|
|
|
|
|
6
|
|
Do’a
Keluar Rumah
|
|
|
|
|
|
7
|
|
Do’a
Makan
|
|
|
|
|
|
8
|
|
Do’a
Setelah Makan
|
|
|
|
|
|
9
|
|
Do’a
Tidur
|
|
|
|
|
|
10
|
|
Do’a
Bangun Tidur
|
|
|
|
|
|
11
|
|
Do’a
Bersin
|
|
|
|
|
|
12
|
|
Do’a
Mendengar Orang Bersin
|
|
|
|
|
|
13
|
|
Do’a
Bercermin
|
|
|
|
|
|
14
|
|
Do’a
Berpakaian
|
|
|
|
|
|
15
|
|
Do’a
Berkendaraan
|
|
|
|
|
|
16
|
|
Do’a
Kedua Orang Tua
|
|
|
|
|
|
17
|
|
Do’a
Melihat Petir
|
|
|
|
|
|
18
|
|
Do’a
Mendengar Lolongan Anjing
|
|
|
|
|
|
19
|
|
Do’a
Mendengar Musibah
|
|
|
|
|
|
20
|
|
Do’a
Menjenguk Orang Sakit
|
|
|
|
|
|
21
|
|
Do’a
Masuk WC
|
|
|
|
|
|
22
|
|
Do’a
Keluar WC
|
|
|
|
|
|
23
|
|
Do’a
Setelah Adzan
|
|
|
|
|
|
24
|
|
Do’a
Melewati Kuburan
|
|
|
|
|
|
25
|
|
Do’a
Sapu Jagat
|
|
|
|
|
|
26
|
|
Do’a
|
|
|
|
|
|
27
|
|
Do’a
|
|
|
|
|
|
28
|
|
Do’a
|
|
|
|
|
|
29
|
|
Do’a
Khatam Al-Qur’an
|
|
|
|
|
|
KARTU
KONTROL
BACAAN
SHALAT
No
|
Hari / Tanggal
|
Nama Bacaan
|
Paraf
|
Keterangan
|
|||
Penguji
|
Orang Tua
|
SH
|
KH
|
BH
|
|||
1
|
|
Niat
Shalat Magrib
|
|
|
|
|
|
2
|
|
Niat
Shalat Isya
|
|
|
|
|
|
3
|
|
Niat
Shalat Subuh
|
|
|
|
|
|
4
|
|
Niat
Shalat Dzhuhur
|
|
|
|
|
|
5
|
|
Niat
Shalat Azhar
|
|
|
|
|
|
6
|
|
Niat
Shalat Jum’at
|
|
|
|
|
|
7
|
|
Niat
Shalat Tahiyat Masjid
|
|
|
|
|
|
8
|
|
Niat
Shalat Tahajjud
|
|
|
|
|
|
9
|
|
Niat
Shalat Dhuha
|
|
|
|
|
|
10
|
|
Niat
Shalat Tarawih
|
|
|
|
|
|
11
|
|
Niat
Shalat Witir
|
|
|
|
|
|
12
|
|
Bacaan
Ruku
|
|
|
|
|
|
13
|
|
Bacaab
Sujud
|
|
|
|
|
|
14
|
|
Bacaan
Duduk di antara dua Sujud
|
|
|
|
|
|
15
|
|
Bacaan
Iktidal
|
|
|
|
|
|
16
|
|
Bacaan
Tahiyat Awal
|
|
|
|
|
|
17
|
|
Bacaan
Tahiyat Akhir
|
|
|
|
|
|
18
|
|
Bacaan
Do’a Qunut
|
|
|
|
|
|
19
|
|
Bacaan
Sujud Tilawah
|
|
|
|
|
|
20
|
|
Bacaan
Dzikir Setelah Shalat
|
|
|
|
|
|
|

IKRAR SANTRI
Kami Santri TPA / TPQ Athayarrahman,
Selalu :
Bertaqwa
Kepada Allah SWT
Mengikuti
Sunnah Rasul dan Syariatnya
Mengamalkan
Nilai-Nilai Al-Qur’an
Menjunjung
Tinggi Ukhuwah Islamiyah
Menghargai
dan Menghormati Guru
Berbakti
Kepada Kedua Orang Tua
Tolong Menolong
dalam Kebaikan
Peduli dan
Cinta Alam
Giat Belajar
Mentaati
Aturan dan Tata Tertib
Hidup Bersih
Ikhlas dalam
Berbuat
S A K U S A N T R I

Saku
Santri Ini Milik:
Nama : ……………………
Kelas : ……………………
“ Yakinlah Sahabat, Bahwa Segala Sesuatu Itu Membutuhkan Kerja
Keras, Tidak Ada Yang Mustahil Jika Kita Berbuat dan Berani Mencobanya Sebab Di
Balik Kesukaran Ada Kemudahan Yang Menanti ”
No comments:
Post a Comment