Abu
Bakar Ash-Shiddiq Radhyiallahu 'anhu (
Wafat 13 H )
1)
Biografi
Nama lengkap beliau
adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim bin
Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi –
radhiyallahu`anhu. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab
bin Lu’ai. Abu Bakar adalah shahabat Rasulullah–shalallahu`alaihi was salam–
yang telah menemani Rasulullah sejak awal diutusnya beliau sebagai Rasul,
beliau termasuk orang yang awal masuk Islam. Abu Bakar memiliki julukan
“ash-Shiddiq” dan “Atiq”.
Ada yang berkata
bahwa Abu Bakar dijuluki “ash-Shiddiq” karena ketika terjadi peristiwa isra`
mi`raj, orang-orang mendustakan kejadian tersebut, sedangkan Abu Bakar langsung
membenarkan.
Allah telah
mempersaksikan persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar dalam Al-Qur`an, yaitu
dalam firman-Nya : “…sedang
dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia
berkata kepada sahabatnya: `Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita’.” (QS at-Taubah : 40)
`Aisyah, Abu Sa’id
dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan : “Abu Bakar-lah yang mengiringi Nabi
dalam gua tersebut.”
Allah juga berfirman : “Dan orang yang membawa kebenaran dan
membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
(az-Zumar : 33)
Al-Imam adz-Dzahabi
setelah membawakan ayat ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir, beliau meriwayatkan
bahwa Ja`far Shadiq berujar :”Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang
datang dengan membawa kebenaran adalah Rasulullah, sedangkan yang
membenarkannya adalah Abu Bakar. Masih adakah keistimeaan yang melebihi
keistimeaannya di tengah-tengah para Shahabat?”
Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah mengutusnya atas pasukan Dzatus Salasil : “Aku lalu mendatangi beliau dan bertanya “Siapa manusia yang paling engkau cintai?” beliau bersabda :”Aisyah” aku berkata : “kalau dari lelaki?” beliau menjawab : “ayahnya (Abu Bakar)” aku berkata : “lalu siapa?” beliau menjawab: “Umar” lalu menyebutkan beberapa orang lelaki.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah mengutusnya atas pasukan Dzatus Salasil : “Aku lalu mendatangi beliau dan bertanya “Siapa manusia yang paling engkau cintai?” beliau bersabda :”Aisyah” aku berkata : “kalau dari lelaki?” beliau menjawab : “ayahnya (Abu Bakar)” aku berkata : “lalu siapa?” beliau menjawab: “Umar” lalu menyebutkan beberapa orang lelaki.” (HR.Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya Allah telah menjadikanku
sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya.
Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan aku jadikan Abu
Bakar sebagai kekasih.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dari Abu Sa`id radhiyallahu`anhu, bahwa
Rasulullah duduk di mimbar, lalu bersabda :”Sesungguhnya ada seorang hamba yang
diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kemewahan dunia dengan apa yang di
sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya” lalu Abu bakar menangis
dan menangis, lalu berkata :”ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu” Abu Sa`id
berkata : “yang dimaksud hamba tersebut adalah Rasulullah, dan Abu Bakar adalah
orang yang paling tahu diantara kami” Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya orang
yang paling banyak memberikan perlindungan kepadaku dengan harta dan
persahabatannya adalah Abu Bakar. Andaikan aku boleh mengambil seorang kekasih
(dalam riwayat lain ada tambahan : “selain rabb-ku”), niscaya aku akan
mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini adalah persaudaraan dalam
Islam. Tidak ada di dalam masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup, melainkan
hanya pintu Abu Bakar saja (yang masih terbuka).” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya
Allah telah mengutusku kepada kalian semua. Namun kalian malah berkata `kamu
adalah pendusta’. Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku). Dia telah
membantuku dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan aku
(dengan meninggalkan) shahabatku?” Rasulullah mengucapkan kalimat itu 2 kali.
Sejak itu Abu bakar tidak pernah disakiti (oleh seorangpun dari kaum muslimin).(HR.
Bukhari)
2)
Masa Kekhalifahan
Dalam riwayat
al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu`anha, bahwa ketika Rasulullah
wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau yang berada di
daerah Sunh. Beliau turun dari hewan tunggangannya itu kemudian masuk ke
masjid. Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk
ke dalam rumah Aisyah. Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi
dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian
berkata : “demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak akan menghimpun
dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu,
berarti engkau memang sudah meninggal.”Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar
sedang berbicara dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata : “duduklah
wahai Umar!” Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu
Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata : “Amma bad`du, barang siapa
diantara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah
mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan
tidak akan pernah mati.
Allah telah
berfirman: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah
berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh
kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka
ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)
Ibnu Abbas
radhiyallahu`anhuma berkata : “demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak
mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar
membacakannya. Maka semua orang menerima ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun
diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”
Sa`id bin Musayyab
rahimahullah berkata : bahwa Umar ketika itu berkata : “Demi Allah,
sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar,
sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke
tanah ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi
memang sudah meninggal.”
Dalam riwayat
al-Bukhari lainnya, Umar berkata : “maka orang-orang menabahkan hati mereka
sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di sekitar
Sa`ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah” mereka berkata : “Dari
kalangan kami (Anshor) ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian!” maka
Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai
bicara, namun segera dihentikan Abu Bakar. Dalam hal ini Umar berkata : “Demi
Allah, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku
sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya” Kemudian Abu
Bakar bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, beliau berkata
: “Kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri.” Habbab
bin al-Mundzir menanggapi : “Tidak, demi Allah kami tidak akan melakukannya,
dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin.” Abu Bakar
menjawab : “Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri.
Mereka (kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang paling adil, yang paling mulia
dan paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh.”Maka
Umar menyela : “Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau adalah sayyid kami, orang
yang terbaik diantara kami dan paling dicintai Rasulullah.” Umar lalu memegang
tangan Abu Bakar dan membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu
ada seorang yang berkata : “kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin
Ubadah).” Maka Umar berkata : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat
Bukhari)
Menurut `ulama ahli
sejarah, Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa.
Ketika beliau telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata
: “sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan
itu didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata : “tidak, bahkan aku akan
tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap
dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah
kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu
kambing-kambing mereka.
Ketika Abu Bakar
diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan
haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji.
Sedangkan untuk ibadah umroh, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H.
beliau memasuki kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya.
Beliau ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang
dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar) : “ini putramu
(telah datang)!” Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas
menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu
belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata : “wahai ayahku,
janganlah anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup
keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan
kedatangan putranya tersebut.
Setelah itu datanglah
beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah
bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada
Abu Bakar : “Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat
tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata : “wahai Atiq (julukan Abu Bakar),
mereka itu adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah
persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar berkata : “Wahai ayahku,
tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah
diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan
untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar
berkata : “Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?”
Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah
kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.
3)
Wafatnya
Menurut
para `ulama ahli sejarah Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya
antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H. Usia beliau
ketika meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya
dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di
samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan
mimbar (ar-Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah
putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman, dan Thalhah
bin Ubaidillah
No comments:
Post a Comment